Debat Kedua Pilgub Jawa Barat: 4 Cagub Bicara soal Kebudayaan dan Potensi Daerah

16 November 2024 21:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024. Foto: dok. KPU
zoom-in-whitePerbesar
Debat Kedua Pilgub Jawa Barat 2024. Foto: dok. KPU
ADVERTISEMENT
KPU Jawa Barat menggelar debat kedua pemilu gubernur Jawa Barat, malam ini. Pada debat ini, tema yang diusung adalah 'Budaya Inovafif yang Gemah Ripah, Repeh, Rapih'.
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai sesi tanya jawab, KPU memberi kesempatan bagi para paslon untuk menyampaikan visi-misi dan program kerja mereka yang sesuai dengan tema yang dibawakan.
Berikut adalah pemaparan visi-misi mereka:

Acep-Gita: Jawa Barat Ramah Lingkungan dari Desa sampai Kota

Pasangan calon nomor urut 1, Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina mengusung konsep go green. Bagi mereka, kebahagiaan masyarakat Jawa Barat bisa dimulai dari lingkungan ramah lingkungan dari desa sampai kota.
"Untuk membahagiakan bumi dan alam jabar, kami punya gerakan Jabar go green, mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkebudayaan. Bersama-sama kita wujudkan Jabar yang go green dan berkebudayaan, ramah lingkungan, dari desa sampai kota, jangan lupa bahagia," ucap Gitalis.

Jeje-Ronal: Konektifitas Antar Kabupaten Kota Untuk Pembangunan Jawa Barat

Pasangan calon nomor urut 2, Jeje Wiradinata-Ronal Surapraja punya pandangan untuk memajukan Jawa Barat dan memaksimalkan potensi daerah, perlu konektivitas yang antar Kabupaten-Kota. Sehingga antar daerah bisa mengunggulkan potensi masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Peluang konektivitas kota satu dan yang lain, keunggulan yang lain, potensi satu dengan yang lain, harus dibuka seluasnya," kata Jeje.
"Dengan itu Insyaalah, Jabar gemah ripah, repeh, rapih tentu akan terwujud di Jabar," pungkasnya.

Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie: Ilmu Agama Untuk Mitigasi Perceraian

Pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie menyoroti permasalahan perceraian yang terjadi di Jawa Barat. Bagi mereka, suami istri yang bercerai menimbulkan luka yang dalam dan tak bisa disembuhkan dari dalam diri anak-anaknya.
Sehingga, hal itu menghambat kehidupan yang harmonis, sejahtera dan teratur.
"Perceraian bukan keputusan yang sepele. Ia adalah bencana sosial yang sulit di mitigasi. Anak-anak kehilangan rasa aman, dan tumbuh dengan luka sosial sampai dewasa. Diperlukan ilmu agama, sebagai upaya, untuk menyelamatkan bangsa ini. Tanpa ilmu bakal kalantar, tanpa agama bakal kasasar, tanpa budaya bakal kasar," seru Syaikhu.
ADVERTISEMENT

Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan: 4 Poin Ejawantah dari Filosofi Sunda Untuk Bangun Jawa Barat

Pasangan Dedi Mulyadi (Demul)-Erwan Setiawan memulai visi misi nya dari kerangka teologi Sunda, 'Papat Kalima Pancer'. Artinya, manusia terlahir bersenyawa dengan air, tanah, panas matahari, dan udara.
Dari empat filosofi ini, Demul menurunkannya jadi 4 kerangka dasar untuk membangun Jawa Barat.
"Yang pertama adalah evaluasi tata ruang di Provinsi Jawa Barat. Kedua, Melakukan pembangunan dan konservasi sumber daya alam, yang ketiga pembangunan berkarakter yang menghasilkan identitas wilayah, baik arsitektur, jalan dan produk pembangunan lainnya. Terakhir, pembangunan kebebasan beragama, dan menjalankan ibadah yang merdeka," tutup Demul.