Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Demo BBM di Prancis Kembali Ricuh, 412 Demonstran Ditangkap
2 Desember 2018 17:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB

ADVERTISEMENT
Ribuan warga Prancis kembali berdemontrasi di jantung Kota Paris menentang kebijakan Presiden Emmanuel Macron yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan membuat biaya hidup semakin tinggi. Sepekan sebelumnya, mereka juga melakukan aksi yang sama, bahkan kali ini hingga berujung tindakan kekerasan dan vandalisme.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Associated Press, ratusan orang yang mengenakan rompi kuning sudah berkumpul di puncak Champs-Elysees sejak Sabtu (1/12) pagi. Polisi juga harus menutup akses jalan untuk kendaraan dan memperketat pengawasan dengan melakukan pengecekan barang bawaan.
Polisi juga terpaksa menggunakan gas air mata saat situasi memanas di mana sejumlah demonstran berusaha menerobos barisan pengamanan. Setidaknya, sebanyak 133 demonstran mengalami luka-luka dan 412 orang ditangkap pihak kepolisian.

Tak hanya itu, polisi juga tak mampu menahan para pengunjuk rasa yang merusak monumen Arc de Triomphe dengan vandalisme. Beberapa dari mereka menyemprotkan cat ke beberapa bagian monumen.

Macron di sela-sela pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, mengecam tindakan demonstran yang melakukan kekerasan kepada polisi dan merusak monumen di Paris. Ia juga para demonstran harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada hubungan dengan ekspresi damai dengan kemarahan. Tidak ada alasan membenarkan serangan terhadap polisi atau penjarahan toko dan membakar gedung," kata Macron.

Macron juga akan mengadakan pertemuan darurat dengan Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe dan Menteri Dalam Negeri pada Minggu (2/12) malam untuk menindaklanjuti aksi unjuk rasa.
Kerusuhan atas penolakan kebijakan Macron dinilai sebagai kerusuhan terburuk di Prancis dalam lebih dari satu dekade terakhir. Bahkan, PM Philippe juga harus membatalkan kunjungannya ke Polandia untuk menghadiri konferensi lingkungan.