Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Wong ngalam asli, yok saiki
Orang asli Malang, yuk sekarang
Salah satu diva Indonesia itu pulang kampung. Setelah 25 tahun lebih malang melintang di dunia tarik suara, Krisdayanti kembali ke tanah kelahirannya, Malang.
KD, sapaan Krisdayanti, tak hadir semata sebagai penyanyi yang kerap meramaikan panggung hiburan kala pemilu. Ia kini membawa misi sebagai calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur V yang meliputi Malang, Kota Malang, dan Kota Batu.
Demi merebut suara para pemilih di kali pertama pecalegannya itu, KD terjun ke 520 titik di 471 desa se-Malang Raya. Tak perlu selebriti untuk menarik massa menghadiri kampanyenya, sebab KD sendiri adalah magnet yang memukau warga—terutama ibu-ibu—agar datang mengerubunginya.
“Karena pengalaman pertama sebagai calon anggota legislatif, pendekatannya beda. Ada aja mereka yang nyubit, nyium, selfie ampe puas, nyanyi pakai modal speaker seadanya,” jawab KD ketika dihubungi kumparan, Selasa (7/5).
Selama kurang lebih tujuh bulan, KD berkampanye dan bernyanyi dari desa ke desa. Lagu yang ia bawakan tak pernah jauh dari hitsnya di tahun 1990an akhir, seperti Menghitung Hari, Mencintaimu, atau Cobalah untuk Setia.
Bedanya, ia tak lagi mengenakan gaun mewah berkilauan atau tata cahaya dan pangggung nan megah. Kostumnya kini adalah celana jins dipadu padan dengan kaos polo serta jaket berwarna merah. Riasannya pun tak pernah lepas dari rambut terikat rapi dan pulasan lipstik merah, warna PDIP selaku partai pengusungnya.
Di setiap desa yang ia kunjungi, adik Yuni Shara ini tak berkampanye dengan beragam narasi politik. Apa yang ia sampaikan sederhana saja.
“Iya pembukaan, perkenalan dan mohon doa restu, narasi kebangsaan, pembacaan Pancasila, nyanyi satu lagu, lalu foto bersama,” tutur penyanyi kelahiran 24 Maret 1975. Krisdayanti juga menyatakan bahwa di setiap kampanyenya ia akan berbicara soal hak-hak perempuan, sebab sebagian besar audiensnya adalah ibu-ibu.
“Agar peran politik perempuan bisa seimbang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan menggelorakan cinta tanah air melalui peran perempuan yang berkepribadian dalam kebudayaan,” imbuhnya.
Baginya, materi kampanye yang simpel dan praktis itu menjadi salah satu kunci perolehan suaranya melejit tinggi. Ia diprediksi berhasil meraih 128.494 suara, mengalahkan pamor seniornya seperti Achmad Basarah (PDIP), Nurhayati Ali Assegaf (Demokrat) dan Moreno Soeprapto (Gerindra).
Raihan suaranya yang melampaui ekspektasi itu, menurut KD, merupakan hasil “Kombinasi dari figur, konsep yang tepat, dan pelaksanaan yang disiplin juga loyalitas relawan-relawan yang hebat.”
Para relawan yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, beberapa karang taruna, tim relawan eks Timor Timur, perempuan Katolik Republik Indonesia, dan petani itu, menurut KD, berjasa besar mengurus segala tetek bengek kampanyenya.
“Relawan kordes-korcam (koordinator desa-kecamatan) semua setia. Nggak tahu kenapa mereka begitu loyal. Mungkin mereka setengah sayang dan penggemar, jadi alhamdulillah saling kerja sama,” ucapnya.
Di balik itu semua, bagi KD, peran sang suami—Raul Lemos lah, yang amat berharga. “Suami saya yang sangat berpengalaman dengan politik sudah menempatkan dan memilih tim sukses serta relawan.”
“Yang pasti, suami saya sangat berperan besar,” tegas Krisdayanti .
Sementara Krisdayanti menuai sukses pada debutnya di Pileg 2019 ini, kolega separtainya yang telah lebih dulu malang melintang di dunia politik, Budiman Sudjatmiko, menelan kekalahan. Simak selengkapnya pada artikel berikut.