Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pinjaman online (pinjol ) kembali membawa petaka. Pinjaman ini enaknya hanya sesaat saja, yakni saat terima uang, tetapi bayangan teror terus menghantui saat pembayaran macet, bahkan bisa bikin gelap mata.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa kasus, tak jarang gagal bayar pinjaman online ini berujung pada perbuatan nekat. Bahkan beberapa di antaranya menyebabkan si peminjam memilih mengakhiri hidupnya.
Berikut beberapa kasus pinjol berujung petaka:
Kasus Seorang Ibu di Wonogiri
Seorang ibu rumah tangga berinisial WPS (38) di Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, nekat bunuh diri karena terlilit utang pinjaman online (pinjol).
Selain utang ke sejumlah pinjol, ibu ini juga memiliki utang ke koperasi simpan pinjam atau bank plecit. Bank plecit merupakan akses keuangan informal yang diklasifikasikan sebagai Lembaga Keuangan Bukan Bank informal.
Paur Humas Polres Wonogiri, Aipda Iwan Sumarsono, mengatakan WPS gantung diri di depan teras rumahnya pada Sabtu (2/10). Jasad WPS pertama kali ditemukan oleh mertuanya pukul 04.00 pagi.
ADVERTISEMENT
"Setelah bangun tidur mertuanya itu bermaksud melakukan aktivitas seperti biasa. Tapi justru dia kaget melihat korban sudah dalam kondisi menggantung di teras depan rumah korban yang berhadapan dengan saksi," ujar Iwan.
Berdasarkan pengakuan dari suami WPS, ibu dua anak ini frustrasi lantaran kerap diteror oleh pihak pinjol. WPS meninggalkan sepucuk surat sebelum bunuh diri. Isi surat wasiat itu menjelaskan permintaan maafnya karena terjerat pinjol dan tidak mampu melunasinya.
WPS juga merinci jumlah utangnya kepada 23 pinjol dengan total puluhan juta dalam surat itu. Rata-rata korban berhutang mulai Rp 1,6 juta hingga Rp 3 juta di setiap pinjol.
Petugas Penangkaran Rusa di Gunungkidul
ADS (35), petugas penangkaran rusa BKSDA di Padukuhan Gading IV Kalurahan Gading Kapanewon Playen Gunungkidul, ditemukan tewas gantung diri di kandang rusa, Senin (30/8). Dia diduga nekat gantung diri diduga karena dikejar tagihan pinjaman online.
ADVERTISEMENT
Tetangga ADS, Yusuf Gively Bayu Nurcahyo (30), mengaku mengetahui jika ADS terjerat pinjaman online. Namun dia baru mendapatkan informasi tersebut beberapa hari sebelum ADS tewas bunuh diri.
Tetangganya tahu bahwa ADS berutang usai mendapatkan pesan singkat melalui aplikasi WA di nomer pribadinya. Isi pesan tersebut intinya nomornya dijadikan sebagai jaminan pinjaman online oleh ADS yang juga merupakan teman sepermainannya.
"Selamat siang, nomer anda di cantumkan sebagai kontak penjamin oleh ibu/bapak.......Dengan Nomor Telpon dan WA..... Dengan Nomor Telpon dan WA beliau ada tagihan dan sudah jatuh tempo di apliksi UANGKU dan tdk ada respon baik dari beliau, tolong sampaikan segera untuk melakukan pembyran HARI INI, sebelum data data dan foto foto beliau beralih kepada tim collector kmi, TERIMAKSIH," demikian isi pesan tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Muhammad Wahyudi, ketika dikonfirmasi mengaku belum mengetahui pemicu anak buahnya bunuh diri. Menurutnya yang berhak menyimpulkan pemicu gantung diri yang dilakukan oleh ADS adalah polisi.
"Kami sudah berkoordinasi dengan polisi. Saya menunggu keterangan resmi dari polisi saja," ujar dia.
Sopir di Mampang, Jakarta Selatan
Zulfadhli (35 tahun) ditemukan tewas gantung diri di kamar indekos temannya di Jalan Mampang VII, Tegal Parang, Jakarta Selatan, diduga karena terlilit utang online.
Dugaan itu diketahui lantaran pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir taksi ini meninggalkan sepucuk surat sebelum bunuh diri. Di surat itulah diketahui peliknya masalah yang dialami Zulfadhli hingga akhirnya memilih mengakhiri hidup di seutas tali.
ADVERTISEMENT
"Dari hasil cek TKP oleh anggota Polsek Mampang, ditemukan korban gantung diri dengan seutas tali di pintu kamar mandi indekos dan ditemukan sepucuk surat wasiat korban," ucap Kanit Reskrim Polsek Mampang, Iptu Anton Prihartono, Senin (11/2).
Di surat itu, Zulfadhli meminta maaf kepada anak dan istrinya. Dia lalu meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak berwajib memberantas pinjaman online yang dia sebut sebagai jebakan setan.
Berikut surat lengkap Zulfadli:
Maafkan saya telah membuat semua orang susah. Anak-anak janganlah pernah kalian menjadi orang yang suka berbohong. Ayah telah membuat kalian susah. Kelak menjadilah orang-orang yang jujur. Istriku maafkan aku yang tak pernah membuat kalian bahagia.
Kepada OJK dan pihak berwajib tolong berantas pinjaman online yang telah membuat jebakan setan. Wahai para rentenir online kita bertemu nanti di alam sana.
ADVERTISEMENT
Jangan pernah ada yang bayar utang online saya karena hanya saya yang terlibat, tidak ada orang lain yang terlibat kecuali saya.
Zulfadhli
Karyawan Minimarket di Jakarta Barat
Slamet Khudori nekat mengakhiri hidupnya karena terlilit pinjaman online. Karyawan minimarket itu ditemukan tewas gantung diri di kontrakannya di Jalan H. Muchtar, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Kapolsek Cengkareng Kompol Khoiri mengatakan jasad Slamet ditemukan pada Selasa (26/11) oleh kawan sekantornya, Dian Wahim. Dian curiga karena Slamet tidak masuk kerja selama dua hari.
Lebih lanjut, Khoiri membenarkan dugaan Slamet mengakhiri hidup karena terlilit pinjaman online alias pinjol. Sebab, tidak jauh dari jasad Slamet ditemukan surat yang berisi peringatan agar tidak melakukan pinjaman online.
ADVERTISEMENT
"Kita temukan surat tulisan yang intinya berpisah kepada keluarga dan berpesan kepada siapa pun untuk tidak meminjam uang melalui online gitulah," kata Khoiri.
Percobaan Bunuh Diri
Ada juga kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan karena pinjol. Seperti yang terjadi terhadap seorang guru TK di Malang.
Sebut saja Melati (40), menjadi korban teror tak manusiawi dari para debt collector belasan pinjol yang dia utangi di tahun 2020 lalu.
Dari utang awal Rp 2,5 juta hingga berlipat ganda jadi Rp 30-40 juta. Di tengah kondisi krisisnya, dia diteror dengan berbagai cara. Mulai ancaman dibunuh, nama baiknya dicemarkan, hingga kini dia dipecat dari sekolah tempatnya mengabdi selama 13 tahun.
Hal ini diceritakan oleh kuasa hukumnya, Slamet Yuono, dari 99 and Partners Law Firm.Uutang awal sebanyak Rp 2,5 juta itu terpaksa dia ambil di pinjol lantaran terdesak untuk membayar kebutuhan kuliah semester akhirnya.
ADVERTISEMENT
Kenapa kuliah? Ijazah S1 menjadi syarat wajib di lembaga sekolahnya untuk bekerja. Namun, uang yang diterimanya dari pinjol itu hanya sebesar Rp 1,2 juta. Sisa potongan itu diakui penyelenggara pinjol untuk biaya administrasi dan bunga.
''Tentu jumlah itu sangat mencekik leher peminjam. Tapi berhubung korban terdesak akhirnya dia menyetujui sejumlah syarat dan ketentuan yang berlembar-lembar itu,'' kata Slamet beberapa waktu lalu.
Adapun jumlah tagihannya tembus Rp 30-40 juta di 24 pinjol berbeda-beda. Dihadapkan dengan tagihan segunung, dia juga diteror terus-menerus, bahkan dengan cara yang tidak manusiawi membuat Melati sempat ingin bunuh diri.
Dari penelusuran Slamet, dari 24 pinjol yang diutangi korban, 19 di antaranya merupakan pinjol ilegal yang tak diakui Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
ADVERTISEMENT
Kasus lainnya terjadi di Jakarta Timur. Seorang pria ditemukan bersimbah darah di kamar mandi minimarket Buaran Raya, Duren Sawit. Dia diduga hendak bunuh diri.
"Korban coba bunuh diri dengan beli cutter dan sayat nadi tangan kiri," kata Kapolsek Duren Sawit AKP Rensa Sastika Aktadivia, Minggu (25/10).
Beruntung saat itu salah satu karyawan minimarket memergoki aksi korban. Pihak minimarket kemudian menghubungi pihak kepolisian.
Rensa mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, korban berinisial KS ini mengaku terlilit utang. Sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Karena terbelit utang pinjaman online atau fintech," kata Rensa.
Rensa memastikan KS saat ini dalam kondisi selamat. Aksi percobaan ini dapat digagalkan.
******
Anda bisa mencari bantuan jika mengetahui ada sahabat atau kerabat, termasuk diri anda sendiri, yang memiliki kecenderungan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Informasi terkait depresi dan isu kesehatan mental bisa diperoleh dengan menghubungi dokter kesehatan jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit terdekat, atau mengontak sejumlah komunitas untuk mendapat pendampingan seperti LSM Jangan Bunuh Diri via email [email protected] dan saluran telepon (021) 9696 9293, dan Yayasan Pulih di (021) 78842580.