Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Derita Dalit di India, Kasta yang Bayangannya Pun Dianggap Hina
3 April 2018 11:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Gadis kecil di desa Ganeshpura itu tidak mengerti apa kesalahannya sehingga dia dipukuli oleh orang-orang. Dia ketika itu hanya sedang mengambil air, tapi mengapa orang-orang dewasa itu marah?
ADVERTISEMENT
Kasus yang terjadi pada 2015 ini mengejutkan warga di seluruh dunia, tapi tidak di distrik Chattarpur, negara bagian Madhya Pradesh, India . Gadis itu tidak berdosa, namun dia dianggap hina lantaran lahir dari orangtua Dalit, kasta paling rendah dari sistem Hindu di India.
Laporan kepolisian yang dikutip The Hindu mengatakan, gadis itu memicu kemarahan di desa tersebut karena hal yang luar biasa remeh. Ketika berjalan, bayangan gadis itu mengenai tubuh seorang anggota keluarga yang berkasta lebih tinggi.
Gadis itu dipukuli, diancam bunuh jika terlihat di tempat itu lagi. Saking hinanya warga Dalit, bahkan bayangannya pun dianggap najis.
Kasta yang lebih tinggi tidak akan melakukan kontak fisik dengan Dalit, itulah sebabnya mereka dijuluki "Yang Tidak Tersentuh". Warga dengan kasta lebih tinggi menolak menikahi warga Dalit, mengundang mereka ke rumah, atau berbagi makanan dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian masyarakat India, masyarakat Dalit tidak layak berada pada strata sosial, harus dikucilkan, dan tidak pantas hidup mapan.
Seperti kasus baru-baru ini, tepatnya Sabtu lalu (31/3). Diberitakan AFP, seorang petani berusia 21 tahun dari kasta Dalit dipukuli hingga tewas. Kesalahannya? Dia punya kuda, simbol kekayaan dan kemakmuran.
"Seminggu yang lalu, ketika saya naik kuda dengan putra saya, seorang warga dari kasta Ksatria memperingatkan kami untuk tidak berkuda di desa. Dia mengatakan, Dalit tidak boleh naik kuda, hanya Ksatria yang boleh. Dia mengancam akan membunuh kami jika kuda itu tidak dijual," kata ayah korban.
Dalit = Rusak
India boleh jadi salah satu negara dengan perekonomian paling berkembang di dunia. Akhir tahun lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 7,2 persen, lebih tinggi dari China. India juga layak disebut salah satu negara berteknologi tinggi di dunia. Tapi dalam soal kehidupan sosial, masyarakat India masih berada di jajaran terbawah.
Kasta Dalit berarti "rusak". Saking rendahnya kasta ini tidak bisa masuk ke empat hirarki kasta Hindu India, yang secara berurutan adalah Brahma, Ksatria, Waisya, dan Sudra.
ADVERTISEMENT
Akibat label Dalit, masyarakat dari kasta ini sulit memanjat tangga sosial. Kehidupan mereka melarat, jadi sasaran diskriminasi. Kebanyakan mereka bekerja di sektor pekerjaan kotor, salah satunya mengangkut tinja dari toilet-toilet umum.
Jumlah mereka tidak sedikit, sekitar 17 persen dari 1,3 miliar populasi India. Pada 1949, pemerintah India memang telah menerapkan undang-undang anti-diskriminasi terhadap Dalit, dikenal dengan nama Undang-undang Pencegahan Kejahatan. Namun pada praktiknya penerapannya sangat longgar.
Pekan ini di berbagai negara bagian di India warga Dalit melakukan aksi protes yang berujung ricuh. Sembilan orang tewas dalam bentrok dengan aparat. Aksi ini untuk memprotes keputusan Mahkamah Agung India yang menyatakan pelaku kekerasan, pembunuhan, dan diskriminasi terhadap Dalit tidak bisa langsung ditangkap.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu akan membuat derita Dalit menumpuk. Pada akhir 2016 berdasarkan data pemerintah yang dikutip Reuters, masih ada 90 persen dari 145 ribu kasus kriminal terhadap Dalit yang belum naik ke pengadilan.
Menurut data Biro Catatan Kriminal Nasional India yang dirilis pada 2014 lalu, setiap minggunya ada 13 warga Dalit yang terbunuh, 5 rumah Dalit yang terbakar, 6 orang yang diculik, dan 21 wanita Dalit yang diperkosa. Ada satu kejahatan terhadap Dalit setiap 18 menit di India!
Label Abadi
Satu-satunya cara warga Dalit lolos dari keterpurukan adalah menempuh pendidikan tinggi. Tapi ini juga sulit karena diskriminasi juga berlaku di sekolah.
Menurut situs Dewan Gereja Dunia , 1 dari tiga sekolah negeri di India melarang siswa Dalit duduk satu bangku dengan siswa dari kasta lain. Diskriminasi ini merenggut hak pendidikan anak-anak Dalit, sehingga menjadikan 70 persen wanita Dalit di perdesaan buta huruf.
ADVERTISEMENT
Dr Vinod Sonkar, satu dari segelintir warga Dalit yang berpendidikan, mengakui kesulitannya untuk belajar. Dia mendapatkan diskriminasi di sekolah, bahkan kampus. Dia akhirnya memilih kuliah secara online karena tidak sanggup menghadapi celaan.
Berkat kegigihannya Sonkar merengkuh pendidikan dan berhasil keluar dari jerat kemiskinan. Dia mendapatkan gelar PhD untuk bidang hukum dan menjadi dosen di sebuah kampus di Delhi.
Walau demikian, gelar Dalit seakan tersemat abadi di jidatnya. Kepada BBC pada 2012 lalu, dia menceritakan pengalamannya minum teh di sebuah kedai di Rajashtan.
Pria pemilik kedai menghampirinya, lantas bertanya soal kastanya.
"Saya Dalit," kata Sonkar.
"Kalau begitu, cuci gelasmu sendiri ketika selesai," kata pemilik kedai itu.
Tersinggung, Sonkar melempar gelar itu ke dinding hingga pecah berhamburan. Lalu dia melemparkan uang ke pria itu, jumlahnya cukup untuk segelas teh berikut dengan gelasnya.
ADVERTISEMENT
"Dia tidak ingin menyentuh apapun yang saya sentuh. Saya membuat gelas itu najis. Saya orang yang tidak tersentuh," kata Sonkar.
"Kami masih Dalit, masih rusak, masih tertindas."