Di Balik Lahirnya Monumen Illegal Fishing di Pangandaran

3 April 2017 13:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Aksi Menteri Susi saat bermain Paddle Board. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Menteri Susi saat bermain Paddle Board. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Tak semua kapal pencuri ikan ditenggelamkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus Komandan Satgas 111, Susi Pudjiastuti. Ada juga di antara kapal-kapal tersebut yang dibawa ke Pantai Pangandaran, Jawa Barat untuk dimuseumkan.
ADVERTISEMENT
Berbagai jenis kapal ikan asing dan besar kini sudah berjejer di Pangandaran. Ada beberapa kapal lagi yang akan dibawa ke sana pasca acara penenggelaman kapal di 12 titik di Indonesia, Sabtu (1/4).
Salah satu kapal yang akan dimuseumkan KM Sino 36 yang ditangkap tahun 2015 silam di laut bagian timur Indonesia.
Susi punya alasan tersendiri, mengapa tak semua kapal pencuri ikan yang telah diputuskan secara hukum bersalah diledakan. Generasi mendatang, lanjut Susi, harus memahami bahwa ada masa-masa kelam industri perikanan di Indonesia.
Kapal Sino 26 dan 35. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Sino 26 dan 35. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
"Supaya nanti masyarakat bisa tahu ada zamannya ribuan kapal-kapal asing datang dengan bebas mencuri ikan pakai minyaknya Indonesia, melenggang membawa tangkapannya, membangun industri perikanannya. Sehingga menjadi industri macan perikanan di dunia, yang mengebiri kemampuan Indonesia untuk menjadi pemain yang diperhitungkan di Asia Tenggara," kata Susi saat diwawancarai kumparan (kumparan.com) secara eksklusif di Pantai Lubang Buaya, Desa Morella, Ambon, Sabtu (1/4).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, upaya untuk menjaga kedaulatan di perairan Indonesia harus terus digalakkan. Saat ini moratorium kapal asing yang menganggu industri perikanan dan peledakan kapal pencuri ikan menjadi jalan yang diambil Susi.
"Sejarah harus dikenal oleh bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Bagaimana bisa menghargai sejarahnya kalau itu tidak pernah dicatat? Bayangkan ribuan kapal itu sudah puluhan tahun dan tidak ada yang lihat. Baru sekarang kan kelihatan setelah dimoraturium lalu dilarang transhipment, dilarang operasi," bebernya.
Kapal Sino 26. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Sino 26. (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Perairan Ambon merupakan wilayah favorit bagi kapal-kapal asing pencuri ikan. Namun, hingga saat in kekayaan laut yang begitu luar biasa di Ambon belum dirasakan oleh masyarakatnya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya kita cuma lihat tengah malam, lampu-lampu terang benderang, lain dari itu orang enggak pernah lihat dan enggak tahu. Wagub (Maluku, -red) juga cerita sebagian besar nelayannya bukan nelayan dalam negeri dari 100 orang. Yang bagian masak yang bagian apa, itu tidak bisa diterima akal sehat," ungkap Susi.
"Bagaimana kapal asing, orang asing, nangkap ikan di perairan Indonesia, negeri yang berdaulat merdeka. Tidak masuk akal, Malaysia saja, sampan nelayan kita masuk sudah ketangkap," sambungnya.
Sudah ada beberapa nama kapal besar yang kini mejeng di Pangandaran. Kapal-kapal tersebut antara lain Kapal VF Viking, FK Viking Lagos, dan beberapa kapal asal Nigeria.
Peledakan kapal di Pontianak, Kalimantan Barat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peledakan kapal di Pontianak, Kalimantan Barat (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT