Di Balik Orasi Prabowo

2 Juli 2018 16:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
ADVERTISEMENT
“Tanggal 27 Juni adalah kesempatan rakyat memilih pemimpin-pemimpin yang baik. Saya minta seluruh jajaran Gerindra di manapun berada… keluarga besar Gerindra, kerahkan seluruh kekuatan yang ada,” ucap Prabowo dalam video live streaming yang disiarkan melalui laman Facebook pada Selasa (19/6).
ADVERTISEMENT
Demi mengobarkan semangat kader partai berlambang garuda ini, Prabowo mengatakan, “Gerindra adalah benteng terakhir kemerdekaan Indonesia.” Hari-hari setelahnya, mantan Panglima Kostrad 1998 itu memberondong pemerintah dengan berbagai kritik dan tudingan.
Sempat membuat heboh publik dengan pernyataan ‘Indonesia bubar 2030’, ia kini memperhalus bahasanya dengan menyatakan bahwa ‘kemerdekaan dan kedaulatan kita terancam’. Disusul kemudian metafora ‘negara kita sedang sakit’, Prabowo membangun narasi ketakutan di tengah publik.
Serangan Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Serangan Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Berbagai data perekonomian ia paparkan demi menopang hipotesisnya tersebut.
Misalnya saja Senin (25/6) lalu, di kediaman Ketua MPR Zulkifli Hasan, ia mengatakan total utang Indonesia hampir menyentuh angka Rp 9.000 triliun. Jumlah tersebut yang terdiri dari utang pemerintah sebesar Rp 4.060 triliun, utang BUMN Rp 600 triliun, dan utang lembaga keuangan publik Rp 3.850 triliun.
ADVERTISEMENT
Prabowo juga menambahkan betapa banyak perusahaan pelat merah di bidang konstruksi yang mengalami kenaikan utang gila-gilaan. “(Utang) Waskita Karya naik 669 persen dalam 3 tahun. Wijaya Karya sebesar 181 persen, Adhi Karya 155 persen, dan Pembangunan Perumahan 125 persen,” ucap Prabowo.
Sebelumnya, anak dari ekonom Indonesia Sumitro Djojohadikusumo ini juga mengatakan bahwa, “Beberapa indikator menunjukkan (Indonesia) bukan bangsa yang kuat.” Industri manufaktur yang lemah, pendapatan per kapita yang jauh lebih rendah dari Singapura, hingga peringkat sepak bola Indonesia yang berada di urutan 160-an dari 206 negara.
Menurut pengamat politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati, kritik Prabowo itu secara garis besar terkait dengan kepentingannya menuju Pemilu Presiden 2019. “(Prabowo) membangun semacam utopia atau (persepsi) pada publik bahwa selama ini yang dikerjakan oleh pemerintah itu belum tepat sasaran gitu,” ucap Wasisto.
ADVERTISEMENT
Serupa dengan Wasisto, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Kuskridho ‘Dodi’ Ambardi pun menyatakan bahwa kritikan Prabowo, “Tujuan pada akhirnya tentu saja mendapat dukungan suara.”
Apakah kritikan Prabowo yang sangat gencar dilaksanakan jelang Pilkada Serentak 2018 itu ada kaitannya dengan perolehan suara partai? Apakah itu termasuk bagian dari strategi Gerindra?
Demi menjawab hal itu, kumparan dalam berbagai kesempatan berbeda berbincang dengan beberapa petinggi Gerindra. Di antaranya adalah Wakil Ketua Umum Arief Poyouno dan Ferry Juliantono, Wakil Sekretaris Jenderal Andre Rosiade, serta Kepala Departemen Informasi Publik Partai Gerindra Ariseno Ridhwan.
Berikut rangkuman perbincangan bersama mereka.
Waketum Gerindra Ferry Juliantono (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waketum Gerindra Ferry Juliantono (Foto: Ricad Saka/kumparan)
Prabowo gencar mengkritik pemerintah lewat video live streaming dan di beberapa kesempatan jelang Pilkada Serentak 2018. Apakah ada kaitan di antara keduanya?
ADVERTISEMENT
Andre: Ini enggak ada urusan sama Pilkada ya. Kenapa enggak ada urusan sama Pilkada? Karena ini kritik kan ke pemerintah pusat soal kebijakan ekonomi.
Jadi kritik ini, sebenarnya Pak Prabowo sudah menyampaikan berulang-ulang kali kepada pemerintah melalui saran-saran beliau kepada orang-orang yang beliau kenal di pemerintah.
Tapi kenyataannya, responnya enggak ada. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengkritik agar terjadi koreksi dari kebijakan pemerintah yang ada.
Ferry: Ya kan kalau live streaming, selain komunikasi ketua umum dengan kader-kader di level yang paling bawah bisa terjadi, biasanya arahan, kemudian hal-hal yang penting disampaikan di live streaming.
Saya kira biasa itu. Kan nggak mungkin Pak Prabowo bisa langsung menyapa door to door gitu kan, tapi live streaming yang dilakukan Pak Prabowo sedikit banyaknya kemudian disebar oleh kader kita. Ya tentu bisa jadi sesuatu yang membuat militansi kader bertambah
Andre Rosiade (Foto: Facebook/Andre Rosiade)
zoom-in-whitePerbesar
Andre Rosiade (Foto: Facebook/Andre Rosiade)
Pernyataan dan data-data yang disampaikan Prabowo banyak ditentang, bagaimana persiapan dan suplai data di awal?
ADVERTISEMENT
Andre: Pak Prabowo itu kan sering berdiskusi. Pertama Pak Prabowo itu orang yang suka baca. Bacaannya banyak. Kalau ke luar negeri beli buku. Suka baca.
Yang kedua beliau biasa berdiskusi dengan berbagai pihak para pakar, para ahli. Ya, jadi banyak yang menyuplai data ke beliau.
Kan beliau harus mengungkapkan kebenaran. Kalau orang gelisah, panik, itu biasa. Santai aja. Yang dikemukakan kan bener. Utang kita Rp 9.000 triliun, bener kan. Berat nggak? Berat.
Nggak ada yang salah kok (apa) yang Pak Prabowo ungkapkan. Dana apa yang salah? Nggak ada yang salah. Memang bikin pemerintah sakit gigi gitu lho.
Bahwa pihak lain membantah data atau pendapat yang disampaikan Partai Gerindra maupun Pak Prabowo. Itu kan bagian dari demokrasi. Yang jelas kami sudah menyampaikan keyakinan kami kepada masyarakat dan diharapkan pemerintah mengoreksi kebijakan.
ADVERTISEMENT
Ferry: Pak Prabowo sih bisa bikin pidato sendiri. Keliatan dari pidatonya aja terstruktur sistematis kan, nggak kayak yang lain kan. Pidatonya Jokowi kan keliatan, nggak pakai kertas, keliatan isinya.
Kalau data sih hafal, Pak Prabowo anaknya Sumitro Djojohadikusumo. Data-data pasti ada yang nyiapin. Kan itu bisa dapet juga dari open source juga kok. Data misalkan dari Standard and Poor, terus data misalnya dari Departemen Keuangan. Itu kan open source kan.
Ya makanya, yang nentang siapa. Ali Mochtar Ngabalin? Dia nanggapinnya sesuatu yang berbasis data dengan sesuatu yang kualitatif. Jadi kita menyampaikan sesuatu yang sifatnya kuantitatif, dibalas dengan pertanyaan yang sifatnya kualitatif. Kan nggak nyambung.
ADVERTISEMENT
Ariseno: Materi pidato yg live di Facebook itu biasanya Prabowo dengan tim. Materi itu hasil diskusi bersama dengan badan kajian strategis, dengan dewan pakar, dewan pembina, dan biasanya diskusi bersama sebelum menentukan topik.
Nah mengenai masalah ekonomi Indonesia itu pun, dia--Pak Prabowo--ini kan suka baca ya. Dia seminggu bisa sampai 3-4 buku dan diskusi dengan anggota dewan pembina, anggota dewan pakar dan profesor-profesor, temen-temennya dia untuk diskusi.
Dari diskusi itu, salah satunya juga jadi buku Paradoks Indonesia. Pemikiran-pemikiran Pak Prabowo itu ada disitu. Ketika bicara tentang ekonomi Indonesia dan segala macem, itu sudah dari dulu dia memang punya interest ditambah lagi kalau kita lihat background-nya Pak Prabowo itu anak dari budayawan ekonomi Indonesia yaitu Prof. Sumitro Djojohadikusumo dan cucu dari pendiri Bank Negara Indonesia.
Uji Data Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uji Data Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Apa yang disampaikan oleh Prabowo mempengaruhi perolehan suara dan dukungan untuk Gerindra?
ADVERTISEMENT
Ferry: Kalau itu sih secara langsung enggak ada. Berita di media itu juga bisa jadi berpengaruh terhadap menguatnya sikap kepada kader-kader Partai Gerindra khususnya untuk makin mengukuhkan niat untuk berjuang habis-habisan
Sejauh ini sih menurut saya kalau orang kemudian memahami isi (kritik) tersebut, dan kemudian punya pikiran yang objektif, saya rasa itu menjadi suatu bahan yang penting untuk orang tersebut.
Dan apakah kemudian orang tersebut mendukung kita, kalau dukung alhamdulillah, kalau nggak ya sekadar informasi aja. Yang penting menjadi kewajiban kita untuk mengingatkan ada (masalah) ini. Itu kan kewajiban seorang politisi.
Prabowo berorasi (Foto: Antarafoto/Darwin Fatir)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo berorasi (Foto: Antarafoto/Darwin Fatir)
Kalau untuk Partai Gerindra, sentimen ganti presiden itu besar. Karena kan semua keputusan orang-orang yang memilih mengalihkan suara atau mengambil keputusan mendukung pasangan yang didukung oleh kami di Jawa Barat dan Jawa Tengah itu adalah kelompok pemilih yang satu minggu sebelumnya itu masih belum memutuskan.
ADVERTISEMENT
Ini jumlahnya besar sekali, ya akhirnya keputusan yang mereka ambil mendukung pasangan yang kami dukung itu lebih banyak didasarkan karena adanya sentimen ganti presiden itu.
Arief: Enggak ada. Kalau kritik Pak Prabowo itu bukan masalah pilkada. Masalah sebuah kebenaran. Contohnya LRT ya memang LRT di Indonesia itu mahal kalau berbanding sama Malaysia ya jauh.
Contoh begini, LRT di Palembang cuma 13 stasiun katanya biayanya cuma Rp 37 miliar per km, sementara di Malaysia Rp 817 miliar per km. Ya memang secara hitungan lebih mahal di Malaysia hitungan kilometer-nya.
Tapi bukan menghitung km-nya, fasilitas yang dibangun sama enggak di Malaysia dengan yang di Palembang.
ADVERTISEMENT
Di Malaysia itu dibangun 26 stasiun pemberhentian, 2 km lintasan underground, 1 stasiun di bawah underground, dan kualitas konstruksinya kan bagusan Malaysia.
Kalau di sini kan ambruk konstruksinya, busuk, kaya yang di Pulomas itu ambruk. Nah kalau LRT-nya yang di Indonesia itu KW 3 buatan INKA, kalau punyanya Malaysia buatan Jepang.
Jadi mahalan di sana, tapi kalau di sisi biaya dan kualitas terlalu mahal LRT-nya Indonesia.
Ariseno: Kalau modal dukungan rakyat saya yakin masih banyak yang mendukung Pak Prabowo. Justru kalau lihat hasil pilkada kemarin bisa dibilang banyak orang yang ingin mengganti presiden.
Dan kalau kita lihat dari beberapa wilayah di Indonesia, calon-calon yang diunggulkan oleh Pak Prabowo, walau tidak menang, itu dari yang namanya tidak orang kenal sampai bisa hanya selisih 3-4 persen, kan canggih kalau menurut saya.
ADVERTISEMENT
Pak Prabowo juga menginformasikan (kritik) itu karena kita ingin menjadi Indonesia yang raya kan, seperti nama partai kita, partai Gerakan Indonesia Raya. Ya walaupun sudah kita informasikan bahwa kondisi bangsa seperti ini, bisa lebih baik.
Mengenai dukungan itu, kalau kita oke memang kita bicara menang kalah, kita dari beberapa provinsi kita kalah. Tapi kekalahan itu juga mesti lebih detail lagi.
Contoh Jawa Barat deh, Sudrajat-Syaikhu, ya kan. Dia tuh melawan petahana semua. Mereka baru mulai kampanye awal tahun lho, sampe bisa selisih hanya 3-5 persen. Itu menurut saya itu memperlihatkan sesuatu. Dan kalau kita bisa memakai istilah ganti presiden ya ada arah ke sana
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Kalau terkait penggalangan dana, sejak kapan dan mengapa program itu diadakan?
ADVERTISEMENT
Andre: Biaya politik ini tambah lama tambah mahal. Lalu yang kedua, sumber daya kita tentu terbatas. Kami ini oposisi ya, sumber daya kami terbatas, sumber daya Partai Gerindra terbatas, sumber daya Pak Prabowo terbatas.
Kita punya uang, bukan bokek. Kita punya uang itu tapi terbatas. Makanya kita butuh dukungan rakyat.
Ini kan cara berpolitik yang kreatif yang bagus dan baru. Dan kami meyakini bahwa ini akan menjadi contoh dan akan jadi metode yang akan ditiru oleh partai-partai lain. Karena luar biasa, hari pertama Rp 88 juta, hari kedua Rp 255 juta kan lumayan bro.
Gimana cari duit, modal Facebook doang, dapet segitu. Ada yang nyumbang Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan ini menunjukkan partisipasi masyarakat itu luar biasa.
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Idhad Zakaria)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto. (Foto: AFP/Idhad Zakaria)
Ferry: Kita menganggap pelaksanaan Pilkada, Pileg, Pilpres, mahal. Biaya politiknya mahal. Itu memang benar kalau itu.
ADVERTISEMENT
Tapi tidak kemudian berarti menyatakan itu terus kita (dianggap) nggak siap. Cuma proses kita melakukan penolakan, melalui DPR. Kan waktu itu keputusan bersama di DPR-nya akhirnya kembali melaksanakan Pilkada dipilih secara langsung. Ya kan konsekuensinya biayanya mahal. Karena mahal kemudian hanya orang yang punya uang yang kemudian bisa (ikut serta).
Nah kalau pertanyaannya orang punya uang, terus bagaimana. Ada orang yang punya idealisme, ada yang punya ini, bisa jadi kalah karena yang punya uang itu. Meskipun dia nggak punya idealisme atau ideologi--koruptor, bandar narkoba, atau kepentingan asing--itu punya duit terus gimana, kan bisa (menang).
ADVERTISEMENT
Arief: (Gerindra) punyanya publik udah. Udah dari setahun program penggalangan dana kita siapkan, kenapa? karena Partai Gerindra itu tidak mau menjadi partai seperti partai yang dimiliki oleh seseorang.
Partai Gerindra ini sudah menjadi partai miliknya masyarakat. Karena itu masyarakat sudah berpartisipasi menyumbang ke Gerindra untuk dana penggalangan perjuangan.
------------------------
Simak ulasan mendalam Siasat Terakhir Prabowo di Liputan Khusus kumparan.