Di Sidang, Walkot Blitar Ceritakan Perampokan: Istri Diancam Ditelanjangi

8 Agustus 2023 20:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Blitar, Santoso menghadiri sidang pemeriksaan saksi kasus perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar terhadap eks Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (8/8/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Blitar, Santoso menghadiri sidang pemeriksaan saksi kasus perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar terhadap eks Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (8/8/2023). Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wali Kota Blitar, Santoso, menjadi saksi dalam sidang kasus perampokan rumah dinasnya, Selasa (8/8). Otak perampokan rumah dinas itu yaitu eks Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar.
ADVERTISEMENT
Santoso menyampaikan, aksi perampokan itu terjadi pada tanggal 12 Desember 2022 dini hari. Ketika itu, ia sedang tidur di salah satu kamar di rumah dinas tersebut.
Tiba-tiba, ada tiga orang perampok mendobrak pintu kamarnya. Namun, ia belum tersadar penuh dari tidurnya karena dianggap ada gempa bumi.
"Kurang lebih jam 3. Jam 2 baru bisa tidur. Istri jam 3 habis salat malam. Salat belum selesai tiba-tiba pintu kamar didobrak. Istri takut, saya dibangunkan. Dalam posisi sadar-tidak sadar, saya pikir itu getaran (gempa) lindu. Ternyata perampok sudah dobrak pintu kamar, masuk ke ruangan saya. Pintu terkunci berhasil didobrak," kata Santoso dalam persidangan di Ruang Cakra Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa (8/8).
Tidak lama, Santoso dan istrinya langsung disergap dan diminta untuk tiarap. Lalu, para perampok itu mengikat tangan dan kaki mereka.
ADVERTISEMENT
"Saya berada di kamar langsung disergap diminta tiarap. Dua orang yang satu menyergap istri. Saya diminta tertelungkup di lantai, tangan mulut dilakban. Tangan kaki diikat ke belakang," jelasnya.
Santoso mengaku bahwa ia tak mengetahui secara jelas muka para perampok karena lampu kamar mati. Kemudian, ketiga perampok itu meminta Santoso untuk menunjukkan tempat penyimpanan hartanya.
"Saya menyampaikan tidak punya brankas. Beliau mengancam kalau tidak menunjukkan brankas, istri akan ditelanjangi," terangnya.
Mendengar ancaman itu, Santoso pun memberikan petunjuk tempat ia menyimpan hartanya. "Karena ada ancaman itu, saya memang tidak punya brankas kecuali tas kecil yang saya simpan di lemari pakaian. uangnya istri. Lemari tidak dikunci," ungkapnya.
"Uang itu diambil. Saya tidak tahu siapa yang ngambil karena saya tertelungkup di lantai. Diacak-acak diambil uang dan barang-barang lain," tambah dia.
ADVERTISEMENT
Ia menyampaikan, ada sejumlah barang berharga miliknya dan istrinya yang diambil para perampok itu.
"Milik saya jam tangan, kacamata beberapa perhiasan milik istri. Total saya tidak tahu persis. Kira-kira Rp 400 juta," ujarnya.

Tak Menyangka Samanhudi Pelaku Utama

Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar. Foto: Fanny Kusumawardhani /kumparan
Santoso menambahkan, ketika itu ia tidak menduga bahwa otak perampokan merupakan Samanhudi.
"Saya tidak tahu kaitan dengan terdakwa (Samanhudi) dengan peristiwa itu. Kalau sekarang dengan terkuaknya peristiwa ini akhirnya saya tahu, menduga pun tidak," tandasnya.