Dianggap 'Penyihir', Remaja Albino di Burundi Dibunuh

Albino di Afrika. Foto: REUTERS/Carlo Allegri

Satu lagi albino jadi korban pembunuhan di Afrika.

Seorang remaja albino dibunuh di Burundi. Jasad remaja laki-laki berusia 15 tahun itu ditemukan pada Sabtu (17/8) malam dalam kondisi terpotong-potong.

"Remaja albino itu terbunuh dengan kejam, pembunuhnya memotong kaki kanannya tepat di lutut, lengan kanan, dan lidahnya," kata ketua kelompok HAM Albinos Without Borders, Kassim Kazungu, dilansir The Independent, Rabu (20/8).

Ini bukan kali pertama kasus pembunuhan terhadap manusia albino terjadi. Sejak 2008, lebih dari 20 manusia albino telah dibunuh di Burundi.

Ilustrasi albino di Afrika . Foto: REUTERS/Carlo Allegri

Pada 2016, seorang anak perempuan berusia 5 tahun diculik dari rumahnya oleh orang-orang bersenjata. Tak lama kemudian, jasadnya ditemukan terpotong-potong.

Perlakukan diskriminasi ekstrem dan kekerasan terhadap orang albino tidak hanya terjadi di Burundi. Praktik ini juga ditemukan di Tanzania, Pantai Gading, Kongo, Senegal, dan Zimbabwe.

Di Afrika, manusia albino yang memiliki kulit dan rambut berwarna putih akibat kondisi kekurangan pigmen dalam tubuhnya dianggap 'penyihir'. Manusia albino dipercaya sebagai pembawa keburukan dan juga kesialan, jika dibiarkan hidup.

Albino di Tanzania. Foto: REUTERS/Carlo Allegri

Oleh karenanya, manusia albino sering diserang dan dibunuh atas nama kemakmuran, kekayaan, dan kekuatan yang lebih besar.

Beberapa bagian tubuh orang albino seperti kulit, lidah, tangan, telinga, tengkorak, jantung, dan organ kelamin mereka dipercaya memiliki kekuatan magis. Potongan-potongan tubuh itu digunakan untuk membuat ramuan dan mantra.

Bagian tubuh mereka disebut sebagai 'suku cadang' diperjualbelikan secara komersial. Menurut Palang Merah Internasional, kerangka tubuh orang albino bisa dijual dengan harga USD 75.000 atau setara dengan Rp 1 miliar.