Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Din: Tak Perlu Habiskan Anggaran Sidang Isbat, Umumkan Lebaran Ada 21 & 22 April
19 April 2023 15:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Idul Fitri atau 1 Syawal 1444 Hijriah pada tahun ini diperkirakan akan berbeda antara Muhammadiyah yang sudah menetapkan jatuh pada Jumat (21/4), dengan pemerintah yang kemungkinan hasilnya Idul Fitri pada Sabtu (22/4).
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah memutuskan berdasarkan hitungan astronomis (hisab) sehingga sejak jauh hari sudah tahu hasilnya, sementara pemerintah perlu pertimbangan manual melihat awal bulan (hilal) dengan teleskop.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengatakan posisi bulan pada saat sidang Isbat digelar Kamis (20/4), diperkirakan tidak bisa dilihat (imkan al-ru'yah). Sehingga sudah tentu 1 Syawal belum masuk.
"Karena posisi bulan pada Jumat 20 April 2023 masih di bawah imkan al-ru'yah maka tidak perlu diadakan Rapat Isbat yang hanya menghabiskan anggaran negara," ucap Din dalam keterangan tertulis, Kamis (19/4).
Lantaran sudah diperkirakan hasil sidang isbat adalah 1 Syawal jatuh pada Sabtu (22/4), maka Din menyarankan pemerintah untuk mengumumkan saja tahun ini ada dua waktu berbeda Idul Fitri.
"Adalah kepemimpinan hikmah berdasarkan Pancasila (kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan) untuk mengumumkan bahwa pada tahun ini ada dua keyakinan tentang Idul Fitri: 21 April 2023, dan 22 April 2023," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Silakan umat memilihnya sesuai keyakinan dan tetap merayakan ldul Fitri dalam semangat ukhuwah Islamiyah," imbuh Din.
Din menjelaskan, perbedaan Idul Fitri 1 Syawal sering terjadi, walaupun tidak selalu terjadi setiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan hadis yang dipakai antara 'sempurnakan bilangan bulan dan perhitungkan' atau 'perkirakan posisi hilal'.
"Sebenarnya sama-sama menggunakan rukyat (Bahasa Arab: melihat atau berpendapat). Perbedaannya yang satu menggunakan rukyat bil 'aini (melihat dengan mata inderawi), dan yang satu rukyat bil 'aqli (melihat dengan mata pikiran)," kata mantan Ketum MUI itu.
Menurutnya, kedua pendapat itu sulit dipertemukan seperti meyakini sesuatu dengan melihatnya (seeing is believing) dan meyakini sesuatu dengan mengetahuinya (knowing is believing).
Idul Fitri, kata Din, adalah ibadah berdasarkan keyakinan sesuai dalil naqli dan 'aqli. Maka kepada kaum muslimin untuk menunaikan Salat Idul Fitri sesuai keyakinannya masing-masing tanpa merusak silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.
ADVERTISEMENT
"Sesuai amanat Konstitusi Pemerintah harus mengayomi rakyat warga negara dengan memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing," tegasnya.
***
kumparan bagi-bagi berkah senilai jutaan rupiah. Jangan lewatkan beragam program spesial lainnya. Kunjungi media sosial kumparan untuk tahu informasi lengkap seputar program Ramadhan! #BerkahBersama