Dino Pati Djalal: Hanya 29% Orang Indonesia Punya Pengetahuan soal Krisis Iklim

4 Juli 2024 16:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran buku 'Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia'.  Foto: Dok: FPCI
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran buku 'Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia'. Foto: Dok: FPCI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu perubahan iklim semakin menguat di tengah situasi geopolitik yang memanas dan berlangsungnya konflik di sejumlah negara. Selain itu, adanya ketimpangan pengetahuan soal isu iklim. Ketua Foreign Policy Community of Indonesia, Dino Patti Djalal, menyebut, hanya sedikit orang Indonesia yang menyatakan memiliki pengetahuan terhadap perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
"Hanya 29 persen orang Indonesia yang memiliki pengetahuan perubahan iklim dan angka ini adalah yang tertinggi di Asia Pasifik," ujar Dino dalam peluncuran buku 'Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia', Rabu (3/7).
Dino menekankan pentingnya carbon market tumbuh dengan cepat sebagai kunci sukses ekonomi hijau yang dirintis pemerintah.
Sejauh ini, menurutnya, fokus dalam upaya perubahan iklim untuk mencapai transisi net-zero terhambat sejumlah hal, di antaranya kondisi geopolitik yang justru membuat negara-negara lebih menghabiskan dana untuk perang.
"Uang itu sebetulnya ada, tapi tersedot untuk membayarkan perang. Sumber daya, uang, dan lain-lain banyak tersedot untuk geopolitik, pertahanan, dan beli senjata," imbuhnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbud, Iwan Syahril, menyebut dampak dari perubahan iklim lebih dahsyat dari COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Jika kita bayangkan pada waktu mengalami COVID-19, kita tidak tahu apakah akan ada di bulan depan dan seterusnya, perubahan iklim ini jauh lebih dahsyat dampaknya jika tidak bergerak dari sekarang," katanya.
Peluncuran buku 'Angka dan Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia'. Foto: Dok: FPCI
Sementara itu, pendiri We The Genesis, Danya Tjokroardi menekankan pentingnya kekuatan struktural dan politik dalam penyelesaian krisis iklim.
"Apakah inovasi iklim berhenti pada penyerahan medali dan prestasi? Harapan saya tidak. Pada buku yang hari ini diluncurkan, buku Angka & Fakta Perubahan Iklim untuk Masa Depan Indonesia (Essential Climate Numbers for Our Survival), buku ini memaparkan realita. Sains yang dibarengi juga dengan politik dan teknokratik," jelasnya.
Di acara yang sama, Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim 2010-2019, Rachmat Witoelar, menyebut, aturan perubahan iklim tidak bisa diturunkan dari atas.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak bisa hanya melibatkan pemerintah, NGO, pakar universitas, dan anak-anak muda harus turut serta," katanya.
Acara peluncuran buku ini diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Climate Unit di Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Buku tersebut ditulis oleh 30 kontributor dari berbagai kalangan.