Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Direktur WHO Eropa Sebut Vaksin Corona Dosis Ketiga Lindungi Masyarakat Rentan
31 Agustus 2021 1:34 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Direktur Regional WHO Eropa , Hans Kluge, memiliki pendapat yang jauh lebih positif soal vaksin corona dosis ketiga (booster) dibandingkan dengan pandangan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
ADVERTISEMENT
Dalam jumpa pers pada Senin (30/8), Kluge mengatakan, sudah ada lebih banyak penelitian yang menunjukkan vaksinasi dosis ketiga mampu melindungi masyarakat yang memiliki kondisi kesehatan rentan.
“Dosis ketiga vaksin [COVID-19] bukanlah sebuah kemewahan yang direnggut dari orang-orang yang masih menunggu suntikan dosis pertamanya. [Vaksin dosis ketiga] ini adalah cara untuk melindungi orang-orang yang kesehatannya paling rentan,” ungkap Kluge, dikutip dari Reuters.
Meski begitu, masih dibutuhkan lebih banyak bukti soal efektivitas dari dosis booster ini.
Kluge juga mendesak negara-negara Eropa yang memiliki kelebihan suplai dosis vaksin untuk segera menyumbangkan kepada yang lebih membutuhkan, terutama negara-negara di Eropa Timur dan Afrika.
“Peningkatan laju penularan COVID-19 di penjuru Eropa dalam dua pekan terakhir, dikombinasikan dengan rendahnya tingkat vaksinasi di sejumlah daerah, sangatlah mengkhawatirkan,” kata Kluge.
Seperti diketahui, pekan lalu, Tedros Ghebreyesus menjelaskan bahwa data dari penelitian soal vaksinasi dosis ketiga masih belum meyakinkan.
ADVERTISEMENT
Merespons komentar Tedros, perusahaan pengembang vaksin Pfizer/BioNTech menjelaskan dosis ketiga vaksin corona mereka mampu memicu tiga kali lebih banyak antibodi dibandingkan dengan setelah vaksinasi dosis kedua.
Sejak awal bulan Agustus, sang Dirjen WHO telah meminta pemberian dosis tambahan untuk disetop sementara dan fokus pada mendistribusikan vaksin kepada negara-negara berpendapatan rendah.
Sebab, menurut Tedros, kesenjangan vaksin antara negara berpendapatan tinggi dan negara berpendapatan rendah semakin melebar.