Disdik Jateng Tanggapi Guru di Pekalongan Tularkan Corona demi Tunjangan

8 Juni 2021 18:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sekolah yang sepi karena masih menerapkan pembelajaran online di tengan pandemi corona.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekolah yang sepi karena masih menerapkan pembelajaran online di tengan pandemi corona. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Cabang Dinas Pendidikan (Disdik) Wilayah 13 Jawa Tengah menyayangkan aksi nekat guru SMAN 4 Kota Pekalongan yang tetap berangkat sekolah meski tahu ia kehilangan indra penciuman atau anosmia.
ADVERTISEMENT
Walhasil guru tersebut positif corona dan menularkan ke 36 tenaga pendidik yang ada di sekolah itu.
Guru itu nekat ke sekolah demi pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena takut tunjangan guru dipotong jika tidak datang ke sekolah. Padahal anosmia merupakan gejala cukup spesifik bagi seseorang yang terinfeksi COVID-19.
"Sebenarnya itu yang penting izin ke sekolah bilang ke sekolah, (harusnya) bilang ke kepala sekolah (kalau sakit)," ujar Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 13 Jawa Tengah Zumrotul saat dihubungi, Selasa (8/7). Zumrotul belum mengetahui status guru tersebut, honorer atau PNS. Namun menurut dia, harusnya guru itu jujur bilang ke kepala sekolah bahwasanya sedang sakit ataupun memiliki gejala anosmia. Karena dengan demikian, kepala sekolah akan memaklumi dan tunjangan untuk guru tersebut tetap didapat. Menurut Zumrotul, setiap guru di Jateng, baik itu honorer atau pun PNS, memang mendapat tunjangan per hari mengajar. Dia tak menyebut berapa besaran tunjangannya.
ADVERTISEMENT
"Nanti kan dapat surat dokter semisal sakit, lalu diurus surat cutinya berapa hari, kalau sudah kaya gitu tidak ada dipotong. Yang penting bilang," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 37 guru dan tenaga pendidik Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Kota Pekalongan terkonfirmasi positif COVID-19. Hasil itu diketahui usai mereka menjalani tes usap PCR.
Klaster guru bermula dari salah seorang guru yang mengalami gejala kehilangan penciuman atau anosmia. Namun ia tetap nekat berangkat ke sekolah.