Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tinggal di perumahan elite, memiliki tiga buah sepeda motor, dan mobil jenis Avanza membuat Dita Oepriarto (46), si kepala dari keluarga bomber 3 gereja, dianggap sebagai orang berada. Bahkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat tidak menyangka, orang berada seperti Dita menjadi dalang dari pengeboman yang menewaskan 18 orang di 3 gereja di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Dita pernah terdaftar sebagai mahasiswa diploma 3 program studi manajemen pemasaran dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Hal ini dibenarkan oleh Rektor Unair Mohammad Nasih. Namun, Mohammad Nasih mengatakan bahwa Dita tidak lulus kuliah dan di DO dari kampus karena hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47.
Memang, tingkat pendidikan tidak selalu menjamin seorang akan sukses. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menghasilkan kesuksesan itu. Sama halnya dengan Dita, walau tidak lulus kuliah, ia mencoba peruntungan sebagai pengusaha minyak jintan, minyak wijen, serta minyak kemiri yang ia pasarkan melalui media sosial.
Sekilas, bisnisnya itu terlihat sukses, tercermin dari kekayaan yang ia miliki. Namun ternyata kekayaan itu tidak sepenuhnya berasal dari usahanya. Dari penelusuran kumparan, nyatanya rumah dan mobil yang keluarga bomber itu miliki berasal dari mertua Dita, Haji Kusni.
Keluarga besar Haji Kusni merupakan keluarga yang terpandang di Muncar, Banyuwangi. Dengan bisnis jamu tradisional yang terbilang sukses, Haji Kusni disebut oleh warga sekitar sebagai salah satu orang terkaya di Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Tak pelak bagi pria yang juga merupakan pensiunan TNI AL ini, bukan suatu hal yang sulit berbagi rezeki kepada keluarga anaknya sendiri, Puji Kuswati (42).
Dari Mobil hingga Rumah di Kawasan Elite
Menurut keterangan salah seorang dari keluarga besar Haji Kusni, Rusiyono, keluarga Dita pernah diberi 3 unit mobil oleh Haji Kusni. Namun, entah mengapa setiap mobil yang diberikan selalu dijual.
Bahkan ketika mengetahui 3 mobil sebelumnya sudah dijual oleh anaknya, Haji Kusni dengan berbaik hati kembali memberikan mobil ke-4 berjenis Avanza kepada Puji Kuswati.
Namun tidak disangka, mobil terakhir yang diberikan oleh Haji Kusni menjadi kendaraan yang digunakan oleh sang menantu untuk melangsungkan aksinya mengebom GPPS Arjuna.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya mobil, Rusiyono menuturkan bahwa rumah yang ditempati oleh keluarga bomber itu merupakan pemberian dari Haji Kusni. Rumah tersebut mulai ditinggali oleh Dita dan keluarga pada 2012. Saat dibeli, rumah tersebut masih berharga sekitar Rp 600 juta.
Dari penelusuran kumparan, saat ini harga rumah yang berlokasi di kompleks Wonorejo Asri, Kavling 22, Wonorejo Rungkut, Surabaya, itu sudah pada kisaran Rp 1,2 sampai Rp 1,5 miliar.
"Sejak tinggal di Surabaya itu rumahnya dibelikan sama Haji Kusni. Nilainya sekitar Rp 600 juta. Tapi anehnya belakangan ini katanya kok mau dijual. Alasannya rumah itu terkena najis," ujar Rusiyono dikutip dari publisher kumparan, BeritaJatim , Selasa (15/5).
Fakta-fakta lain pun mulai terungkap, selain mobil dan rumah mewah, dari keterangan Rusiyono, keluarga Dita pun kerap kali mendapatkan uang dari Haji Kusni untuk kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman menegaskan, keluarga Puji Kuswati di Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar tak terlibat jaringan teroris meskipun kedua belah pihak masih berhubungan darah.
Selain itu, Puji sudah tidak tinggal di rumah Haji Kusni semenjak Puji masih berusia 20 bulan. Puji dirawat oleh kaka dari Haji Kusni di Magetan. Rusiyono pun mengatakan bahwa Haji Kusni syok setelah mendengar bahwa Puji adalah orang dibalik pengeboman 3 gereja di Surabaya.
"Keluarga baru tahu tadi malam dari televisi. Tahu persis saat polisi menampilkan foto keluarga Puji Kuswati itu. Saat itu juga, Pak Haji syok berat," ungkap Rusiyono Senin (14/5).
Dita Oepriarto, Puji Kuswati, beserta keempat anaknya yakni Yusuf Fadhil (18), Firman Halim (16), Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (9) menjadi pelaku dari bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Akibat insiden peledakan 3 gereja ini, tercatat 18 orang tewas termasuk di antaranya Dita dan keluarga. Selain korban tewas, sebanyak 39 orang mengalami luka-luka dan harus menerima perawatan intensif di rumah sakit.