Donald Trump Larang Paket dan Pos dari China Masuk ke AS

5 Februari 2025 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Karyawan Layanan Pos Amerika Serikat. Foto: Frederic J. Beown/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Karyawan Layanan Pos Amerika Serikat. Foto: Frederic J. Beown/AFP
ADVERTISEMENT
Layanan Pos Amerika Serikat (USPS) menangguhkan sementara pengiriman paket dari China dan Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Keputusan diambil usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghapus kebijakan perdagangan yang selama ini dimanfaatkan pengecer seperti Temu dan Shein untuk mengirim barang bernilai rendah tanpa bea masuk ke AS.
Kebijakan baru ini sejalan dengan tarif tambahan 10 persen yang mulai berlaku pada Selasa (4/2), serta rencana Trump untuk menutup celah aturan 'de minimis'—yang selama ini memungkinkan barang dengan nilai di bawah USD 800 masuk tanpa tarif.
Selain faktor ekonomi, keputusan ini berakar pada kekhawatiran AS terhadap masuknya fentanil. Obat penyeri hebat atau analgesik opioid itu menjadi penyebab lonjakan kasus overdosis di AS.
Ilustrasi paket. Foto: PeopleImages/Getty Images
Fentanil dan turunannya memiliki efek 50 kali lebih kuat dibanding heroin, dan membuatnya sangat mematikan meski dalam dosis kecil.
ADVERTISEMENT
Washington berulang kali menuding Beijing tak berbuat banyak untuk menghentikan pasokan zat ini ke AS.
Laporan Reuters menyebut pemasok China menggunakan celah perdagangan bebas untuk menyelundupkan fentanil dengan menyamarkannya sebagai produk biasa seperti gadget dan barang berbiaya rendah.
"Menurut pandangan kami, USPS akan memerlukan waktu untuk memilah cara melaksanakan pajak baru sebelum mengizinkan paket China tiba di AS lagi," kata analis ekuitas senior di Morningstar, Chelsey Tam.
"Ini merupakan tantangan yang signifikan bagi mereka karena ada 4 juta paket de minimis per hari pada tahun 2024, dan sulit untuk memeriksa semua paket—jadi itu akan memakan waktu."

Dampak pada Bisnis dan Konsumen

Keputusan USPS memicu kebingungan di kalangan pengusaha dan konsumen. Salah satunya John Khan. Pedagang di Hong Kong itu mengaku frustrasi karena tidak dapat melacak paket yang dikirimnya ke AS.
ADVERTISEMENT
“Perang politik ini tidak hanya memengaruhi pemerintah, tapi juga kami yang bergantung pada perdagangan lintas negara,” ujarnya kepada Reuters.
Penyedia logistik Easyship juga memperingatkan, bisnis yang sering mengirim produk di bawah USD 800 ke AS kini akan menghadapi pengawasan lebih ketat.
Perusahaan menyarankan pengirim untuk membuka pusat distribusi di AS atau bermitra dengan gudang lokal untuk menghindari hambatan regulasi.
Namun, beberapa perusahaan logistik besar seperti FedEx dan SF Express bertekad akan tetap mengirim paket ke AS.

Nasib Shein dan Temu

Ilustrasi e-commerce China. Foto: Shutter Stock
Dua raksasa e-commerce China, Shein dan Temu, menjadi pihak yang paling terdampak.
Berdasarkan laporan Komite Kongres AS untuk China, keduanya bertanggung jawab atas 30 persen dari seluruh paket de minimis yang masuk ke AS setiap hari. Hampir setengah dari total pengiriman dalam kategori ini berasal dari China.
ADVERTISEMENT
Shein dan Temu sebelumnya sudah bersiap menghadapi perubahan regulasi dengan mendiversifikasi rantai pasokan mereka.
Langkah yang diambil termasuk membuka gudang di AS, menambah produk dari luar China, dan melibatkan lebih banyak penjual lokal. Namun, sebagian besar barang mereka masih diproduksi di China, sehingga dampak kebijakan ini tetap signifikan.
Selain ancaman tarif, AS juga sedang mempertimbangkan untuk memasukkan Shein dan Temu ke dalam daftar ‘kerja paksa’ yang disusun oleh Kementerian Keamanan Dalam Negeri.
Karyawan Layanan Pos Amerika Serikat mengenakan topi Sinterklas di kantor mereka di Los Angeles, Rabu (30/11/2022). Foto: Frederic J. Beown/AFP
Meskipun tarif baru membuat barang dari China lebih mahal, para analis menilai volume impor e-commerce kemungkinan tetap tinggi.
Chief Airfreight Officer di Xeneta, Niall van de Wouw, mengatakan permintaan terhadap barang murah dari China masih sangat kuat.
“Kenaikan harga mungkin tidak cukup untuk menekan permintaan. Namun, keterlambatan pengiriman akibat hambatan operasional bisa berdampak lebih besar bagi konsumen,” ujarnya seperti diberitakan Reuters.
ADVERTISEMENT