Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Drama Politik Korsel: Parlemen 2 Kali Makzulkan Presiden dalam 2 Pekan
29 Desember 2024 19:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Krisis politik di Korea Selatan kian memuncak usai parlemen negara tersebut kembali memakzulkan seorang presiden, kali ini penjabat presiden Han Duck-soo.
ADVERTISEMENT
Pemakzulan yang berlangsung pada Jumat (27/12) itu terjadi hanya dua minggu setelah presiden Korsel sesungguhnya, Yoon Suk-yeol, diberhentikan karena mendeklarasikan darurat militer yang kontroversial.
Han yang sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri, ditunjuk sebagai penjabat presiden pada 14 Desember, menyusul pemakzulan Yoon atas tuduhan pemberontakan.
Namun, oposisi kembali mendesak lantaran Han menolak menyelesaikan proses hukum terhadap Yoon dan enggan menunjuk hakim tambahan untuk Mahkamah Konstitusi.
Pemakzulan Bersejarah
Ketua Majelis Nasional Woo Won-shik mengumumkan hasil pemungutan suara di mana 192 anggota parlemen mendukung pemakzulan Han.
“Saya umumkan bahwa mosi pemakzulan Perdana Menteri Han Duck-soo telah disahkan. Dari 192 anggota parlemen yang memberikan suara, 192 memilih untuk memakzulkan," kata Ketua Majelis Nasional Woo Won-shik,” kata Woo, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Namun, proses ini menuai protes keras dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa.
Mereka menilai pemakzulan hanya membutuhkan mayoritas sederhana, bukan dua pertiga suara seperti pemakzulan Yoon.
Anggota PPP langsung menyerukan protes dan menuntut Woo mundur dari jabatannya.
Krisis Pemerintahan Berlanjut
Han menerima keputusan parlemen dengan menyatakan dirinya, “menghormati proses demokrasi”.
Namun, krisis politik yang mendalam kini berpindah tangan ke Menteri Keuangan Choi Sang-mok, yang ditunjuk sebagai penjabat presiden sekaligus perdana menteri.
Choi berjanji untuk meminimalkan kekacauan pemerintahan.
“Saat ini, prioritas utama adalah memastikan stabilitas negara,” ujarnya.
Gelombang Demonstrasi
Situasi semakin rumit usai demonstrasi besar-besaran yang digelar di seluruh Korea Selatan pada Sabtu (28/12).
Kelompok pendukung dan penentang Yoon mengadakan aksi tandingan. Gelombang demonstrasi itu mencerminkan keterbelahan masyarakat Korsel.
ADVERTISEMENT
Di satu sisi, pendukung Yoon menilai pemakzulannya adalah langkah politis yang tidak sah. Di sisi lain, para penentangnya mendesak agar Yoon bertanggung jawab atas kebijakan yang dinilai otoriter dan melanggar hak asasi manusia.
Pengamat politik menilai situasi ini semakin memperburuk stabilitas di Korea Selatan, terutama menjelang peralihan kekuasaan yang masih belum jelas.
“Negara ini berada di titik genting. Ketegangan politik harus segera diredakan untuk menghindari krisis yang lebih besar,” kata seorang analis politik di Seoul.
Kekacauan Ekonomi
Gejolak politik turut mengguncang perekonomian Korea Selatan.
Won mencapai level terendah dalam 16 tahun terhadap dolar AS pada Jumat, sementara Indeks KOSPI anjlok 1,02 persen.
Situasi ini bahkan lebih buruk dibandingkan dampak deklarasi darurat militer oleh Yoon awal Desember.
ADVERTISEMENT
Protes dan Polemik Hakim MK
Pemakzulan Han tak lepas dari penolakannya menunjuk tiga hakim tambahan untuk Mahkamah Konstitusi, yang saat ini hanya memiliki enam hakim.
Dengan jumlah tersebut, satu suara yang menolak cukup untuk membatalkan keputusan parlemen mengenai Yoon.
Oposisi menilai tindakan Han sebagai pelanggaran terhadap Konstitusi.
“Penolakan Han mengungkapkan niatnya untuk melindungi Yoon dan menggagalkan penyelidikan pemberontakan,” ujar anggota parlemen dari Partai Demokrat, Jo Seoung-lae.
Namun, Han berdalih penunjukan hakim memerlukan kompromi politik antara PPP dan oposisi.
ADVERTISEMENT
“Prinsip dasar konstitusi kita adalah menghindari monopoli kekuasaan,” tutur Han.
Yoon Kembali Mangkir dari Persidangan
Sementara itu, Yoon Suk-yeol yang saat ini dalam status diskors, kembali menolak panggilan untuk diperiksa oleh penyelidik pada Minggu (29/12).
Ini adalah ketiga kalinya dalam dua pekan terakhir Yoon menolak memenuhi panggilan tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan, penyelidik meminta Yoon hadir untuk diinterogasi pada pukul 10 pagi waktu setempat, namun ia kembali mangkir.
Melihat kekacauan ini, Amerika Serikat menyatakan dukungannya terhadap proses demokrasi di Korsel.
Pentagon menegaskan komitmen kuat Washington kepada sekutunya itu, sementara Kementerian Luar Negeri AS menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan Penjabat Presiden Choi.
Di tengah situasi ini, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan telah memulai sidang pendahuluan mengenai keabsahan pemakzulan Yoon.