Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Dua Pria Rusia yang Racuni Intel di Inggris Mengaku Hanya Turis
14 September 2018 10:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Dua orang pria Rusia yang dituduh meracuni mantan intel di Inggris mengaku hanya turis, bukan pembunuh. Mereka hanya kebetulan berada di kota Salisbury saat Sergei Skripal jatuh pingsan setelah racun kimia menyerang syarafnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Inggris telah membeberkan identitas dan foto kedua pria bernama Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov itu. Menurut Inggris, nama itu hanya samaran dan keduanya adalah anggota badan intelijen militer Rusia, GRU.
Mereka dituding berada di Salisbury untuk meracuni Skripal, mantan intel Rusia yang membelot ke Inggris. Skripal dan putrinya, Yulia, sempat kritis dan dirawat intensif dan nyawanya berhasil diselamatkan. Namun dua warga Inggris, Dawn Sturgess dan Charlie Rowley, juga terkena racun bernama Novichok itu. Sturgess meninggal dunia.
Berbicara dalam wawancara televisi pemerintah Rusia, RT, keduanya mengatakan itu adalah nama asli mereka dan mereka mengaku bukan mata-mata, melainkan hanya turis. RT mengatakan, kedua pria itu terlihat resah dan berkeringat karena ketakutan akibat tuduhan Inggris itu.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Jumat (14/9), wawancara TV itu ditayangkan pada Rabu lalu beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan keduanya adalah warga sipil yang tidak punya catatan kriminal.
Kepada RT, Petrov dan Boshirov mengaku tiba di Inggris pada 2 Maret dan pergi ke Salisbury keesokan harinya untuk berwisata. Mereka kemudian berlalu dari kota itu karena cuaca buruk dan salju tebal. Keesokan harinya mereka kembali, 4 Maret, hari ketika peracunan terjadi.
"Kami datang ke sana untuk melihat Stonehenge, Old Sarum, tapi kami tidak bisa karena lumpur dimana-mana," kata Petrov.
Hal yang sama disampaikan Boshirov. "Kami jalan-jalan dan menikmati arsitektur Gothic Inggris," kata dia
Inggris mengatakan, Skripal terpapar Novichok yang disemprotkan dari botol palsu parfum Nina Ricci ke pegangan pintu rumahnya.
ADVERTISEMENT
"Apakah tidak konyol pria punya parfum wanita? Petugas imigrasi telah memeriksa semuanya. Kami tidak punya itu," kata Boshirov.
Mereka berdua mengaku kehidupan mereka bak mimpi buruk akibat tuduhan Inggris. "Kami takut keluar, takut keselamatan nyawa kami dan nyawa orang-orang yang kami cintai. Kami lelah," lanjut Boshirov lagi.
Inggris Tak Percaya
Walau terlihat meyakinkan, namun Inggris mengaku tidak termakan wawancara palsu yang anggap sebut tipuan itu. Juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, wawancara itu adalah "penghinaan bagi kecerdasan publik".
"Terlebih lagi, mereka telah menyinggung perasaan para korban dan keluarga mereka dalam serangan mengerikan ini. Sayangnya, hal ini sudah kami duga akan terjadi," kata juru bicara Perdana Menteri Theresa May.
Menteri Urusan Luar Negeri Inggris Alan Duncan mengatakan wawancara itu tidak meyakinkan sehingga akan menjadikan Rusia bulan-bulanan.
ADVERTISEMENT
"Jika kedua tersangka ini siap menjawab pertanyaan di televisi Rusia, maka datang saja ke sini dan jawab pertanyaan soal hal-hal yang kami yakin telah mereka lakukan," kata Duncan.
Inggris telah meminta Rusia mendeportasi keduanya untuk diinterogasi. Namun Inggris berkaca pada kasus pembunuhan aktivis pengkritik Kremlin Alexander Litvinenko dengan racun radiaktif polonium di London pada 2006. Ketika itu, Moskow menolak mengekstradisi dua warga Inggris yang dituduh membunuh Litvinenko.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 10:03 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini