Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Empat kali sudah calon presiden Prabowo Subianto mendeklarasikan kemenangannya pada Pilpres 2019. Meski hasil sigi berbagai lembaga survei menempatkanya pada posisi kalah, ia tak gentar dan tetap menyatakan kemenangan dengan lantang.
Deklarasi pertama Prabowo berlangsung Rabu sore (17/4) sekitar pukul 16.45 WIB. Tanpa didampingi calon wakil presidennya, Sandiaga Uno, dan para ketua partai pengusung, Prabowo berkata hasil quick count internal timnya menunjukkan ia unggul 52 persen.
Kurang dari empat jam berselang, masih tak didampingi Sandi, Prabowo kembali mendaku diri sebagai presiden terpilih. Kali ini ia mendasarkan klaim pada hasil real count internal yang menyebutnya memenangi pilpres dengan 62 persen suara.
Prabowo yakin menang dan menolak hasil hitung cepat 12 lembaga survei yang menempatkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pemenang. Bagi Prabowo, apa yang dikemukakan lembaga survei hanyalah upaya untuk menggiring opini publik.
Dalam deklarasi berikutnya, yang ketiga, Kamis (18/4), Prabowo melakukan sujud syukur, serupa dengan yang ia lakukan lima tahun lalu pada Pilpres 2014.
Pada deklarasi ketiga itu, Sandiaga Uno hadir mendampingi meski dengan wajah lesu.
Deklarasi terakhir, yang keempat, dilakukan oleh Prabowo pada Jumat (19/4) selepas aslat Jumat di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Saya, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa saya dan Saudara Sandiaga Salahuddin Uno mendeklarasikan kemenangan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI Tahun 2019-2024,” ucap Prabowo.
Pada tiap deklarasi, Prabowo tidak didampingi oleh para ketua umum partai pengusungnya. Sempat tersiar kabar Demokrat menarik diri dari Prabowo. Tak hanya itu, Prabowo dikabarkan berdebat keras dengan wakilnya, Sandiaga Uno.
Sekretaris Jenderal PAN sekaligus Wakil Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandi, Eddy Soeparno, membantah terjadi keretakan di tubuh koalisi Prabowo. Berikut petikan wawancara kumparan dengan Eddy.
Apa yang membuat kubu Prabowo menentang hasil rilis lembaga survei yang memenangkan Jokowi?
Kami telah melihat rekam jejak sejumlah lembaga survei yang bekerja di perhelatan demokrasi besar seperti di pilkada. Mereka menyampaikan survei secara komprehensif dan meyakinkan kepada publik. Tapi ternyata di dalam publikasi dan hasil (penghitungan) jauh meleset.
Sehingga kami ragu akan kredibilitas lembaga survei. Terutama mereka yang secara kritis menyampaikan survei di saat-saat menentukan dalam perhelatan pilkada tersebut. Misalnya Pilkada DKI Jakarta, sangat jelas sejumlah survei menyampaikan kajiannya, sementara hasilnya jauh meleset.
Pilkada Jawa Tengah juga demikian. Survei mengatakan Pak Sudirman Said akan ketinggalan jauh, tapi ternyata ia cukup bisa memberikan perlawanan. Jawa Barat sama begitu. (Survei menyebut) Sudrajat-Syaikhu tidak akan mengungguli pasangan lain, ternyata (berdasar hasil real count) suaranya tidak berbeda jauh dari pemenangnya, Ridwan Kamil.
Oleh karena itu kami merasa bahwa kredibilitas survei itu perlu diuji kembali. Sehingga kami mengandalkan survei dari internal Koalisi Indonesia Adil Makmur (koalisi partai politik pengusung Prabowo).
Sepekan sebelum hari pencoblosan Pilkada Jawa Tengah, 27 Juni 2018, sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas kedua pasang calon yang maju bertarung. Indo Barometer menyebut Ganjar Pranowo-Taj Yasin unggul dengan 67,3 persen suara, sementara Sudirman Said-Ida Fauziyah hanya mendapatkan 21,1 persen suara. Litbang Kompas bahkan memprediksi 76,5 persen suara untuk Ganjar-Taj Yasin, dan 15 persen untuk Sudirman-Ida.
Namun kejutan terjadi di hari pemilihan. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan Sudirman-Ida memberi perlawanan sengit dengan mengantongi 41,66 persen suara, sedangkan pasangan Ganjar-Taj Yasin mendapatkan 58,34 persen.
Hasil quick count ini tidak jauh berbeda dengan real count KPU. Pasangan Ganjar-Taj Yasin menang dengan suara 58,79 persen, dan Sudirman-Ida mendapat 41,21 persen.
Sementara di Pilkada Jawa Barat, pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN diprediksi mendapatkan suara 7,6 persen dari Charta Politika. Sementara rivalnya, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, diprediksi meraup 36-37 persen suara.
Meski begitu, perolehan suara Sudrajat-Syaikhu melesat di hari pencoblosan. Berdasarkan quick count Charta Politika, Sudrajat-Syaikhu mengantongi 30,16 persen. Sementara Litbang Kompas merilis suara Sudrajat-Syaikhu sebesar 29,53 persen.
Hasil itu tidak berbeda jauh dengan real count KPU, di mana Sudrajat-Syaikhu memperoleh 28,74 persen dan menempati posisi kedua di bawah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul yang meraih 32,88 persen suara.
Seperti apa survei internal yang dimiliki BPN Prabowo-Sandi?
Jadi kita punya survei in-house dan tidak serta-merta menerima hasil survei tersebut, tteapi menjadikannya sebagai rujukan. Pada akhirnya, kami tentu berpegang pada hasil (real count) dari KPU.
Banyak yang mempertanyakan metodologi real count Tim Prabowo , bagaimana sesungguhnya soal metode itu?
Menurut saya cukup kredibel. Ada 5.000 TPS yang disurvei, dan itu tentu mempertimbangkan margin of error yang ada.
Kalau exit poll tentu tidak bisa kami jadikan rujukan yang definitif. Kami memiliki sejumlah tolok ukur disiplin survei yang sangat ketat
Ketika beliau (Prabowo) mengumumkan kemenangan, kami juga merasa bahwa (62 persen) itu adalah angka perolehan tertinggi yang bisa kami dapatkan dan menjadi target internal kami. Sehingga angka perolehan tertinggi itu yang disampaikan oleh beliau.
Meskipun kami juga merasa kalau ada perbedaan atau meleset, masih dalam tatanan. Kami masih memenangkan Pilpres 2019.
Mengapa Prabowo begitu yakin memenangi Pemilu Presiden 2019?
Karena bagaimanapun juga kondisi di lapangan selama delapan bulan berkampanye, bersosialisasi di masyarakat, dengan kondisi survei internal, kami ternyata konsisten (angkanya).
Kami meyakini ketika angka (quick count) internal keluar sebesar 52 persen itu adalah angka riil dengan metodologi yang sudah kami anggap representatif dan betul-betul objektif.
Kenapa Prabowo sampai harus empat kali deklarasi kemenangan?
Itu untuk menguatkan dan memberikan semangat kepada simpatisan dan relawan kami yang berada di TPS-TPS. Mereka diminta menjaga surat suara. Jadi jangan sampai setelah mereka membaca dan melihat hasil quick count jadi lemas, enggak bersemangat.
Kami sekarang lagi butuh mereka agar bekerja ekstra keras dan ekstra teliti untuk mendapatkan formulir C1 dan menemukan dugaan pelanggaran di daerah-daerah.
Bagaimana suasana internal di Kertanegara setelah melihat hasil quick count?
Kami punya keyakinan (menang). Di sana enggak ada suasana sedih, down, atau pun patah semangat. Itu enggak ada.
Karena kami punya pegangan, bahwa survei internal kami menyatakan hal yang sebaliknya.
Banyak yang berasumsi kubu Prabowo tengah pecah karena konferensi pers Prabowo di hari pemilhan tidak ditemani oleh Sandi dan para ketua umum parpol koalisi.
Ketika Pak Prabowo pertama kali mengumumkan hasil quick count itu, semuanya hadir sore hari sekitar pukul 17.30. Kami semua hadir. Saya hadir, Pak Syarief Hasan (Partai Demokrat) hadir, petinggi-petinggi Partai Berkarya hadir.
Tapi setelah itu, saya meninggalkan tempat karena ada acara lain. Saya berangkat ke daerah pemilihan karena harus mengawal perolehan suara. Pak Zulkifli Hasan melakukan konsolidasi internal PAN, jadi tidak hadir juga.
Bukan berarti ketidakhadiran kami menjadi indikasi bahwa terjadi keretakan. Kami bisa bantah dugaan itu. Tidak ada keretakan.
Indikasi keretakan di tubuh BPN Prabowo-Sandi menyeruak karena absennya Sandiaga pada dua kali deklarasi kemenangan Prabowo di Kertanegara. Beberapa sumber kumparan di internal BPN menyebut, setelah deklarasi kemenangan Prabowo yang pertama pada pukul 17.00, Prabowo dan Sandi sempat terlibat perdebatan ihwal deklarasi kemenangan.
Selain itu, rumor retaknya internal BPN tercium setelah Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menarik seluruh kader Demokrat yang tengah “berdinas” di BPN Prabowo-Sandi untuk kembali ke Kantor DPP Demokrat untuk berkonsolidasi.
Bagaimana cara BPN dan parpol koalisi 02 mengawal suara?
Kami memerintahkan kepada caleg PAN dan saksi yang ada di lapangan, untuk bekerja sama dengan koalisi partai dalam mengumpulkan formulir C1, termasuk melaporkan dugaan pelanggaran dan inventarisasi.