Edhy Prabowo: Saya Diambil Prabowo dari Comberan Itu Benar

9 Juli 2021 18:36 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto (kanan) didampingi Edhy Prabowo saat memberi keterangan pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto (kanan) didampingi Edhy Prabowo saat memberi keterangan pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Kasus dugaan suap ekspor benih lobster yang menjerat eks Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, tak lama lagi diputus.
ADVERTISEMENT
Ia sebelumnya dituntut hukuman 5 tahun penjara ditambah Rp 400 juta subsider 6 bulan kurungan, membayar uang pengganti Rp 10,8 miliar, serta dicabut hak politik selama 4 tahun.
Meski demikian, Edhy tetap merasa tidak bersalah dan menilai tuduhan jaksa KPK dipaksakan.
Edhy menjelaskan segala persoalan mengenai ekspor benih lobster dalam nota pembelaan atau pleidoinya. Bukan cuma itu, ia turut menyinggung perjalanan hidupnya hingga bertemu Prabowo Subianto.
Edhy mengaku sebagai orang kampung yang lahir dan tumbuh di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Memiliki 4 kakak dan 4 adik, Edhy merasa hidupnya semasa kecil penuh dengan keterbatasan.
"Meski demikian, sejak kecil saya memiliki cita-cita yang cukup besar. Ingin berbakti dan mengabdi kepada Tanah Air tercinta, tepatnya menjadi tentara," ujar Edhy dalam pleidoi yang dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (9/7).
ADVERTISEMENT
"Karena itu, pada saat lulus SMA, saya mendaftarkan diri menjadi salah satu taruna di Akademi Militer Magelang. Alhamdulillah, Tuhan membuka jalan. Saya terpilih menjadi satu dari ribuan orang yang mendaftar," lanjutnya.
Terdakwa kasus dugaan suap izin ekspor benih lobster tahun 2020 Edhy Prabowo mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (19/5/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Edhy menyatakan, ketika itu orang tuanya begitu bangga dan terharu ketika melihatnya bisa masuk Akademi Militer Magelang. Namun saat tingkat 2, ia dikeluarkan dari Akmil karena suatu kesalahan.
"Mimpi seketika sirna, air mata haru seketika berubah menjadi duka. Saya harus dikembalikan ke kampung halaman. Harapan menjadi komandan berubah menjadi pengangguran. Saat itu saya berada di titik kehidupan paling rendah," kata Edhy.
Walau demikian, Edhy tetap tak mau menyerah. Sehingga ia merantau ke Jakarta untuk mencari kerja. Hingga akhirnya, Edhy dipertemukan dengan figur yang menurutnya luar biasa. Tak lain sosok itu adalah Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
"Sosok yang berhasil memompa kembali semangat, sosok yang mengajarkan banyak hal dalam kehidupan, serta sosok yang seketika menggantikan peran ayah setelah ayah kandung saya pergi menghadap Sang Pencipta. Sosok itu adalah Bapak Prabowo Subianto," kata Edhy.
"Bila beberapa waktu lalu sempat ada berita bahwa 'Edhy adalah orang yang diambil Prabowo dari comberan', maka saya katakan bahwa itu benar," lanjutnya.
Edhy merasa Prabowo sebagai penyelamat di saat kondisinya sedang terpuruk dan harga diri terdegradasi.
Melalui didikan Prabowo, Edhy mengaku bersyukur mendapat banyak kesempatan menjadi karyawan di perusahaan, pengurus di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), mendirikan dan menjadi kader Partai Gerindra, menjadi anggota DPR 3 periode, hingga dipercaya menjadi Menteri KP.
ADVERTISEMENT
"Selama itu pula, saya selalu menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh dan menjaga penuh kepercayaan, karena saya tak ingin kembali merasakan kegagalan seperti yang pernah saya alami saat berjuang menjadi seorang taruna," katanya.
Edhy Prabowo secara khusus meminta maaf kepada Presiden Jokowi dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto atas adanya kasus ini.
"Permohonan maaf secara khusus saya sampaikan kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Bapak Prabowo Subianto, yang selama ini telah memberikan amanah atau kepercayaan kepada saya. Tidak lupa permohonan maaf juga saya sampaikan kepada para pimpinan, staf dan seluruh pegawai KKP yang telah merasa terganggu dengan adanya perkara ini," kata dia.
Dalam kasus ini, Edhy didakwa bersama-sama Andreau Misanta Pribadi dan Safri (staf khusus Edhy Prabowo), Amiril Mukminin (sekretaris pribadi Edhy Prabowo), Ainul Faqih (sekretaris pribadi istri Edhy, Iis Rosita Dewi) dan Siswadhi Pranoto Loe (pemilik PT Aero Cipta Kargo).
ADVERTISEMENT
Mereka didakwa menerima suap Rp Rp 25,75 miliar dari para pengusaha pengekspor benih benih lobster (BBL) terkait pemberian izin budidaya dan ekspor.
Salah satu pemberinya adalah Suharjito selaku Direktur PT Dua Putera Perkasa Pratama (PT DPPP). Suharjito menyuap Edhy Prabowo sebesar Rp 2,146 miliar.
Suharjito sudah dinyatakan bersalah oleh hakim. Ia dijatuhi hukuman 2 tahun penjara ditambah denda Rp 250 juta subsider 3 bulan. Kini Suharjito menjalani masa pidana di Lapas Cibinong.