Eksekusi Mercellus Williams di AS Tuai Kontroversi, Dikecam Miliarder Inggris

25 September 2024 16:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joseph Amrine, yang dibebaskan dua dekade lalu setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hukuman mati, berbicara dalam sebuah rapat umum untuk mendukung terpidana mati asal Missouri, Marcellus Williams, pada 21 Agustus 2024, di Clayton, Mo. Foto: Laurie Skrivan / St Louis Post-Dispatch via AP
zoom-in-whitePerbesar
Joseph Amrine, yang dibebaskan dua dekade lalu setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hukuman mati, berbicara dalam sebuah rapat umum untuk mendukung terpidana mati asal Missouri, Marcellus Williams, pada 21 Agustus 2024, di Clayton, Mo. Foto: Laurie Skrivan / St Louis Post-Dispatch via AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pria kulit hitam Mercellus Williams (55) dieksekusi mati pada Selasa (24/9) di Missouri, Amerika Serikat (AS). Eksekusi terhadap Williams mengundang kontroversi.
ADVERTISEMENT
Hal itu lantaran Williams sampai sebelum waktu eksekusi masih mengaku tidak bersalah. Pembelaan Williams mendapat dukungan dari pejuang hak sipil sampai miliarder ternama.
Williams divonis mati atas dugaan sebagai pelaku pembunuhan seorang reporter televisi Felicia Gayle pada 1998 lalu.
Foto yang disediakan oleh Departemen Pemasyarakatan Missouri ini menunjukkan Marcellus Williams. Foto: Departemen Pemasyarakatan Missouri via AP, file
Menurut otoritas penjara di Missouri, Williams dinyatakan meninggal pada pukul 18:06, malam. Dia dieksekusi dengan cara disuntik mati.
Sebelum eksekusi, sebuah LSM di AS NAACP meminta Gubernur Missouri Michael Parson menunda eksekusi. Permintaan itu ditolak Parsons dan menyatakan tindakan terhadap Williams akan tetap dilakukan meski ada protes.
'Tidak ada juri atau pengadilan, termasuk di tingkat pengadilan, banding, dan Mahkamah Agung, yang pernah menemukan dasar dalam klaim ketidakbersalahan tuan Williams. Pada akhirnya, vonis bersalah dan hukuman matinya ditegakkan," kata Parson dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Kasus yang menimpa Williams bermula saat jasad Gayle ditemukan di rumahnya di St Louis Missouri. Gayle ditikam 43 kali atas apa yang disebut aparat sebagai perampokan gagal.
Diakon Dave Billips, dari Kantor Perdamaian dan Keadilan Keuskupan Agung St. Louis, memegang sebuah tanda ketika dia berdiri bersama para pengunjuk rasa yang memegang ruang untuk menghentikan eksekusi Marcellus Williams pada hari Selasa, 24 September Foto: Laurie Skrivan / St Louis Post-Dispatch via AP
Kemudian aparat menangkap Williams yang dituding sebagai pelaku penusukan. Kasus semakin menjadi sorotan akibat tidak ditemukannya DNA Williams pada pisau yang dipakai untuk membunuh Galye.
Eksekusi Williams mendapat perhatian dari miliarder Inggris Richard Branson. Ia bahkan membeli iklan satu halaman di surat kabar Kansas City Star untuk menyampaikan duka dan menyebut hukum telah hancur akibat eksekusi Williams.
"Ini hari yang memalukan bagi Missouri, dan hari yang memalukan bagi Gubernur Mike Parson," tulis Branson di X.