Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Enggan Berbisnis Racun Kalajengking jika Harus Membunuhnya Dahulu
1 Mei 2018 8:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Di acara peresmian Musrenbangnas, Senin (30/4), Presiden Jokowi sempat berujar bahwa racun kalajengking merupakan komoditas termahal di dunia. Tak main-main karena harganya mencapai jutaan dolar AS per liternya.
ADVERTISEMENT
“Apa komoditas paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas. Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia racun dari kalajengking," ujar Jokowi di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
Apa yang dikatakan Jokowi memang sesuai dengan laporan dari Science ABC yang pernah melansir bahwa racun kalajengking memang merupakan cairan paling mahal di dunia. Racun ini berharga 10.302.700 dolar AS per liter atau hampir sekitar Rp 143 miliar per liter.
Namun ternyata informasi mengenai hal tersebut belum banyak diketahui masyarakat, termasuk di kalangan penggemar kalajengking sendiri. Salah satunya adalah lelaki yang akrab disapa Kuznex.
ADVERTISEMENT
Ditemui kumparan (kumparan.com), Senin (30/4) di tempat tinggalnya di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Kuznex berbagi cerita mengenai hobinya memelihara kalajengking.
“Saya pribadi malah baru tahu kalau (racun kalajengking) bisa seperti itu,” kata lelaki yang juga anggota dari Komunitas Pecinta Kalajengking Indonesia (KPKI) itu sambil tertawa.
Meski kini telah mengetahui informasi tersebut, Kuznex mengatakan dirinya belum tertarik untuk mendalami bisnis racun kalajengking karena sejumlah alasan.
“Pertama kita kan enggak tahu yang dimaksud jenis kalajengking yang bagaimana, racunnya seperti apa. Seekor kalajengking kan dikit sekali itu racunnya, mahal kan setelah jumlahnya banyak. Racunnya bagaimana, dijual kemana, pasarnya ada apa tidak. Masih belum lah,” tutur Kuznex.
Selain itu, lanjut Kuznex adalah bagaimana cara memisahkan racun itu sendiri dari tubuh kalajengking. Lelaki berusia 26 tahun itu mengaku tidak mengetahui metode apa yang digunakan untuk memisahkan racun dari tubuh kalajengking.
ADVERTISEMENT
“Metodenya juga belum tahu. Kalau memang harus dibunuh dulu baru racun bisa diambil, mayoritas teman-teman yang hobi pelihara kalajengking pasti enggak mau. Karena kita kan dari awal memang lebih ke hobi jadi enggak ke (bisnis) sana arahnya,” jelasnya.
Meski begitu, Kuznex mengaku bahwa dirinya juga memiliki usaha jual beli dan ternak kalajengking. Namun menurutnya, itu lebih ditekankan kepada sesama pecinta kalajengking tidak untuk menyuplai dalam jumlah tertentu.
“Paling ke sesama yang suka (kalajengking), atau kadang barter juga semisal pengen tambah koleksi baru,” kata Kuznex.
Saat ini Kuznex sudah memiliki lebih dari 100 ekor kalajengking dengan jenis yang berbeda-beda antara lain Asian Forest Scorpion (AFS), Emperor Scorpion, Kalajengking Gurun, Liocheles Australasiae, Hottentotta hottentotta, dan Rhopalurus Junceus atau kalajengking biru.
ADVERTISEMENT
“Yang paling mudah didapat itu yang AFS karena hidupnya di Indonesia. Harganya juga paling murah bisa sekitar 150 ribu - 250 ribu per ekornya,” jelas Kuznex.
Kuznex menambahkan, ia memperoleh kalajengking dengan cara membeli ke sesama pecinta kalajengking maupun membelinya secara online untuk jenis kalajengking yang hanya hidup di indonesia.
“Kalau di Jakarta ada yang jual di Pasar Hewan Jatinegara dan Barito. Sisanya ya banyak yang jual beli online,” tambahnya.
Hobi memelihara kalajengking sejak 2013, Kuznex mengaku tertarik memelihara hewan beracun itu karena perawatannya yang terbilang mudah dan tidak menghabiskan biaya.
“Kalajengking itu makannya sedikit paling seminggu dua kali, kalau yang kaya AFS itu makannya ulat hongkong. Beli Rp 2000 sudah dapat banyak banget,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT