Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Musikus, yang juga sutradara dan eks politikus PDIP, Erros Djarot, mendeklarasikan Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) sebagai organisasi rakyat di Gedung Dewan Pimpinan Pusat (DPP-GBN), Jakarta Pusat, Minggu (29/5).
ADVERTISEMENT
Erros sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Bhinneka Nasionalis (DPP-GBN), mengatakan organisasi yang didirikan pada tanggal 20 Mei 2022 lalu merupakan wadah perjuangan kaum nasionalis di Indonesia.
“Karena di balik tanggal tersebut rakyat, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan intelektual pribumi yang sadar bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Hanya lewat kemerdekaan sebuah bangsa bisa berdaulat, berdaulat penuh tentunya ketika merdeka secara politik, ekonomi, sosial, dan utamanya budaya,” kata Erros saat memberikan pidatonya di Gedung Pusat DPP-GBN, Jakarta Pusat, Minggu (29/5).
Acara itu diisi sambutan dari Menkopolhukam Mahfud MD dan Menparekraf Sandiaga Uno yang muncul dalam tayangan video. Hadir j uga Wasekjen PBNU, Nadjib Azca dan beberapa tokoh lainnya.
ADVERTISEMENT
“Di sisi lain, 24 tahun yang lalu, juga pada bulan Mei, merupakan bulan kemenangan bagi Gerakan Reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rezim Orde baru. Pada saat itu, para pemimpin Gerakan Reformasi berjanji untuk menghadirkan clean government dan good governance. Dengan demikian, Indonesia tapa Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), merupakan cita-cita sekaligus tujuan perjuangan Gerakan Reformasi 1998,” tambahnya.
Erros mengatakan, hingga saat ini praktik korupsi di Indonesia masih merajalela. Sehingga kasus korupsi merupakan salah satu tindakan yang harus disingkirkan dari masyarakat.
“Korupsi dan mental korup yang seharusnya kita jauhi, kini malah telah sempurna hadir menjadi budaya kehidupannya sejumlah pemimpin kita dalam menjalankan tugas penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. Akibatnya, peradaban pun menjadi sangat terasa berjalan mundur,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Erros berharap masyarakat Indonesia ke depannya dapat menjaga hal-hal yang bersifat untuk kepentingan sendiri bukan untuk kepentingan masyarakat dalam merawat ke-kebhinekaan.
“Saatnya kita kembali buka lembar sejarah bagaimana para pendiri bangsa rela singkirkan ego-ego dan kepentingan pribadi kepentingan sempit keluarganya dengan kedepankan jiwa kenegarawanan yang sepenuhnya untuk memikirkan dan berancang kejawayaan Indonesia yang diharapkan, yang damai bersatu dan dalam kebhinekaan dengan redam perbedaan dan kedepankan persamaan untuk cari titik temu,” pungkasnya.