Esai Foto - Geliat Pembangunan PIK 2 di Utara Tangerang

Esai Foto: Geliat Pembangunan PIK 2 di Utara Tangerang

18 Juli 2024 12:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proyek Pantai Indah Kapuk atau PIK 2 di utara Tangerang kini tancap gas setelah pemerintah menetapkan pengembangan green area dan eco-city di dalamnya sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada Maret 2024.
Geliat proyek PIK 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Geliat proyek PIK 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dalam situs web PIK 2, masuknya area mereka ke dalam PSN setidaknya mendatangkan tiga keuntungan, yakni terjadinya percepatan pembangunan dan percepatan waktu penyediaan lahan, serta adanya jaminan keamanan politik.
Alat berat beroperasi di kawasan pembangunan PIK 2 di Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan'
Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, PIK 2 masuk daftar PSN karena dianggap berpotensi menjadi destinasi wisata strategis dan bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
“Ada effort yang luar biasa dari pengembang. Mereka telah membangun infrastrukturnya sendiri. Maka pemerintah harus hadir memfasilitasi,” kata Sandiaga di Jakarta, April lalu.
Para pekerja proyek PIK 2 di Kecamatan Kosambi, Tangerang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pilar-pilar beton tol membelah Kampung Dadap di Kosambi, Tangerang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Jembatan layang PIK 2 kokoh membentang di atas Sungai Cisadane, Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Jembatan layang PIK 2 dari udara. Jembatan ini menghubungkan antar-wilayah PIK 2 yang ditembok beton di Tanjung Burung. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
PSN membuat pengembangan PIK 2 kian menggeliat, termasuk dalam perkara pembebasan lahan dari Kecamatan Kosambi hingga Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.
Malahan, upaya pembebasan lahan untuk PIK 2 sudah sampai perbatasan Serang, yakni di Kecamatan Tanara.
Akses jalan menuju proyek pembangunan PIK 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Debu jalan terlihat saat truk proyek melintas di Jalan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Proyek pengembangan PIK 2 di jalur utara Tangerang membuat megah dan kumuh berdiri berdampingan dengan kontras.
Apartemen Tokyo Riverside difoto dari Jalan Pipa di Desa Lemo, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Tampak dinding beton menjadi pembatas antara area apartemen dan perkampungan warga. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Apartemen Tokyo Riverside berdiri megah di samping Jalan Pipa yang seperti lorong. Jalan Pipa adalah satu-satunya akses warga kampung setempat. Jalan itu terimpit proyek PIK 2.
Jalan Pipa yang terimpit Proyek PIK 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Tembok beton setinggi empat meter yang mengapit kanan-kiri Jalan Pipa membuat warga desa tak dapat masuk ke PIK 2.
Tentu saja denyut pembangunan PIK 2 tak cuma tampak di daratan, tapi juga perairan.
Pembangunan perumahan di area proyek PIK 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Gedung-gedung PIK 2 terlihat dari perairan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dari Dermaga Tanjung Pasir di Kecamatan Teluknaga, terlihat ribuan bambu berjejer, ditancapkan ke dasar laut. Jaraknya sekitar 50 –100 meter dari daratan yang menjadi area proyek PIK 2.
Patok-patok bambu terlihat dari pesisir utara Tangerang. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut warga, pagar bambu tersebut sudah dipasang sejak 2022. Deret bambu itu membuat nelayan tak bisa mencari ikan di perairan yang berada di area dalam patok-patok bambu tersebut. Alhasil, nelayan makin kesulitan mencari ikan.
Sungai Cisadane di Tangerang. Pada bagian kanannya terlihat klaster rumah PIK 2, sedangkan pada bagian kirinya (masih) kampung warga setempat. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Berbeda dengan penghuni PIK 2 yang memiliki akses jembatan layang untuk melintasi Sungai Cisadane, warga Desa Tanjung Burung masih menggunakan perahu eretan untuk menyeberangi sungai.
Perahu eretan menjadi sarana transportasi warga Desa Tanjung Burung yang hendak menyeberangi Sungai Cisadane. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Akses buruk di sekitar proyek PIK 2 juga terlihat di Jl. Tanjung Pasir, jalan menuju Dermaga Tanjung Pasir yang kondisinya memprihatinkan—jelek dan berdebu.
Jalan Tanjung Pasir di Teluknaga. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Jalan Tanjung Pasir tidak diaspal. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Setelah melewati jalan tak beraspal dan penuh lubang itu, sampailah di Dermaga Tanjung Pasir yang kerap menjadi dermaga keberangkatan kapal menuju Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu.
Dermaga Tanjung Pasir. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pembebasan lahan untuk PIK 2 juga terjadi pada tambak-tambak dan sawah-sawan produktif. Ironisnya, warga menilai harga yang ditawarkan terlalu rendah, yakni sekitar Rp 50 ribu per meter untuk sawah sejumlah warga, meskipun sawah itu lokasinya strategis dan bahkan berstatus Sertifikat Hak Milik (SHM).
Sementara tambak cuma ditaksir dengan harga Rp 30 ribu per meter sekalipun harga normalnya di atas Rp 50 ribu per meter.
Warga memandangi tambaknya di Desa Dadap, Kosambi, Tangerang. Entah sampai kapan ia bisa mempertahankan tambak itu. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ikan hasil tangkapan dari tambak di Desa Dadap, Kosambi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010, Said Didu, berpendapat bahwa proyek PSN PIK 2 yang menggusur sawah-sawah produktif tidak masuk akal karena saat ini pemerintah justru kekurangan lahan pertanian.
Permukiman warga kampung bersisian dengan cluster PIK 2 di Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga. Di antara keduanya dibangun tembok beton sebagai pembatas. Akankah PIK 2 menggusur semua sawah produktif yang tersisa di utara Tangerang? Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Dengan sistem demokrasi Indonesia, siapa yang punya uang, dia yang bisa menguasai,” kata Said Didu, melontarkan kritik terhadap pengembangan kawasan elite yang mengesampingkan nasib warga.
Anak-anak bermain di tepi Sungai Cisadane yang terletak di antara Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Pakuhaji, Tangerang, Banten. Akankah permukiman warga di sini bertahan dari gempuran "modernisasi" pembangunan? Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten