Esai Foto: Otak Anakku Rusak karena Gagal Ginjal Akut...

24 Desember 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menujukkan obat: Desi Permatasari, menunjukkan sebotol sirup Afi Farma di rumahnya di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Menujukkan obat: Desi Permatasari, menunjukkan sebotol sirup Afi Farma di rumahnya di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Kasus Gangguan Gagal Ginjal Akut Atipikal (GGAPA) sempat menggegerkan publik Indonesia beberapa waktu lalu. Bagaimana tidak, 204 anak meninggal atas kasus tersebut.
Kasus gagal ginjal akut pada anak diduga dengan tingginya cemaran dari pelarut yang menyebabkan pembentukan kristal di dalam ginjal.
Menghibur: Desi Permatasari, menghibur putrinya, Sheena Almaera Maryam saat dia merawatnya di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Obat sirop itu tercemar etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang melibihi ambang batas. Standar internasional menyatakan hanya 0,1 persen etilen glikol (EG) yang aman untuk digunakan.
Menyeka wajah: Desi Permatasari, menyeka wajah putrinya Sheena Almaera Maryam saat dia merawatnya di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Kementerian Kesehatan mencatat hingga Februari 2023, tercatat 326 kasus GGAPA yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 122 dinyatakan sembuh.
Terapi: Sheena Almaera Maryam menerima terapi inhalasi menggunakan nebulizer dari ibunya di rumah mereka di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Sheena Almaera Maryam (5 tahun), yang sejak kecil gemar membaca buku, dan sangat antusias menjalani hari pertamanya di taman kanak-kanak, menjadi salah satu anak yang mengalami gagal ginjal akut.
Pada September 2022, ketika Sheena mengalami demam, sirop yang diresepkan ternyata mengandung senyawa berbahaya yang merusak organ dalamnya. Kini, ia hanya bisa menghabiskan hari-harinya dengan berbaring di kamar yang dilapisi dengan wallpaper 'Hello Kitty'.
Jam makan: Jarum suntik makanan dipasang di dinding kamar tidur di atas Sheena Almaera Maryam di rumahnya di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
"Kata dokter, otaknya rusak akibat senyawa beracun itu. Dia hanya bisa berbaring," kata ibu Sheena, Desi Permatasari, dilansir Reuters.
Desi mengatakan, dia mengalami kesulitan membiayai kunjungan ke rumah sakit untuk berobat. Desi bahkan menjadikan rumahnya sebagai jaminan pinjaman untuk biaya berobat anaknya.
Menyiapkan makanan: Desi Permatasari menyiapkan makanan sementara putrinya Sheena Almaera Maryam terbaring di tempat tidur di rumah mereka di Bogor, Jawa Barat. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
“Mengingat kondisi Sheena, kami harus memikirkan setiap hari tentang cara membeli susu dan popok Sheena,” katanya.
Bukan hanya Sheena seorang penyintas yang mengalami gagal ginjal akut. Hal serupa dirasakan oleh seorang anak berusia 2 tahun bernama Rayvan Aji Pratama.
Rayvan Aji Pratama di rumahnya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Pada Mei 2022, saat usianya baru 9 bulan, Rayvan diberikan diberikan sirop paracetamol yang mengandung senyawa berbahaya. Kini, Rayvan membutuhkan perawatan 24 jam.
Menggendong: Resti Safitri, menggendong putranya Rayvan Aji Pratama di rumahnya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Ayahnya, Riang Triaji, berhenti dari pekerjaan untuk merawat Rayvan. Riang dan istrinya, Resti Safitri, pindah ke rumah ibunya untuk menghemat biaya. Keluarga tersebut berpenghasilan sekitar Rp 4,5 juta per bulan, namun menghabiskan Rp 3 juta rupiah untuk biaya pengobatan.
Resti Safitri, menyeka air matanya di rumahnya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Ibu Ravyan baru-baru ini mengajaknya ke pesta ulang tahun seorang anak di dekat rumah. Saat anak-anak seumuran Ravyan asyik bermain, namun tidak untuk Rayvan. Dia hanya bisa melihatnya dari pelukan ibunya.
Hadir di pesta ulang tahun: Resti Safitri, menggendong putranya Rayvan Aji Pratama di pesta ulang tahun temannya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Buntut dari kasus gagal ginjal akut ini, sejumlah keluarga korban mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang termuat dalam nomor perkara 771/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst.
Terus menggenggam: Resti Safitri, memegang jari putranya Rayvan Aji Pratama di rumahnya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Para penggugat ini dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I merupakan keluarga pasien yang meninggal. Kelompok II merupakan keluarga pasien yang masih menjalani perawatan. Kelompok III merupakan keluarga pasien yang meninggal tetapi diberi obat berbeda.
Sarapan: Resti Safitri, memberinya sarapan putranya Rayvan Aji Pratama di rumahnya di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS