Fahri Sebut Penolakan di Manado terkait Pilkada

15 Mei 2017 13:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Fahri Hamzah (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyesalkan informasai yang beredar di antara sejumlah warga Manado bahwa ia adalah sosok intoleran. Ia menilai informasi yang menyebutnya sebagai perwakilan organisasi FPI adalah fitnah.
ADVERTISEMENT
"Saya sayangkan satu, kategori fitnah, menuduh saya anti toleransi saya kira ngawur pikiran itu. Kalau mau berdebat Pancasila dengan saya, ayo berdebat biar kita kuliti pemahaman kita tentang Pancasila. Jangan main fitnah, jangan main belakang soal beginian," kata Fahri di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (15/5).
Fahri menilai yang terjadi di Manado adalah dampak dari pilkada. Ia menduga ada sejumlah pihak yang masih tidak terima dengan hasil pilkada sehingga menghembuskan fitnah tersebut.
"Mungkin saya anggap ini masih suasana pilkada. Ada teman-teman yang masih merasa tidak terima akhirnya itulah yang terjadi," ujarnya.
"Memang ini dipakai memanas-manasi seolah saya datang sebagai pengurus FPI. Saya tidak pernah menjadi pengurus FPI, bagaimana mau melantik FPI karena itu yang dikembang-kembangkan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Massa yang menolak kunjungan Fahri Hamzah. (Foto: ANTARA/Kalino)
zoom-in-whitePerbesar
Massa yang menolak kunjungan Fahri Hamzah. (Foto: ANTARA/Kalino)
Fahri menyoroti alasan disebut anti toleransi. Ia mempertanyakan apakah dengan ikut serta dalam aksi bela Islam 411 maka sudah pasti disebut anti toleransi.
Ia kemudian memberi analogi saat Presiden Joko Widodo hadir pada aksi 212.
"Misalnya saya hadir di 411, lah 212, Pak Jokowi hadir. Apa kita mau bilang Pak Jokowi tak toleran dan anti kebinekaan juga. Kan nggak bener. Di 411 banyak anggota DPR yang hadir juga ada pejabat juga meskipun nggak naik ke atas truk seperti saya," jelasnya.
Politikus yang membuat kontroversi saat mengesahkan usulan hak angket secara sepihak ini meminta masyarakat untuk membuktikan kesalahannya. Bukan melakukan aksi penolakan seperti yang terjadi di Manado. Sejauh ini, kata dia, ia selalu
ADVERTISEMENT
"Saya muslim, saya komitmen dengan agama saya, salahnya apa. Kritik kalau saya salah, kalau saya melanggar hukum bawa ke pengadilan, kalau saya melanggar etika ada lembaga etik di DPR," tutupnya.