Fakta-fakta di Balik Kasus Bunuh Diri Mahasiswa UGM

11 Oktober 2022 6:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bunuh Diri Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bunuh Diri Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan duka cita atas meninggalnya mahasiswa berinisial TSR (18). Mahasiswa tersebut tewas setelah jatuh dari lantai 11 Porta Hotel, Colombo, Kabupaten Sleman, Sabtu (8/10) sore.
ADVERTISEMENT
"UGM berduka cita mendalam atas meninggalnya salah satu mahasiswa kami di Hotel Porta sebagaimana telah diberitakan di media sosial dan berita online," kata Kabag Humas dan Protokol UGM Dina W Kariodimedjo, Sabtu malam.
Dina menjelaskan TSR merupakan mahasiswa Fisipol. Namun, alamat dan asal mahasiswa itu belum dijelaskan. Yang jelas, kata Dina, UGM mempercayakan penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian.
"Untuk selanjutnya terkait motif dan lain-lain sepenuhnya diserahkan kepada pihak Kepolisian," ujarnya.
Universitas Gadjah Mada (UGM) tetap menggelar upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Foto: Dok. Humas UGM

Dipastikan Bunuh Diri

Polsek Bulaksumur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berinisial TSR (18) yang tewas terjatuh dari lantai 11 di hotel, murni karena bunuh diri.
Kapolsek Bulaksumur Kompol Sumanto mengatakan kesimpulan tersebut setelah memeriksa sejumlah saksi dan hasil temuan polisi di tempat kejadian perkara (TKP).
ADVERTISEMENT
"Bunuh diri, memang ada surat gangguan psikologis korban," kata Sumanto dilansir Antara, Minggu (9/10).
Saat memeriksa di lokasi kejadian, Sumanto mengatakan polisi mendapatkan surat terkait hasil pemeriksaan psikologi TSR dari Rumah Sakit JIH Sleman di dalam tas milik korban.
"Surat keterangan psikologis (bahwa) korban memang terganggu," imbuhnya.
Polisi tidak menemukan motif lain maupun keterlibatan pihak lain yang memicu korban jatuh dari lantai 11 hotel itu.
Setelah dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY pada Sabtu (8/10) malam, kata Sumanto, jenazah korban diserahterimakan ke pihak keluarga untuk dibawa pulang ke Kendal, Jawa Tengah.
Suasana kampus Fisipol UGM Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Fisipol UGM Janji Tingkatkan Sistem Kesehatan Mental Buntut Mahasiswa Bunuh Diri

Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas'udi, berjanji pihaknya akan mengembangkan sistem kesehatan mental yang lebih luas di fakultasnya.
ADVERTISEMENT
"Kita ada konseling, kita ada psikolog, kita ada peer counselor juga. Cuma kan peristiwanya kemarin membuat kita shocking dan tentu kita di fakultas akan semakin memperkuat apa yang kita sebut mental health system," kata Wawan ditemui di kantornya, Senin (10/10).
Apa yang sudah dimiliki fakultas ini, ke depannya akan terus diperluas. Terlebih, masalah yang dihadapi oleh mahasiswa sangat kompleks.
"Terus terang sudah ada, ya, kami sudah punya psikolog juga kami punya peer counselor dan macam-macam tadi. Cuma ini kan masalah yang dihadapi oleh anak-anak muda itu kan luar biasa. Tidak semuanya ada di kampus, di luar kampus, pertemanan, mungkin keluarga dan lain sebagainya," ujarnya.
"Ini kami sedang mencoba untuk semakin meningkatkan ini, sekaligus komunikasi lebih insentif dengan orang tua, ya," bebernya.
ADVERTISEMENT
Terkait kasus kemarin, Wawan menjelaskan bahwa dia turut ke lokasi dan bertemu dengan orang tua korban. Menurutnya, ibu korban sangat terpukul atas peristiwa ini.
"Sekarang biarkan orang tuanya tenang dulu," katanya.
Ketua BEM KM UGM 2022 Muhammad Khalid. Foto: Dok. Istimewa

BEM KM UGM Beri 3 Masukan ke Kampus Terkait Kasus Bunuh Diri

BEM Keluarga Mahasiswa UGM menanggapi kasus mahasiswa dari Fisipol berinisial TSR yang bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 11 sebuah hotel di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
Surat medis terkait kondisi psikologisnya ditemukan di tas mahasiswa berusia 18 tahun itu.
Ketua BEM KM UGM Muhammad Khalid menyampaikan duka mendalam atas peristiwa ini. Ia juga menyoroti kegagalan sistemik kampus.
"Yang lebih memprihatinkan lagi, assessment dan layanan kesehatan mental di kampus masih saja stagnan," kata mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Fisipol ini saat dikonfirmasi, Senin (10/10).
ADVERTISEMENT
"Bagi saya ini bukan masalah personal semata, tetapi lebih besar porsi kegagalan sistemik kampus dalam membangun iklim sosial dan akademis yang ramah bagi semua. Yang katanya "Menuju Kampus Sehat", yakin cuma jadi slogan?" lanjut dia.
Khalid mengatakan layanan mental health di Fisipol UGM memang lebih bagus dibandingkan dengan fakultas lainnya. Akan tetapi, kejadian di luar kontrol seperti itu masih tetap terjadi.
Berikut tiga masukan itu:
"Standarnya beda, akhirnya ada yang tertangani dengan baik dan ada yang belum," katanya.
"Kalau ada yang berstatus khusus harusnya didampingi khusus pula," tegasnya.
ADVERTISEMENT
"Dan membangun kultur pergaulan sosial yang sehat secara psikologis," tutup dia.