Fauzan, Juara Dunia Karate yang Jadi Penjaga Gudang

26 Juli 2018 11:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fauzan Noor, Juara dunia karate tradisional (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fauzan Noor, Juara dunia karate tradisional (Foto: Retno Wulandhari/kumparan)
ADVERTISEMENT
Fauzan Noor (20), berhasil mengharumkan nama Indonesia lewat prestasinya menjuarai ajang Karate tingkat dunia Januari 2018 lalu. Karateka muda asal Banjarmasin ini memenangkan kejuaraan yang bertajuk WASO World Championship 2018 di Praha, Republik Ceko.
ADVERTISEMENT
Di tengah namanya yang mulai mencuat, ternyata Fauzan merupakan sosok anak yang sederhana dan taat beribadah. Putra ketiga pasangan Adnan Firdaus (64) dan Jamariyah (56) ini juga dikenal sebagai pribadi yang pendiam.
Ditemui di kediamannya di Jalan A Yani Km 5,5 Komplek Lambung Mangkurat Gang III RT01 Banjarmasin Minggu (22/7), bersama Fauzan, Adnan Firdaus bercerita tentang sosok putranya yang kini bergelar juara dunia tersebut.
“Fauzan itu suka puasa Senin-Kamis, taat ibadah lima waktu. Setiap mengikuti pertandingan senantiasa minta didoakan,” ujar Firdaus yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh bangunan itu.
Fauzan juara dunia karate (Foto: Dokumentasi kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fauzan juara dunia karate (Foto: Dokumentasi kumparan)
Firdaus mengungkapkan, sejak kelas 3 SD sang putra memang menyukai olahraga bela diri karate yang berhasil membawanya ke puncak tertinggi dunia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, usaha Ozan--sapaan akrab Fauzan-- meraih prestasi, tidak berbanding lurus dengan perekonomian keluarganya. Karena keluarganya kurang mampu secara ekonomi, Ozan yang lulusan SMAN 13 Pemurus Banjarmasin ini tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Maunya sih ingin kuliah, tapi kondisi perekonomian kurang mendukung. Apalagi saya hanya seorang buruh bangunan. Anak tiga laki-laki semuanya, sementara gaji sebagai buruh bangunan cukup untuk makan,” kata Ozan.
Alih-alih biaya kuliah, untuk membeli makanan yang bergizi layaknya seorang atlet karate saja tak bisa dibeli.
“Kita makan seadanya sederhana, nasi sama ikan sungai hasil maunjun (memancing), ketika abahnya tak ada pekerjaan bangunan,” timpal sang ibunda, Jamariyah sambil terkekeh.
Jamariyah tak menyangka jika anak bungsunya itu bisa juara dunia. Karena menurutnya, Fauzan jarang menceritakan kegiatannya selama ini. Tak hanya Jamariyah, para tetangga dan warga kampung juga sangat terkejut begitu tahu Ozan bisa menggondol gelar juara dunia.
ADVERTISEMENT
“Kami tak menyangka sama sekali,” ujarnya dengan nada serak.
Adnan juga menceritakan, ketika Ozan tiba-tiba diminta untuk membuat paspor. Ternyata, paspor itu akan digunakan untuk mengikuti kejuaraan karate internasional di Ceko.
Fauzan, Juara Dunia Karate, sedang melakukan latihan. (Foto: Kumparan/ Retno Wulandhari Handini)
zoom-in-whitePerbesar
Fauzan, Juara Dunia Karate, sedang melakukan latihan. (Foto: Kumparan/ Retno Wulandhari Handini)
“Fauzan minta bantu dibikinkan paspor, kebetulan kami tak ada uang. Lewat pinjaman serta uang tabungan ibunya, akhirnya terkumpul uang Rp 450 ribu untuk bikin paspor,” tuturnya.
Kata Adnan, menirukan perkataan anaknya, Fauzan diundang mengikuti kejuaraan karate tingkat dunia di Ceko, hal ini karena Fauzan sebelumnya menjuarai kejuaraan nasional karate di Bandung.
“Rupanya prestasi juara satu tingkat nasional, Fauzan mendapatkan peluang mengikuti event dunia,” katanya.
Firdaus bercerita, Ozan melakukan segalanya dengan sederhana, termasuk latihan. Usai salat Subuh, Fauzan selalu rutin latihan di rumahnya. Untuk melatih pukulan tangan dan kaki, Fauzan memanfaatkan tiang rumah yang dibalut ban dalam bekas sepeda motor dan dililitkan pada tiang untuk mengurangi kerasnya beton tiang rumah.
ADVERTISEMENT
“Tiang pilar teras rumah dililit ban dalam sepeda motor lalu dijadikan samsak, termasuk melatih kekuatan kaki. Ozan membikin sendiri batangan besi cor dililit kain lalu ditempelkan di betis kedua kaki untuk dijadikan beban agar pukulan kakinya stabil,” kata Adnan sambil tertawa.
Samsak ban bekas Fauzan. (Foto: Dok. kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Samsak ban bekas Fauzan. (Foto: Dok. kumparan)
Adnan mengaku terenyuh melihat kegigihan putranya berlatih fisik seorang diri di teras rumah dengan peralatan yang sangat sederhana. Misalnya, agar ingin memiliki refleks yang bagus, Fauzan melilitkan pinggangnya dengan karet dari ban dalam bekas yang sudah diikatkan ke tiang teras rumah.
“Kami khawatir tiang teras rumah kami lama-lama bisa goyang. Sebab mau beli peralatan yang layak seperti di tempat olahraga jelas tak mampu,” ujarnya sambil tergeleng.
Dia berharap kerja keras anaknya bisa dihargai oleh pemerintah. Sebab ketika penjemputan di bandara usai pulang dari Ceko, tak ada pejabat yang menjemput.
ADVERTISEMENT
“Misalnya Gubernur Kalsel atau Wali Kota Banjarmasin semestinya peduli,” katanya.
Kurang lebih setahun ini, Fauzan bekerja di perusahaan retail mini market sebagai tukang catat keluar masuk barang. Sebelumnya, Fauzan sudah pernah mengajukan permohonan pekerjaan termasuk mendaftarkan diri menjadi anggota TNI AD, Polisi, serta Satpol PP Pemko Banjarmasin.
“Karena tak ada panggilan dan lama menunggu panggilan kerjaan, Fauzan tak malu-malu membantu menjadi buruh bangunan, tukang memperbaiki kursi mebel,” katanya.
Fauzan juga sempat bekerja sebagai satpam di Jalan Kampung Melayu, Banjarmasin lalu diperintahkan untuk mutasi ke Jakarta. Namun Fauzan menolak dan akhirnya diberhentikan menjadi satpam. Beberapa bulan menganggur, dia kemudian melamar pekerjaan di mini market dan diterima menjadi karyawan bagian gudang.
ADVERTISEMENT
Jalan panjang yang dilalui Fauzan akhirnya berbuah manis. Adnan pun tak mampu menyembunyikan rasa bangganya pada Fauzan yang telah menjadi juara dunia itu.
“Semoga prestasinya bisa dipertahankan dan jadi penyemangat untuk berlatih lebih baik lagi,” ucapnya haru.
Simak selengkapnya perjuangan para juara dunia dalam topik Zohri dan Juara Dunia di kumparan.