Festival Waton: Angkutan Berat Tradisional dengan Sapi dari Jember

10 Mei 2023 19:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat saat merayakan Watu Ulo Pegon (Waton) di Pantai Watu Ulo Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat saat merayakan Watu Ulo Pegon (Waton) di Pantai Watu Ulo Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Masyarakat Kabupaten Jember rupanya masih merayakan tradisi Watu Ulo Pegon (Waton). Kegiatan yang selalu dilakukan setiap bulan Syawal.
ADVERTISEMENT
Pegon ini semacam delman dengan tenaga sapi. Biasanya, kendaraan ini digunakan oleh masyarakat tradisional untuk angkutan berat.
Terlihat, warga pun rela terkena terik panas matahari untuk mendatangi Pantai Watu Ulo Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu Jember untuk menyaksikan festival Pegon tersebut, yang merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak 1989 ini, Minggu kemarin (7/5/2023)
Festival ini rupanya juga dihadiri oleh Bupati Jember Hendy Siswanto, bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember Hary Agus Triono.
Sekitar tiga puluh peserta adu keindahan kendaraan. Mereka merias pegonnya dengan berbagai macam aksesoris. Supaya terlihat menarik.
"Kami sengaja hadir untuk bersama-sama menyaksikan WATON yang merupakan warisan leluhur,"ujar Bupati Jember Hendy Siswanto, Senin (8/5/2023).
Menurutnya, tradisi yang sudah berumur lebih dari tiga puluh tahunan ini harus selalu dilestarikan. Mengingat, keberadaan Pegon sudah nyaris tergerus di era modernisasi.
ADVERTISEMENT
"Pegon merupakan transportasi barang tradisional yang nyaris tergerus modernisasi. Sejarah adanya Festival Pegon berangkat dari tradisi yang digelar pada 1989," imbuh Hendy.
Hendy menjelaskan Festival tersebut biasanya digelar pada hari ketujuh pada perayaan Idul Fitri, alias saat hari raya Kupatan.
Delman sapi yang dihias dalam perayaan Waton. Foto: Dok. Istimewa
Selama Festival berlangsung, lanjut Hendy, orang-orang menaiki pegon dan berjalan berarak-arakan menuju pantai Watu Ulo sambil makan ketupat, untuk menikmati suasana keindahan laut Selatan.
"Sambil lalu menikmati pantai dengan memakan berbagai hidangan ketupat.Festival ini hanya bisa dinikmati setahun sekali," urainya.
Hendy menilai tradisi ini perlu di lestarikan dan ditularkan pada anak cucu. Supaya tidak punah seiring perkembangan zaman.
"Untuk itu, perlu benar benar dilestarikan. Tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, yakni menjadi tanggung jawab kita bersama,"paparnya.
ADVERTISEMENT
Paling tidak, kata Hendy, masyarakat turut berpartisipasi dalam setiap perayaan festival ini. Supaya bisa menarik wisatawan di pantai Watu Ulo.
"Diharapkan dapat menarik minat wisata. Mari berpartisipasi untuk festival-festival berikutnya. Mari menjaga dan menghargai tradisi yang menjadi ciri khas bangsa," tandasnya.
(LAN)