Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mulai dari Amerika Serikat yang berjarak 11.800 kilometer dari Wuhan, hingga negara-negara tetangga yang masih satu daratan seperti Thailand.
Wuhan pun diisolasi. Akses menuju dan dari Wuhan ditutup. Wuhan yang tadinya merupakan salah satu kota terpadat di China, kini layaknya kota mati.
Kondisi ini sebenarnya cukup mirip dengan yang digambarkan di film ‘The Flu’ besutan sutradara Kim Sung Su tahun 2013 silam. Film ini memberikan gambaran nyaris sempurna tentang penyebaran virus corona saat ini.
Cerita ini berawal dari sekelompok imigran gelap yang diselundupkan dari sebuah pelabuhan di Hong Kong. Kelompok yang mayoritas berasal dari Asia Tenggara ini dimampatkan ke dalam sebuah kontainer. Sialnya, salah satu dari mereka terkena flu.
Sembilan bulan kemudian, kontainer berisi manusia itu sampai di Pelabuhan Pyeongtaek, Korea Selatan. Dua orang kakak adik, Ju Byung Woo (Lee Sang Yeob) dan Ju Byung Ki (Lee Hee Joon), datang untuk mengevakuasi para imigran ini ke tempat ‘bos’-nya.
ADVERTISEMENT
Bukannya sekumpulan calon pekerja, mereka justru mendapati tumpukan mayat saat membuka kontainer tersebut. Hanya ada satu imigran gelap yang berhasil bertahan hidup, Mon Sai (Lester Avan Andrada). Kakak beradik kurir ini lalu memutuskan membawa Mon Sai ke tempat bos mereka.
Sepanjang perjalanan, si adik, Ju Byung Woo, menunjukkan tanda-tanda demam dan flu yang semakin parah. Begitu tiba di Bundang, sekitar 50 kilometer dari Seoul, Ju Byung Ki memutuskan membawa adiknya berobat ke dokter.
Di sinilah awal mula virus tersebut tersebar.
Setiap kali batuk, Ju Byung Woo tidak pernah berusaha menutup mulutnya. Dengan penggambaran apik di bawah kepemimpinan Lee Mo Gae, kita bisa melihat dengan jelas, bagaimana virus-virus tersebut mulai keluar dari mulut Ju Byung Woo dan ‘mampir’ ke orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Virus yang bersarang di orang-orang tersebut, lalu dibawa keluar dari rumah sakit, dan disebarkan lagi ke orang-orang lain. Lagi-lagi, melalui batuk.
Hal ini cukup mirip dengan penyebaran virus corona. Berdasarkan rilis Kebudes China, virus ini banyak ditularkan melalui tetesan pernapasan seperti batuk, bersin, hingga kontak langsung dengan penderita.
Melihat kondisi Ju Byung Ki yang kewalahan mengurus adiknya, Mon Sai pun memanfaatkan situasi ini untuk kabur. Sementara, Ju Byung Ki akhirnya membawa adiknya ke rumah sakit karena kondisinya yang semakin parah.
Ju Byung Woo akhirnya dibawa ke ruang isolasi rumah sakit. Salah satu dokter yang bertugas, sekaligus tokoh utama film ini, Kim In Hae (Park So Ae) memvonis Ju Byung Woo dengan penyakit H7n9 atau versi terbaru dari Flu Burung (H5N1).
ADVERTISEMENT
Hal ini juga mirip dengan virus corona, yang merupakan 'adik' dari pandemi sebelumnya, Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) tahun 2002-2203 silam. Sama seperti virus corona, H7N9 ini juga belum ditemukan obatnya.
Bundang dengan cepat berubah menjadi kota zombie dengan banyaknya warga yang terkena virus H7N9 ini. Apalagi, virus ini disebut bisa menimbulkan kematian dalam waktu 36 jam.
Perwakilan WHO Leo Snyder (Boris Stout), Presiden Korea Selatan (Cha In Pyo), Perdana Menteri Korea Selatan (Kim Ki Hyeon), hingga tentara Korsel dan USFK (United State Forces Korea) pun turun tangan. Bundang resmi diisolasi dari dunia luar agar virus pandemik ini tidak menyebar.
Tentara-tentara disiagakan di setiap akses dari dan ke Bundang, transportasi umum disetop, dan supermarket-supermarket diserbu warga yang ingin memasok kebutuhan mereka. Sayangnya, warga Bundang tak pernah diberi tahu, apa dan seberapa berbahayanya virus yang mereka hadapi ini.
ADVERTISEMENT
Seluruh warga Bundang dikumpulkan di satu stadion dan diperiksa satu-satu, sebelum dibawa ke kamp-kamp bernomor. Mereka yang terbukti terpapar virus, akan dipisahkan dan dibakar hidup-hidup. Sedangkan mereka yang tidak terjangkit H7N9, dilepaskan namun tetap tidak bisa keluar dari Bundang.
Bahkan lebih gilanya, pihak WHO dan Perdana Menteri Korea Selatan sepakat untuk membumihanguskan Bundang agar virus ini tidak menyebar.
Ketegangan film ini semakin memuncak saat Kim In Hae harus berjuang bersama salah satu anggota pemadam kebakaran, Kang Ji Goo (Jang Hyuk). Keduanya harus bersaing dengan waktu untuk membuat obat H7N9 dari imunitas Mon Sai dan menyelamatkan anak Kim In Hae, Kim Mi Reu (Park Min Ha) yang terpapar virus dan seluruh warga Bundang lainnya.
Meski sama-sama diisolasi dari dunia luar, kondisi Wuhan tentu jauh lebih baik --karena ini bukan dalam film. Tentu saja, sejauh ini, tidak pernah ada rencana untuk membumihanguskan Wuhan. Bahkan, akses komunikasi masih terbuka dengan bebas di kota-kota yang diisolasi, tak seperti di dalam film The Flu.
ADVERTISEMENT
Menurut Menlu Retno Marsudi menyebut, saat ini pemerintah melalui KBRI Beijing masih bisa terus menjalin komunikasi dengan WNI di China. Terutama WNI-WNI yang berada di Kota Wuhan, Xianing, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan, yang terisolasi akibat virus corona.
Beberapa WNI, sudah bisa pulang. Namun sebagian terpaksa harus bertahan sambil menunggu dievakuasi.
Salah satu mahasiswa Indonesia di Hubei, Rio Alfi, secara fisik, kondisi WNI di tempatnya masih sehat. Namun, pasokan logistik mereka mulai menurun. Padahal, mereka tidak tahu sampai kapan mereka akan diisolasi.
"Barangnya sedikit sekarang. Enggak banyak masuk ke Toserba. Kalau kita ke sana, berebut sama warga lokal," kata Rio.
Dengan kondisi yang serba sulit, warga Wuhan dan sekitarnya masih belum kehilangan semangat. Melalui video yang disebar oleh salah satu mahasiswa Indonesia, Ayu Larasati, warga setempat saling berteriak 'Jiayou' atau 'semangat' dari tempat tinggal mereka.
ADVERTISEMENT
"Saya dengar teriakan itu kemarin malam, 27 Januari. Merinding campur haru. Enggak nyangka aja, ternyata kita bisa saling kasih semangat lewat teriakan. Benar-benar ramai, banyak banget yang teriak jiayou," kata Ayu.
Virus corona juga tidak semematikan H7N9 di film The Flu, yang bisa membunuh dalam waktu 36 jam. Dari lebih dari 7 ribu kasus corona yang terkonfirmasi di China per 29 Januari 2020, ada 170 orang yang meninggal. Artinya, tingkat kematian akibat virus corona juga sangat kecil, yaitu sekitar 3-4 persen atau jauh lebih rendah dibanding virus SARS dan MERS yang masih satu keluarga.
SARS memiliki tingkat kematian hingga 60 persen dan MERS hampir 40 persen. Selain itu, menurut Sekretaris Direktoran Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Achmad Yurianto, pasien yang tewas akibat virus corona biasanya memang sudah menderita penyakit kronis lainnya, seperti jantung, gagal ginjal, hingga masalah paru-paru.
ADVERTISEMENT
“Ini menyebabkan modal imun mereka rendah. Dengan infeksi akan menuju penyakit lebih ganas buruk dan menyebabkan kematian. Pada kondisi yang memang daya tahan tubuh bagus, tanpa ada penyakit, ini dilaporkan banyak yang sembuh total,” jelas Achmad.
Selain itu, dari 7 ribu kasus tersebut, pemerintah China mengklaim sudah ada 124 pasien yang sembuh. Meski, mereka belum menyebut obat atau vaksin apa yang digunakan untuk mengobati 124 pasien ini.
Selain The Flu, sebenarnya masih ada beberapa film lain yang mengambil cerita soal penyebaran penyakit mematikan. Mulai dari serial drama Korea Selatan sepanjang 10 episode The Virus (2013), Deranged (2012), Contagion (2011), Fatal Contact: Bird Flu in America (2006), Outbrake (1995), 28 Days Later (2002), hingga drama Jepang Bloody Monday (2008) dan Bloody Monday II (2010).
ADVERTISEMENT
Meski virus corona memang tak semengerikan virus H7N9 di film 'The Flu', namun kita tetap perlu waspada dan melakukan upaya-upaya pencegahan.