Foto: Radio Handy Talky Jadi Solusi Pembelajaran Jarak Jauh di Ciamis
ADVERTISEMENT
Di sela ayam berkokok saling bersahutan dan jarum jam menunjuk angka tujuh pagi, sejumlah anak yang bermukim di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjaranyar, Ciamis , Jawa Barat, bergegas untuk mengikuti proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang rutin digelar sekolahnya setiap pagi selama pandemi COVID-19 .
ADVERTISEMENT
Sayup-sayup terdengar suara laki-laki yang tak lain guru wali kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pasawahan, Yayat Hayatulhasani, memanggil-manggil para siswa dan siswi dari pesawat Handy Talky (HT) untuk radio check.
“Cek, cek, Romeo, Alpa, Delta, India, Oscar,” ucap Yayat dari kejauhan.
Manda Setiani bergegas menggapai HT yang digantung di dinding ruang tamu, tepat di samping rak televisi. “Iya Pak, masuk,” jawab Manda di HT.
Itulah aktivitas rutin salah satu siswi Madrasah Ibtidaiyah Pasawahan Manda Setiani yang tinggal di Desa Pesawahan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Perkampungan tempat ia tinggal jauh dari pusat keramaian perkotaan sehingga akses internet tidak memadai.
Sejak diberlakukannya sistem pembelajaran jarak jauh oleh pemerintah daerah, sekolah tersebut menerapkan pembelajaran daring menggunakan pesawat HT. Satu pesawat HT bisa digunakan 5 hingga 10 siswa sebagai media berkomunikasi mengenai tugas dan proses belajar.
Pihak sekolah hanya mampu menyediakan enam HT yang tersebar di lima kelompok, di antaranya di Dusun Ciakar, Karang Petir, Munggangwareng, Jambu Dipa, dan Karang Wangkal.
ADVERTISEMENT
Dari enam HT tersebut, dua di antaranya sudah menggunakan antena permanen yang menggunakan frekuensi VHF dengan sistem direct lantaran tak memiliki repeater.
HT yang menggunakan antena eksternal dipasang oleh orang tua siswa yang dijadikan tempat berkumpulnya beberapa siswa dalam sebuah kelompok belajar.
Bagi kelompok yang pesawat HT-nya tidak menggunakan antena eksternal, mereka harus rela mencari frekuensi yang dapat menangkap pancaran dari HT sang guru. Untuk mendapatkan frekuensi yang tepat, tak jarang siswa harus berjalan beramai-ramai mencari titik tertentu. Bisa di pinggir jalan, kebun, bahkan dalam hutan.
Beragam lika-liku perjuangan tersebut dilakukan lantaran di perkampungan tersebut tidak tersedia koneksi internet yang memadai. Selain itu, subsidi kuota internet untuk belajar dari pemerintah juga tidak bisa digunakan karena keterbatasan kepemilikan gawai, dan juga tidak ada koneksi internet yang cukup di daerah tersebut.
Meski tidak sempurna, setelah berbagai uji coba, para guru dan murid akhirnya mengandalkan HT sebagai solusi pembelajaran jarak jauh. Semangat belajar dan mengajar para siswa dan guru menjadi modal dasar pembelajaran tetap bisa berlangsung di tengah keterbatasan akses komunikasi berbasis internet.
ADVERTISEMENT
5+
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .