Gadis 14 Tahun di Prancis Dipukuli Tiga Temannya sampai Koma dan Luka Parah

5 April 2024 10:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Prancis melakukan penyelidikan usai seorang gadis di selatan Prancis dipukuli tiga temannya di luar sekolah, Kamis (4/4). Perempuan berusia 14 tahun itu terluka parah dan sempat koma untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, ketiga penyerang ditangkap karena diduga melakukan percobaan pembunuhan terhadap anak di bawah umur. Salah satunya berasal dari sekolah yang sama dengan korban, di pinggiran selatan kota Montpellier.
Korban, Samara, kini telah sadar dari komanya tetapi masih terluka parah.
Menurut keterangan jaksa, serangan dilakukan pada Selasa (2/4) sore di luar sekolah Arthur Rimbaud di distrik La Mosson-La Paillade.
Salah satu tersangka yang bersekolah sama dengan korban mengaku telah memukuli korban. Dua penyerang lainnya pun masih di bawah umur, masing-masing berusia 14 dan 15 tahun.
Menteri Pendidikan Prancis, Nicole Belloubet, memerintahkan penyelidikan dan menunggu laporan progres kasus ini selama delapan hari kerja.
“Misi ini bertujuan untuk membuktikan realitas fakta dan menetapkan tanggung jawab. Samara berhak atas kebenaran,” katanya kepada BFMTV.
ADVERTISEMENT
Ibu dari Samara, Hassiba, mengatakan bahwa putrinya telah diintimidasi oleh temannya selama dua setengah tahun. Ia menduga hal itu karena perilaku dan pakaian anaknya yang kerap dianggap lebih “bebas” atau kurang Islami.
“Saya sebenarnya tidak mengerti alasan anak ini terus-menerus menyerang Samara, tapi ada sesuatu. Saya pikir itu terkait fakta bahwa dia (Samara) mungkin sedikit lebih bebas dibandingkan beberapa siswa,” ungkapnya.
Ilustrasi perundungan (dibully) atau bullying. Foto: Shutterstock
Hassiba menuduh salah satu pelaku yang merupakan teman sekelas anaknya sebagai otak penyerangan. Dia mengeklaim bahwa siswi tersebut pernah diskors selama dua hari pada Juni 2023. Ia dihukum lantaran mempublikasikan foto Samara di media sosial yang menyerukan agar dia diperkosa.
Sementara itu seorang siswa di luar sekolahnya mengatakan, apa yang terjadi tidak ada hubungannya dengan cara berpakaian tertentu.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, permasalah ini dimulai saat seorang gadis lain menuduh Samara karena menghina postingan foto dirinya di media sosial.
Empat murid lainnya juga meyakini bahwa kasus ini tidak ada hubungannya dengan pakaian, lalu mengulangi cerita yang sama.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan solidaritasnya kepada gadis yang diserang. Namun ia juga meminta agar berhati-hati dalam menarik kesimpulan tentang kebenaran serangan itu.
"Pada tahap ini saya akan berhati-hati dalam mengategorikan sesuatu," katanya.
"Saya ingin kebenaran sepenuhnya terungkap dan kemudian kesimpulan dapat diambil,” tutur Macron.