Gaduh Serangan Orang Gila

15 Maret 2018 13:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Yang penting faktanya sudah ada. Dia bunuh suami saya, tetapi kenapa sampai saat ini polisi masih belum ngadilin dia? Nunggu apa lagi?” kata istri Ustaz Prawoto, Ernawaty.
ADVERTISEMENT
Ernawaty melontarkan ucapan itu dengan geram ketika berbincang dengan kumparan di kediamannya, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Kamis (8/3).
Pagi itu, Kamis 1 Februari 2018, masih teringat jelas dalam benak Ernawaty, suaminya tewas dengan cara mengenaskan di ujung pipa besi. Nyawa Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam itu melayang di tangan Asep Maftuh.
Tragedi bermula sekitar pukul tujuh pagi. Kala itu, Asep Maftuh mendatangi rumah Prawoto dengan membawa pipa besi sepanjang 1,2 meter, dengan diameter 5 sentimeter. Setibanya di rumah Prawoto, lelaki 45 tahun itu langsung menggedor pagar rumah Prawoto berkali-kali.
Mendengar suara bising tersebut, Prawoto yang sedang membantu istrinya mencuci pakaian langsung membuka pintu rumahnya dan keluar. Melihat Asep marah-marah, Prawoto lantas menanyakan keperluan Asep. Namun, pertanyaan itu malah dijawab dengan pukulan yang mendarat keras di tangan kanan Prawoto.
ADVERTISEMENT
Asep langsung menyerang Prawoto tanpa berucap sepatah kata pun. Prawoto jelas kaget. Sadar ia dalam bahaya, ustaz 44 tahun tersebut lari keluar rumah dalam kondisi tangan kanan patah. Asep mengejarnya tanpa ampun. Sampai akhirnya Prawoto terjatuh 700 meter dari rumahnya, dan ia langsung dipukuli Asep tiga kali.
Satu pukulan teramat fatal, mengenai bagian pelipis, membuat Prawoto terluka parah. Saat itu, warga Blok Sawah, tempat tinggal Prawoto, tak berani keluar rumah karena takut dengan amukan ganas Asep. Namun seorang di antaranya, Danton, menghampiri Asep dan menahannya memukuli Prawoto lebih jauh.
“Almarhum (Prawoto) jatuh duduk dan bilang ‘Ampun, ampun.’ Korban dipukul sama linggis. (Waktu Asep) mau mukul lagi, saya tahan dan bilang ‘Sep, apaan sih kamu, istigfar.’ Nah, (Asep) langsung berhenti dan diam. (Asep) enggak ngomong apa-apa,” kata Danton.
ADVERTISEMENT
Ia langsung membawa Asep ke rumahnya, lalu mengikatnya dengan tali tambang agar ia tak mengamuk kembali. Beberapa warga turut membantu Danton mengikat Asep.
Sementara Prawoto yang tersungkur langsung dibawa ke Rumah Sakit Santosa. Lukanya terlampau parah, dan sang ustaz tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir pukul empat sore, sembilan jam setelah diserang Asep.
Asep si pembunuh Prawoto (Foto: Dok. Kapolrestabes Kota Bandung)
Asep ditakuti warga Blok Sawah, Cigondewah Kidul. Terutama bila ia sedang tak punya uang. Kantong kosong kerap membuat Asep cepat mengamuk.
“Biasanya kalau ngamuk mukul tiang listrik, mecahin kaca rumahnya sendiri. Kalau minta uang sama adik-adiknya enggak dikasih, nanti ngamuk lagi. Sering begitu, bikin orang takut,” kata Danton.
Ulah liar Asep tak cuma itu. Ia juga sering melempar batu ke rumah warga sekitar, menutup akses jalan desa, bahkan membakar rumahnya sendiri! Betul-betul berandalan.
ADVERTISEMENT
Adik Asep, Fahmi, mengatakan kelakuan Asep mulai aneh sejak 2016. Ia menduga, itu karena perceraian sang kakak dengan istrinya. Hal lain adalah kesulitan ekonomi yang menjerat Asep.
Rumah Asep Maftuh (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
Begitu mendengar ada laporan pembunuhan masuk, Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo dan Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M. Yoris Maulana Yusuf langsung menuju tempat kejadian perkara di Cigondewah Kidul, Bandung Kulon, bersama petugas polisi lain.
Mereka segera melakukan olah TKP dan dan menahan Asep. Di sana, polisi menemukan sebilah besi menyerupai linggis yang digunakan Asep untuk memukuli Prawoto. Polisi juga meminta keterangan warga sekitar dan saksi mata untuk mencari tahu soal insiden pemukulan Prawoto tersebut.
Dari kesaksian warga, polisi mulai memperoleh gambaran tentang sosok Asep dan Prawoto. Asep ternyata paling segan terhadap Prawoto. Bahkan selama ini, hanya Prawoto yang berani menegur Asep jika ia sedang mengamuk atau kumat merusak mengganggu.
ADVERTISEMENT
Misalnya ketika Asep membuat empang, tanah hasil galiannya menghalangi jalan sehingga warga tak dapat melintas. Prawoto bersama warga sekitar kemudian membersihkan tanah bekas galian Asep agar jalan dapat dilalui kembali.
Kombes Pol Hendro Pandowo (Foto: Prima Gerhard/kumparan)
“Almarhum (Prawoto) ini salah satu orang saleh yang bisa meredam dan menasihati pelaku,” kata Hendro di Bandung, Rabu (7/3). “Semua orang di situ tahu keseharian almarhum. Ia orang yang disegani dalam aspek ibadah, menjadi teladan. Ia disegani oleh warga, termasuk tersangka (Asep). Ia gurunya (Asep). Pelaku sering baca buku-buku almarhum.”
Prawoto memang dikenal sebagai sosok ustaz di lingkungannya. Kediaman Prawoto dan Asep hanya terpaut dua rumah. Selama keduanya bertetangga, menurut Didin Jaenudin kakak ipar Prawoto, hubungan Prawoto dan Asep baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya pelaku (Asep) takut sama korban (Prawoto), karena warga di sini suka minta tolong sama dia (Prawoto). Misal kalau Asep lagi kumat kan warga suka takut, biasanya yang nenangin itu adik ipar saya (Prawoto)” kata Didin, Jumat (2/3).
Sehari sebelum tragedi terjadi, Asep sempat menemui Prawoto untuk meminta nasihat terkait ajaran Islam. Saat itu Asep menanyakan kandungan surat-surat Al-Quran.
“Adik saya (Prawoto) bilang jangan percaya takhayul, musyrik, baca saja Al-Quran yang sudah jelas,” ujar Didin.
Polrestabes Bandung merilis kasus penganiayaan (Foto: Iqbal Tawakal/kumparan)
Meski sering angot, Asep sehari-hari beraktivitas seperti biasa. Ia ikut salat berjemaah dan nongkrong-nongkrong bersama tetangga sekitar.
Namun, dari hasil penyelidikan, polisi mendengar kabar bahwa Asep mengalami gangguan kejiwaan. Untuk memastikan, Polrestabes Bandung mendatangkan dr. Leony Widjaja, ahli psikiatri forensik Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih, dan seorang dokter lain dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
“(Dokter dari) dua rumah sakit ini menyatakan bahwa tersangka Asep Maftuh memang mengalami gangguan kepribadian,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP M. Yoris Maulana Yusuf.
Dokter Leony Widjaja yang memeriksa kondisi kejiwaan Asep mengatakan, Asep memiliki gangguan kepribadian dan ketidakstabilan emosi. “Tapi bukan masuk kategori gangguan jiwa berat.”
Hingga kini, polisi belum bisa memastikan motif penganiayaan Asep terhadap Prawoto. Sebab, menurut Yoris, Asep sulit diajak berkomunikasi.
“Ketika kami melakukan BAP (berita acara pemeriksaan) terhadap tersangka Asep Maftuh, dia (berkata) tidak mengerti apa yang dia lakukan, dan sampai sekarang kalau ditanya ‘Kenapa kamu masuk penjara (ditahan)?’ Dia menjawab ‘Tidak tahu,’” ujar Yoris.
Namun, Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro menduga, Asep menyerang Prawoto karena tidak suka dinasihati atau dilarang-larang. “Selama ini mereka sering berhubungan. Bisa jadi karena sering dilarang atau sakit hati. Kami enggak tahu (pastinya).”
ADVERTISEMENT
Kini Asep mendekam di Rutan Polrestabes Bandung sambil menunggu berkas perkaranya lengkap. Jika sudah dinyatakan lengkap oleh jaksa penuntut umum, ia akan menjalani persidangan.
“Nanti hakim yang menilai apakah Asep bisa dihukum atau tidak. Pasal yang kami sangkakan adalah pasal pembunuhan. Hukuman terberat (dipenjara) sampai seumur hidup,” kata Hendro.
Kapolda Jabar jenguk Pimpinan Ponpes Al-Hidayah (Foto: instagram/bidhumaspoldajabar)
Sepekan sebelum penyerangan Prawoto di Cigondewah Kidul, KH Umar Basri--pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah di Kampung Sentiong, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung--juga diserang orang bernama Asep. Tapi tunggu dulu, ini Asep yang berbeda, bukan Asep Maftuh yang memukuli Prawoto.
Asep yang ini menyerang Kiai Umar di dalam masjid Ponpes Al-Hidayah. Saat itu, sekitar pukul lima pagi, Umar sedang wiridan setelah salat subuh berjemaah. Asep juga berada dalam masjid itu, mengenakan sarung, juga usai salat.
ADVERTISEMENT
Juru bicara keluarga Umar, Iwan Ismail, mengatakan Asep sudah menunjukkan gerak-gerik mencurigakan sebelum menyerang Umar. Ia menendang mimbar dan melakukan salat yang tak lazim.
“Dia salat dua rakaat, kemudian pindah ke sebelah kanan tiang (masjid), salat lagi dua rakaat. Lalu pindah lagi ke sebelah kiri tiang, dan salat lagi satu rakaat. Salat satu rakaat itu salat apa, enggak paham kan?” kata Iwan kepada kumparan.
Setelah melakukan salat lima rakaat berpindah-pindah lokasi itu, Asep menatap Umar dengan tajam. Tak lama, ia berteriak dalam Bahasa Sunda. “Ieu mah pinarakaeun. Nu di dieu mah pinarakaeun kabeh!” Artinya: semua yang ada di sini akan masuk neraka!
Mendengar teriakan bak orang kesurupan itu, para santri dan Umar langsung menoleh ke belakang, mencari sumber suara. Tapi Umar tak berprasangka buruk. Ia merasa Asep ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.
ADVERTISEMENT
Itu sebabnya alih-alih meringkus Asep, Umar malah memberi kode kepada para santrinya untuk meninggalkan masjid dan mematikan lampu, membuat dia dan Asep hanya tinggal berdua dalam gelap.
Husnuzon Umar berakhir mengerikan. Ia menderita luka parah di kepala dan rahang. Enam giginya bahkan tanggal akibat diserang Asep yang sebelumnya mengutuk orang semasjid “masuk neraka”.
Penganiaya KH Umar Basri ditangkap (Foto: instagram/@ahmadhelmyfaishalzaini)
Beberapa jam setelah kejadian traumatis itu, polisi membekuk Asep dan memeriksa kondisi kejiwaannya. Dokter Leony Widjaja--yang seminggu kemudian juga memeriksa Asep lain dari Cigondewah--mengatakan Asep di Kampung Setiong ini menunjukkan perilaku ganjil. Ia kerap berhalusinasi, dan wajahnya memancarkan permusuhan.
“Pikirannya tidak bisa membedakan dunia nyata dan dunia khayalan,” kata Leony.
Saat ini berkas perkara Asep sudah lengkap, tinggal menunggu persidangan. Terlepas dari cacat kejiwaan Asep, hakimlah nanti yang akan memutuskan apakah Asep akan dihukum pidana atau tidak.
ADVERTISEMENT
Dari Bandung di Jawa Barat, kita menyeberang ke Lamongan di Jawa Timur. Di daerah ini, Minggu (18/2), pengurus pesantren Muhammadiyah, KH Hakam Mubarok, juga diserang ketika akan salat zuhur.
Hakam sedang berjalan menuju masjid ketika melihat seorang pria, Nandang Triyana, duduk sambil makan di pendopo. Nandang makan berceceran, sehingga diminta Hakam untuk membersihkan kotoran bekas makannya itu.
Tapi, alih-alih membersihkan, Nandang justru menyerang dan mengejar Hakam. Beruntung para santri melihat kejadian tersebut dan berhasil meringkus Nandang. Hakam ‘hanya’ mengalami luka ringan akibat jatuh saat dikejar.
Menurut ahli psikiatri RS Bhayangkara Polda Jatim, AKBP dr. Roni Subagyo, SpKJ, Nandang terindikasi menderita skizofrenia--penyakit jiwa yang antara lain ditandai oleh ketidakacuhan dan halusinasi--setelah lima hari diperiksa.
ADVERTISEMENT
“Pelaku (Nandang) mudah tersinggung dan marah, sehingga sifat agresifnya bisa muncul seketika,” ujar Roni di Surabaya.
Namun, bila umumnya penderita skizofrenia tidak berkurang daya pikirnya, Nandang tak demikian. Inteligensinya lemah, sehingga memperburuk kondisi psikologisnya. Orang dengan daya pikir rendah, ujar Roni, amat mudah mengalami gangguan jiwa berat.
“Seseorang dengan record inteligensi klinis yang sangat rendah atau borderline personality disorder (gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati dan perilaku tak stabil) sangat mudah dipengaruhi, mudah disugesti untuk diajak bertindak menyimpang karena kemampuan kognitif dan pertimbangan memorinya sangat kurang,” kata Roni.
Di Balik Serangan Orang Gila (Foto: Sabryna Muviola/kumparan)
Insiden penyerangan belum berakhir. Minggu (11/3), Ustaz Abduh Rahman ditusuk seorang perempuan bernama Silvi saat sedang salat subuh berjemaah di Masjid Darul Muttaqin, Depok, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Silvi mendekati Abduh dan langsung menikamnya dengan sebilah pisau. Abduh pun harus menerima tiga jahitan di pipi. Menurut Abduh, sehari sebelum penyerangan itu, Silvi mendatangi rumahnya, tapi tak ia bukakan pintu.
Silvi sampai dua kali mendatangi rumah Abduh dalam sehari, sebelum ia menyerang Abduh. Terakhir, ia datang pukul 24.00 malam. Abduh langsung memintanya pulang karena hari sudah larut malam.
Dan ternyata, penyerangan hari Minggu itu bukan kali pertama dilakukan Silvi terhadap Abduh. Sebelumnya, Silvi juga pernah memukul leher Abduh. Sang ustaz waktu itu memaafkan Silvi, dan penyerangan tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.
Kapolresta Depok Kombes Didik Sugiarto menduga, Silvi menyerang Abduh karena dendam. “Korban (Abduh) pernah dimarahin bahkan diludahin.”
ADVERTISEMENT
Kasubag Humas Polresta Depok AKP Sutrisno mengatakan, berdasarkan keterangan warga sekitar, Silvi mengalami gangguan jiwa sejak 2014. Ia sering marah-marah di lingkungannya.
Di Balik Serangan Orang Gila (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
Sudah tiga bulan, isu penyerangan ulama oleh orang gila di berbagai lokasi belum juga surut, membuat masyarakat waswas dan bertanya-tanya: apa yang sesungguhnya terjadi?
Jumlah kasus penyerangan bahkan sempat disebut hingga puluhan, membuat rasa panik menjalar. Kepolisian pun bergerak menelusuri. Kesimpulan mereka: jumlah kasus tak sebanyak itu.
Menurut Kepala Satuan Tugas Nusantara Polri, Irjen Gatot Eddy Pramono, dari 45 kabar penyerangan orang gila kepada ustaz, hanya 3 yang benar-benar terjadi--dua di Bandung, satu di Lamongan. Ini sebelum kasus terbaru di Depok. Insiden paling anyar itu mengenapkan jumlah kasus menjadi 4.
ADVERTISEMENT
Penyerangan Ustaz dan Jerat Hoaks MCA (Foto: Fitra Andrianto)
Gatot mengatakan, ada 4 kategori kabar penyerangan ustaz. “Satu, isu yang benar terjadi--peristiwanya ada, korbannya ada, pelakunya ada. Dua, peristiwa yang direkayasa tetapi diviralkan seolah-olah ini terjadi.”
Tiga, peristiwa tindak pidana umum yang diviralkan seolah-olah korbannya adalah ulama dan pelakunya orang dengan gangguan kejiwaan. Empat, peristiwa yang tidak terjadi sama sekali tetapi diviralkan seolah-olah terjadi peristiwa penyerangan.”
Dan dari tiga peristiwa penyerangan terhadap ustaz yang sungguh terjadi (di Bandung dan Lamongan), ujar Gatot, tak ditemukan keterkaitan antara satu dengan yang lain.
ADVERTISEMENT
Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta berpendapat, kasus-kasus penyerangan oleh orang gila ini tak lepas dari perkara politik.
“Fenomena (penyerangan oleh) orang gila itu bukan tindakan sistematis. Itu kasus-kasus terpisah, kecil. Yang sistematis itu propagandanya. Propagandanya sistematis. Ada upaya pihak tertentu untuk menggalang massa dengan menciptakan narasi tentang musuh bersama,” kata Stanislaus.
Analisis Stanislaus itu senada dengan kesimpulan Gatot, yang menegaskan propaganda sistematis tersebut dibuat oleh eks Saracen dan Muslim Cyber Army yang sejumlah anggotanya baru ditangkapi.
Dari Mana Datangnya MCA? (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
“Apa yang dilakukan oleh kelompok itu bermotif politik. Mereka berharap masyarakat resah, timbul konflik sosial yang besar dan tidak mampu diatasi, bangsa pecah, dan terlihat pemerintah tidak bisa mengelola negara,” ujar Gatot.
Peneliti politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati, ikut mengamini. Menurutnya, propaganda hoaks yang disebar kini antara lain bertujuan untuk memicu keresahan publik dan menurunkan kredibilitas pemerintah.
ADVERTISEMENT
Bukan tak mungkin, imbuh Stanislaus, terdapat peran tokoh lain sebagai aktor utama di balik layar. “Kalau orang yang tahu intelijen kemudian memperkeruh suasana (melakukan kontraintelijen), mungkin-mungkin saja.”
------------------------
Ikuti isu mendalam lain dengan mengikuti topik Ekspose di kumparan.