Gagalkan Pembakaran Al-Quran di Belanda, 3 Orang Ditangkap Polisi

15 Januari 2024 18:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edwin Wagensveld merobek Al-quran di depan Kedutaan Besar Turkisch di Den Haag, Belanda, pada Minggu (24/9/2023). Foto: Oscar Brak/NurPhoto via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Edwin Wagensveld merobek Al-quran di depan Kedutaan Besar Turkisch di Den Haag, Belanda, pada Minggu (24/9/2023). Foto: Oscar Brak/NurPhoto via Reuters
ADVERTISEMENT
Pemimpin gerakan islamofobia di Eropa, Patriotic Europeans Against the Islamization of the West (PEGIDA), Edwin Wagensveld, lagi-lagi berulah. Setelah merobek salinan Al-Quran, kini ekstremis asal Belanda itu kembali membuat marah kaum muslim dengan berupaya membakar kitab Al-Quran di Kota Arnhem pada Sabtu (13/1).
ADVERTISEMENT
Video yang tersebar di media sosial menunjukkan, Wagensveld telah mengumpulkan sejumlah orang untuk menyaksikan dirinya membakar salinan Al-Quran di sebuah lapangan tengah kota. Ia tampak dikelilingi oleh polisi yang berjaga agar tidak ada massa mendekat ke arahnya.
Sesaat sebelum Wagensveld menyalakan api, dari kerumunan tiba-tiba seorang pria berlari ke arahnya dan menginterupsi pembakaran Al-Quran itu. Berkat tindakan itulah, Wagensveld batal melanjutkan aksinya. Tampak ada sekelompok orang yang mendekat dan berupaya menghentikan penistaan kitab suci Al-Quran ini.
Edwin Wagensveld beraksi merobek Al-Quran di depan Kedubes RI dkk, 23 September 2023. Foto: @Nico00503
Namun, tak lama kemudian orang-orang yang berupaya menghentikan tindakan Wagensveld terlibat bentrok dengan polisi. Beberapa di antara mereka dipukuli dengan tongkat hingga tersungkur ke tanah. Massa kemudian membubarkan diri setelah melihat kondisi yang tidak lagi kondusif.
ADVERTISEMENT
Menurut polisi, sebanyak tiga orang telah ditangkap dalam insiden tersebut lantaran tidak mematuhi aturan. Dikutip dari Daily Sabah, tiga aparat kepolisian dilaporkan luka-luka.

Sudah Diberi Izin Otoritas Belanda

Dijelaskan, Wagensveld dan PEGIDA sudah diberikan izin oleh pihak berwenang untuk menggelar aksi pembakaran Al-Quran di Arnhem.
Oleh sebab itu, mereka ditempatkan di bawah perlindungan aparat kepolisian. Di Belanda, setiap wali kota memiliki wewenang untuk melarang demonstrasi jika dapat melanggar ketertiban umum.
Wali Kota Arnhem, Ahmed Marcouch, misalnya, menerapkan aturan bahwa pembakaran kitab suci apa pun tidak dilarang di sana. Selama, sambung pria keturunan Maroko itu, pelaksanaannya tidak berunsur kekerasan. Izin dari Marcouch mendapat kecaman dari kaum muslim.
Sejumlah wanita menggelar rasa sambil membawa Al-Quran saat di luar Konsulat Jenderal Swedia di Istanbul, Turki pada Minggu (30/7/2023). Foto: Dilara Senkaya/Reuters
Sebelum di Arnhem, Wagensveld beberapa tahun terkahir sudah acap kali melakukan penistaan agama Islam. Pada Januari 2023, di bawah perlindungan polisi Wagensveld merobek-robek salinan Al-Quran di depang gedung parlemen.
ADVERTISEMENT
Di bulan berikutnya, Wagensveld menggelar demo anti-Islam seorang diri di Utrecht, pada 13 Februari 2023. Rencana pembakaran Al-Quran oleh PEGIDA di Rotterdam bahkan sempat batal lantaran Wagensveld telanjur ditangkap pada Oktober 2022.
Kemudian, aksi Wagensveld yang membuat kaum muslim di penjuru dunia murka terjadi pada pertengahan tahun lalu. Pada Agustus dan September 2023, Wagensveld secara sengaja merobek salinan Al-Quran di depan Kedutaan Besar Turki hingga KBRI di Den Haag dan negara-negara mayoritas muslim lainnya.
Sejumlah analis menilai, Wagensveld berulang kali menistakan kitab suci Al-Quran untuk mencari perhatian publik.