Ganjar Temukan Penyebab Data Vaksin Antara Pusat dan Daerah Tak Sama

3 Agustus 2021 14:46 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau data vaksin di Kabupaten Grobogan. Foto: Pemprov Jawa Tengah
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau data vaksin di Kabupaten Grobogan. Foto: Pemprov Jawa Tengah
ADVERTISEMENT
Sejumlah bupati/wali kota di Jateng banyak yang protes pada pemerintah pusat terkait ketersediaan vaksin. Sebab, data vaksinasi antara pemerintah pusat dan daerah tidak sama.
ADVERTISEMENT
Banyak daerah di Jateng yang kehabisan stok vaksin. Namun data yang dimiliki pemerintah pusat melalui aplikasi Smile menunjukkan daerah-daerah masih memiliki stok vaksin cukup banyak. Ternyata, data di aplikasi Smile tidak sesuai seperti di lapangan.
Tak mau berlarut, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo langsung terjun ke lapangan. Selasa (3/8), Ganjar bertolak ke Grobogan untuk melihat kondisi di sana. Sebab sebelumnya, Bupati Grobogan selalu meminta tambahan vaksin. Namun di data Smile dari pemerintah pusat, stok vaksin di Grobogan masih banyak sehingga tidak dikirim.
Saat mengecek vaksinasi di Desa Wolo, Ganjar menemukan titik persoalannya. Ternyata, setiap acara vaksinasi, semua data diinput secara langsung melalui aplikasi Pcare. Baru setelah itu, data diinput melalui aplikasi Smile.
ADVERTISEMENT
"Lha kenapa tidak ke Smile Pak, kan itu pusat melihatnya pakai itu," tanya Ganjar ke petugas.
Kepala Dinas Kesehatan Grobogan, Slamet Widodo, menjelaskan bahwa inputing data ke aplikasi Smile membutuhkan waktu yang lama. Data baru di-input setelah direkap dari aplikasi Pcare.
"Itu butuh waktu lama pak, kami tiap hari kalau vaksinasi sudah langsung input ke aplikasi Pcare," jelasnya.
Petugas medis menyuntikkan Vaksin Sinovac kepada penerima vaksin COVID-19 lansia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri, Solo, Jawa Tengah. Foto: Maulana Surya/Antara Foto
Dari situlah Ganjar menemukan titik persoalan. Bahwa sebenarnya ada ketidakcocokan data antara pemerintah pusat dengan daerah. Pemerintah pusat melihat stok masih banyak, karena inputing data ke aplikasi Smile belum sempurna.
"Saya hanya mau meluruskan saja, karena kemarin saat saya sampaikan ke pusat, hampir seluruh kabupaten protes. Lho kami sudah menyuntikkan banyak, dan sudah habis, kok datanya seolah-olah kami masih nyimpan stok. Ini Bu Bupati Grobogan juga komplain, makanya langsung saya cek," ujar Ganjar.
ADVERTISEMENT
Ternyata lanjut dia, ada dua sistem yang perlu dikoreksi. Pertama Pcare, yakni aplikasi yang digunakan untuk menyimpan data setelah orang divaksin. Setiap yang datang, divaksin langsung di-input.
"Ini (Pcare) sebenarnya adalah data paling riil. Sementara pusat yang dipakai acuan data dari aplikasi Smile. Ternyata butuh waktu lama untuk mengisi ke aplikasi Smile, mulai disuntik, direkap di aplikasi Pcare, baru dilaporkan. Lha ini kalau belum diinput di Smile, maka dibaca dan dianggap stok masih banyak," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat disuntik vaksin corona Sinovac, Kamis (14/1). Foto: Pemprov Jateng
Untuk mengantisipasi hal itu, Ganjar mengusulkan agar ada integrasi data. Ganjar meminta pemerintah pusat untuk juga melihat proses vaksinasi di aplikasi Pcare.
"Karena itu lebih realtime. Nanti kami evaluasi dengan Dinkes dan akan kami usulkan. Kebetulan pak Menkes tadi telepon, jadi sekaligus kami umumkan," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Ganjar berharap ke depan tak lagi ada ribut-ribut soal perbedaan data. Yang perlu diributkan saat ini adalah seberapa cepat warga divaksin.
"Biar energinya tidak dibuang untuk perdebatan yang tidak penting lagi, karena kita bisa memperbaiki itu," pungkasnya.