Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gatot dan Anies Bayangi Pencapresan ‘Setengah Hati’ Prabowo
16 April 2018 11:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Arena rakornas Gerindra di Padepokan Garudayaksa, Hambalang, Bogor, tiba-tiba riuh saat Ketua DPD Gerindra Banten, Desmond Junaidi Mahesa, naik ke atas panggung. Saat itu, selaku Ketua DPD Banten, Desmond didaulat untuk menyampaikan aspirasi kader wilayahnya soal calon presiden yang akan diajukan di 2019.
ADVERTISEMENT
Namun sorak sorai bukan bernada positif, melainkan nyinyir. Maklum, beberapa hari sebelum Rakornas, Desmond melontarkan pernyataan yang cukup membuat panas kuping kader Gerindra. Desmond menyebut Prabowo bisa batal nyapres jika ingin jaminan kemenangan di 2019.
“Bisa iya (deklarasi), bisa juga yang lain. Muncul hari ini ada Gatot, ada Anies,” ujar Desmond, Selasa (10/4).
Jika ingin mengalahkan Jokowi, kata Desmond saat itu, Prabowo lebih baik menjadi kingmaker. Sementara pasangan calon yang akan diusulkan adalah kombinasi mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Anies Baswedan.
“Ini bicara tentang strategi politik dan hitung-hitungan politik, kita mau menang. Prinsipnya kita berharap kali ini bukan suatu kekalahan, apalagi sekarang kaus di mana-mana,” lanjut dia saat itu.
Kembali ke arena Rakornas, terdesak oleh kader yang menggebu meneriakkan Prabowo capres, Desmond akhirnya menyampaikan dukungan ke Prabowo. Dalam pidatonya selaku perwakilan DPD Banten, ia meminta Prabowo untuk kembali maju capres di 2019.
ADVERTISEMENT
Seorang sumber di internal Gerindra menyebut Desmond takut menyuarakan usulan Prabowo menjadi kingmaker karena mayoritas kader di arena rakornas ingin Prabowo maju lagi di 2019.
Kasak-kusuk soal perbedaan sikap Desmond sudah bukan rahasia lagi di internal Gerindra. Di jajaran pengurus DPP dan DPD, Desmond merupakan salah satu yang ingin Prabowo jadi kingmaker.
Sikap Desmond itu juga sudah terdengar ke partai koalisi lain seperti PKS dan PAN. Desmond menilai, agar bisa mengalahkan Jokowi di 2019, Gerindra dan koalisinya harus mengusung calon lain.
Dari beragam hasil survei, kombinasi Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan merupakan yang terkuat. Keduanya dianggap bisa merangkul kalangan militer, muslim, dan nasionalis. Ini amunisi yang tak dimiliki oleh Jokowi.
ADVERTISEMENT
Namun, Desmond saat dimintai konfirmasi, membantah. Menurut dia, pernyataannya soal Prabowo batal nyapres dikarenakan ada aspirasi bahwa Prabowo sudah sangat matang menjadi kingmaker.
“Nah, sesudah itu kesimpulannya masyarakat Banten mengharapkan Pak Prabowo maju, masa saya harus bilang bukan Pak Prabowo (di Rakornas), kan enggak boleh,” tuturnya kepada kumparan (kumparan.com), Senin (16/4).
Gerindra memang terbelah soal pencalonan Prabowo. ‘Lawan’ Desmond adalah pengurus DPP lain yang ingin Prabowo maju. Mereka pengurus senior, ‘Geng tua’ semisal Sekjen Ahmad Muzani, Ketua DPP Ahmad Riza Patria, Waketum Fadli Zon.
Mereka ngotot Prabowo maju demi menyelamatkan elektabilitas Gerindra di 2019. Pertimbangannya, jika Gerindra mengusung calon lain yang bukan kader, dalam hal ini Gatot atau Anies, maka partai hanya akan menerima banyak mudarat.
ADVERTISEMENT
Pertama, elektabilitas partai tidak akan terdongkrak. Berbeda ketika Gerindra mengusulkan kader sendiri. Misalnya di 2014, meski Prabowo kalah, toh Gerindra masuk tiga besar. Mesin partai juga akan berbeda ketika Prabowo selaku pendiri dan ketua umum partai yang maju pilpres.
Sejak jauh-jauh hari, baik Muzani, Riza, maupun Fadli sudah memberikan jaminan bahwa Gerindra akan kembali mengusung Prabowo.
“Hampir seluruhnya, hampir 100 persen dari kader struktur Gerindra menginginkan Pak Prabowo maju dan Prabowo, saya sudah tanya pada beliau, ya tidak ada masalah,” kata Fadli Zon di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/4).
“Saya ketemu Pak Prabowo tiga hari yang lalu, tidak ada masalah. Saya kira itu (Desmond) pendapat pribadi dan tidak mewakili partai,” lanjut Fadli.
ADVERTISEMENT
Perbedaan sikap di internal Gerindra inilah yang menyebabkan Prabowo ‘setengah hati’ maju Pilpres. Sejumlah orang yang menyaksikan pidato Prabowo di arena Rakornas menyebut, pidato Prabowo saat menyatakan kesiapan maju Pilpres terasa hambar. Meski dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan ia tak galau dan akan menerima mandat.
Keraguan Prabowo yang lain dilatarbelakangi oleh belum adanya jaminan koalisi dari sekutunya selama ini, yaitu PKS dan PAN. Bahkan, dalam pidatonya di arena Rakornas, Prabowo menyatakan harapannya agar PKS dan PAN bisa bergabung di koalisi untuk mengusungnya.
“Beliau bilang begini, bilamana saya mendapatkan mandat dari Partai Gerindra dan mendapatkan dukungan dari partai koalisi, yang disebut tadi adalah PKS dan PAN, bahasanya beliau itu adalah sejajar bukan sekutu, maka dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, beliau siap menjadi calon presiden,” ucap Ketua DPP Gerindra Nizar Zahro usai pembukaan Rakornas, Rabu (11/2).
ADVERTISEMENT
Kursi yang dimiliki oleh Gerindra memang belum cukup untuk mengantar Prabowo mendaftar capres ke KPU. Saat ini, Gerindra hanya memiliki 73 kursi di DPR. Sementara syarat pencapresan mencapai 112 kursi. PKS memiliki 40 kursi dan PAN punya 49 kursi. Gerindra setidaknya harus mengamankan dukungan dari PKS atau PAN.
Masalahnya, baik PKS maupun PAN belum mantap mendukung Prabowo. PKS memberi syarat dukungan: cawapres Prabowo harus kadernya.
“Ya tentu dalam konteks kami berkomunikasi untuk berkoalisi ya kami call-nya pada call itu. Call tinggi kami adalah, kami siap berkoalisi dengan Pak Prabowo asal cawapres diambil dari yang sembilan itu,” kata Sohibul Iman.
Sementara PAN, meski sudah hadir di arena rakornas, menyatakan masih wait and see. PAN bahkan masih membuka peluang mendukung Jokowi atau justru mengusung calon alternatif seperti Gatot dan Anies.
ADVERTISEMENT