Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Bodyguard biasanya selalu identik dengan sosok laki-laki yang tegap, bertubuh kekar dan tampang sangar. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, bodyguard tak selalu seperti itu.
ADVERTISEMENT
Banyak bodyguard yang saat ini berwajah rupawan dan tubuhnya tak melulu berotot kawat. Selain itu tidak hanya laki-laki, profesi bodyguard juga sudah banyak dilakoni oleh perempuan.
Di Indonesia, tren bodyguard perempuan dimulai pada 2012/2013. Faktor pendorongnya beragam, misalnya saja karena adanya permintaan khusus dari klien perempuan yang merasa lebih nyaman bila dikawal oleh bodyguard perempuan.
Seperti yang diungkapkan oleh CEO My Guards Indonesia, Bayu Dani. Menurutnya eksistensi bodyguard perempuan muncul karena banyaknya permintaan klien dari kalangan sosialita. Bodyguard perempuan ini bisa mendampingi kegiatan ibu-ibu sosialita ke mana pun mereka pergi. Di acara arisan misalnya, mereka tidak akan keberatan jika harus berperan sebagai seorang asisten pribadi.
“Memang (ibu-ibu sosialita ini) belum terbiasa ada bodyguard (laki-laki), kesannya norak. Itu sebabnya mereka minta perempuan. Kalau arisan mereka (bodyguard perempuan) duduk di sebelah (klien) seperti asisten pribadi,” kata Bayu.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya yang cukup unik adalah rasa takut para suami bila istrinya main mata dengan si penjaga. Agar tak was-was, maka dipilihlah bodyguard perempuan. Biasanya permintaan ini berasal dari para pejabat atau pengusaha.
“Kasus-kasus yang terjadi justru adalah hubungan-hubungan pribadi antara bodyguard (laki-laki) dengan istri-istri si klien. Jadi kita ambil cara yang baru, kita offering untuk female bodyguard,” kata pemilik perusahaan bodyguard Artha Corps, Wira Brave kepada kumparan, Kamis (7/3).
Kriteria Bodyguard Perempuan
Menjadi bodyguard perempuan tidak bisa sembarang. Ada kriteria khusus yang harus dimiliki. Syarat paling utama yang selalu ada di setiap rekrutmen perusahaan penyedia jasa bodyguard perempuan adalah kemampuan bela diri.
“Pertama, dia harus punya keahlian bela diri. Kedua, dia memang menyukai bidang itu, artinya bukan hanya untuk bekerja sampingan,” suara Daniel Sihombing di ujung telepon saat dihubungi kumparan Senin (4/3) pagi. Pria asal Sumatra Utara itu merupakan pemilik Jaguar Strong Bodyguard (JSB), salah satu agen penyalur jasa pengamanan yang berdiri sejak 2010 lalu.
Selain kemampuan bela diri, ada sederet kriteria lain yang dibuat oleh JSB yaitu tinggi badan minimal 168 cm, badan harus atletis dan suka olah raga.
ADVERTISEMENT
Daniel mengatakan setelah dua tahun beroperasi, banyak klien yang menanyakan ketersediaan pengawal perempuan kepadanya. Untuk memenuhi kebutuhan klien, Jaguar Strong Bodyguard akhirnya membuka jasa bodyguard perempuan. Saat ini sudah ada 60 bodyguard perempuan yang bekerja di bawah naungan JSB.
Ada kisah menarik dalam proses rekrutmen di Jaguar Strong Bodyguard. Mereka merekrut mantan narapidana perempuan.
Mantan narapidana yang direkrut juga tidak asal. Mereka adalah korban-korban pelecehan seksual. Karena sakit hati dan berniat membela diri, mereka terpaksa melakukan tindakan kekerasan hingga tersandung hukum dan dijebloskan ke penjara.
Dalam proses rekrutmen, para mantan narapidana ini harus melewati proses pembinaan dari psikolog. Setelah dinyatakan lolos, barulah mereka bisa turun ke lapangan.
ADVERTISEMENT
Menurut Daniel, perempuan-perempuan yang pernah mendekam di balik jeruji besi justru memiliki kelebihan tersendiri terutama soal keberanian. Di samping itu, alasan dirinya merekrut mantan napi adalah untuk meminimalisir aksi kriminal.
“Tujuannya untuk mengurangi tingkat kejahatan di lapangan, artinya mereka keluar dari penjara kan bingung mau cari makan di mana, kalau mereka punya kelakuan baik kita bisa lihat kok ini cocok untuk female bodyguard. Mereka kita latih, kita masukkan pelatihan bela diri, yang penting keberanian mereka itu sudah ada,” katanya.
Selain Daniel, Bayu Dani yang merupakan CEO My Guards Indonesia juga menetapkan standar khusus.
Kata Bayu, bodyguard perempuan yang ingin bekerja untuk perusahaannya harus memiliki keterampilan di atas rata-rata. Minimal mereka harus memiliki tinggi 165 cm, bisa mengemudi dan berenang. Satu lagi, penampilan menarik juga menjadi prioritas yang dinilai.
ADVERTISEMENT
Itu baru soal kemampuan dan penampilan fisik. Ada pula perusahaan yang serius melakukan background checking terutama pada latar belakang pendidikan calon bodyguard. Bahkan, status pernikahan pun bisa menentukan lolos tidaknya seseorang ketika melamar profesi berisiko tinggi ini.
“At least pada saat seleksi itu kita lihat lebih ke physically, kedua adalah edukasi, minimal dia harus Diploma III, ketiga soal kemampuan kita bisa latih mereka. Kita juga rekrut orang-orang yang statusnya single, ada single parent ada yang betul-betul single, sehingga mereka tidak lagi punya masalah dengan keluarganya,” begitu ungkap Wira Brave, pemilik Artha Corps.
Kriteria berikutnya adalah usia. Seorang perempuan yang ingin bekerja sebagai bodyguard perempuan, kata Wira, harus memiliki usia minimal 25 tahun dan maksimal 40 tahun agar memiliki pola pikir yang matang.
ADVERTISEMENT
Menurut Wira, peminat bodyguard perempuan banyak datang dari kalangan elite. Hal ini menjadi salah satu alasan sukarnya merekrut bodyguard yang mampu memenuhi standar kualifikasi untuk pengawalan klien VIP.
Itu sebabnya jumlah bodyguard perempuan di Artha Corps dibatasi, hanya ada 12 orang. Jumlah tersebut tidak akan bertambah meski setiap tahunnya personel bisa berganti-ganti. Hal ini dilakukan agar kualitas layanan tetap terjaga.
Pelatihan Khusus dan Tarif
Risiko pekerjaan yang tinggi dengan nyawa sebagai taruhan, membuat para bodyguard perempuan dituntut untuk memiliki kemampuan pertahanan diri yang tinggi.
Artha Corps sebagai penyedia jasa bodyguard perempuan sadar betul akan hal tersebut. Oleh karena itu, Wira Brave sebagai pemilik juga membekali para personelnya dengan pelatihan khusus.
ADVERTISEMENT
Tak tanggung-tanggung, Wira bahkan menerbangkan para bodyguard perempuannya ke negara tetangga demi mendapat pendidikan bertaraf internasional. Selain pelatihan semi militer, mereka juga belajar etika makan hingga kemampuan berbahasa asing di International Security Academy, Singapura.
“Kami harus kirim mereka ke Singapura, di sana ada sekolahnya semacam Diploma I. Mengapa di Singapura? Karena di sana banyak orang dari berbagai etnis warga negara asing, mereka belajar dari situ,” tutur Wira.
Sebelum mendampingi klien, para bodyguard perempuan harus menjalani masa training selama tiga sampai enam bulan di sana. Setelah kembali ke Tanah Air, mereka tetap diwajibkan mengikuti latihan fisik secara rutin. Personal trainer didatangkan khusus dari Rusia.
“Pelatih khususnya kebanyakan dari Eropa Timur. Pertama karena mereka punya latar belakang militer yang bagus, kedua disiplinnya bagus, mereka tanpa kita minta punya SOP dari mulai makanan, kandungan makanan, kalori dan lain-lain sampai ke pelatihannya,” sambung dia.
ADVERTISEMENT
Untuk urusan tarif, setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Di My Guards Indonesia yang sebagian besar kliennya elite itu, mematok tarif hingga jutaan.
“Klien kita itu cuma orang kaya sama orang kaya banget, kalau pura-pura kaya enggak bisa,” kata Bayu berseloroh.
Pria yang pernah mengawal pesepak bola David Beckham itu menuturkan, klien VIP yang menyewa jasa bodyguard perempuan harus merogoh kocek minimal USD 600 atau sekitar Rp 8,5 juta per hari dengan batasan waktu 10 jam. Lebih dari itu, ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan klien.
Begitu pula Artha Corps yang mematok harga cukup tinggi untuk bodyguard perempuannya. Tarif mereka bisa tiga kali lipat dibandingkan bodyguard laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Bodyguard laki-laki itu sekitar Rp 5 jutaan. Kalau female itu bisa tiga kali lipatnya karena risiko yang dihadapi tidak sebanding (dengan) laki-laki,” kata Wira.
Jika klien membutuhkan pengawalan mereka hanya satu hari, tarifnya yang dikenakan beragam. Untuk pengawalan reguler bisa dari Rp 300 ribu, sementara VIP mencapai Rp 1 juta per hari. Bila mengambil paket 10 hari untuk pengamanan regular maka tarif yang dipatok Rp 15 juta.
Di Jaguar Strong Bodyguard, tarif bodyguard perempuan lebih terjangkau jika klien memesan lebih dari satu orang atau paket. Sang pemilik Daniel menegaskan meski harga per paket lebih murah, namun perusahaannya tetap mengedepankan kualitas.
“Misalnya sewa satu orang Rp 2 juta sehari, kalau dia pakai tiga hitungannya satu orang (lebih murah) Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Profesi Penuh Risiko
Bayaran yang menggiurkan tak berarti pekerjaan sebagai bodyguard perempuan nir ancaman. Teror melalui pesan singkat hingga kasus hukum kadang menghampiri para bodyguard perempuan yang bekerja di Artha Corps.
Seperti yang dikisahkan oleh Wira, salah satu anak buahnya sempat ditahan pihak berwajib karena melukai seorang preman.
“Tahun 2013, female bodyguard kami pernah kena masalah untuk (pasal) 351 (tentang) penganiayaan ringan,” kata Wira.
Saat itu, sang bodyguard sedang mendampingi salah seorang klien yang bermasalah dengan mantan suaminya. Ia geram karena sang mantan suami mengerahkan preman untuk merebut paksa anak kliennya.
Tak pikir panjang, sang bodyguard perempuan yang tak disebutkan namanya ini mencoba membela diri dengan menusukkan pensil ke leher preman tersebut. Di mata hukum, tindakannya ternyata dianggap sebagai sebuah penganiayaan. Beruntung, kasusnya tak sampai diproses pengadilan.
ADVERTISEMENT
“Kita protect dari segi hukumnya pun kami kuat bahwa itu self defense. Memang ditahan iya, tapi tidak sampai proses naik ke atas (pengadilan). yang distab (ditusuk) itu kan premannya bukannya si suami,” lanjut Wira.
Kasus yang menimpa salah satu bodyguard perempuan dari Artha Corps sempat menjadi kekhawatiran Budi Rianto, selaku Ketua Umum Asosiasi Badan Usaha Jasa Pengamanan Indonesia (ABUJAPI). Menurutnya hingga saat ini belum ada regulasi yang secara khusus mengatur kewenangan seorang bodyguard saat melakoni pekerjaannya.
“Di Indonesia bodyguard belum punya payung hukum meski dalam praktiknya sudah ada. Jangan sampai ketika melakukan pengamanan terhadap klien malah berimbas tuntutan hukum karena tidak ada aturan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Simak story lain tentang kisah para bodyguard perempuan di topik Bodyguard Perempuan