Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Gempa Cianjur Berskala Kecil, tapi Kenapa Sangat Merusak?
22 November 2022 12:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11). Pusat gempa berada di daratan dengan kedalaman 10 km dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
ADVERTISEMENT
Getaran gempa tersebut terasa hingga ke Bandung dan Jakarta. Sesar Cimandiri disebut menjadi pemicu gempa Cianjur ini.
“Menurut beberapa data yang didapatkan saat ini serta melihat gempa susulan dan kerusakan yang terjadi, penyebab gempa ini adalah Sesar Cimandiri yang membujur dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai sekitar Padalarang. Hal ini juga senada dengan perkataan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati,” ungkap Dr. Irwan Meilano, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB dalam keterangan tertulis, Selasa (22/11).
“Pada sesar ini terdapat akumulasi tegangan tektonik yang menjadi gaya penerus gempa. Jika ditilik melalui pendekatan geologi, juga menunjukkan hal yang serupa," kata Irwan.
"Sesar ini termasuk sumber gempa yang independen dan tidak dipengaruhi oleh gempa-gempa sebelumnya sehingga terdapat potensi gempa yang signifikan terjadi di masa depan,” terang peraih master dan doktor sains dari Universitas Nagoya, Jepang, ini.
ADVERTISEMENT
Gempa yang terjadi pukul 13.21 WIB tersebut bukan tergolong gempa besar jika ditinjau dari kekuatannya. Namun, sampai berita ini dirilis, tercatat 162 korban jiwa meninggal dan kerusakan infrastruktur yang masif.
Hal ini disebabkan karena hiposentrumnya yang tergolong dangkal, terdapat lapisan yang cukup halus, dan bangunan di atasnya yang tidak tahan gempa.
Gempa Serupa Tahun 1970-an
Ini bukan kali pertama pergerakan Sesar Cimandiri menyebabkan gempa. Irwan menyebutkan, pernah terjadi gempa berkekuatan serupa di tahun 1970-an.
“Ada pembelajaran yang bisa dipetik dari bencana tadi siang. Concern utama berada di pemerintah dan pemda, perlu ada upaya untuk memahami bahwa daerah tersebut memiliki potensi gempa. Penataan ruang dan kaidah pembangunan yang dilakukan tiap daerah harus disesuaikan dengan struktur geologinya serta jaraknya dari sumber gempa," jelas Irwan.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, masyarakat juga harus melek literasi dan pengetahuan bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan gempa sehingga mitigasi dapat dilakukan," sambung Irwan.
"Rumah sakit darurat, pengungsian sementara, air dan sanitasi yang baik, mulai dipersiapkan sekarang. Jika hanya fokus pada yang terluka, lantas mengesampingkan hal-hal vital yang harus dipersiapkan, maka orang yang selamat pun dapat menjadi korban selanjutnya," imbuh Irwan.
Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB itu berharap tidak ada lagi korban jiwa dan semua pihak dapat sama-sama belajar untuk mengantisipasi hal serupa terjadi di kemudian hari.