Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Diskriminasi terhadap warga Asia di Amerika Serikat makin meningkat. Pada saat bersamaan kampanye di sosial media #StopAsianHate semakin meluas dan bahkan menjadi trending topic di media sosial.
ADVERTISEMENT
Serangan verbal maupun fisik kerap terjadi. Catatan LSM antirasialisme terhadap warga Asia di AS, Stop AAPI, dari Maret 2020 sampai Februari 2021 terdapat 3.795 insiden terhadap warga Asia.
Mayoritas serangan terjadi secara verbal, seorang wanita bahkan dilaporkan menerima dua kali serangan bernada rasial dalam satu hari.
Studi berbeda dari Pusat Studi Ekstremisme dan Kebencian menyebut, di 16 kota besar kriminalitas terhadap warga Asia naik 149 persen.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah serangan penembakan pada tiga spa di Atlanta pekan ini. Enam dari 8 korban tewas merupakan wanita Asia yang bekerja di panti pijat. Pelakunya adalah Robert Aaron Long (21), pemuda religius yang kecanduan seks.
Pemerintah AS Diminta Bertindak
Makin meluasnya aksi rasialisme kepada Asia membuat Pemerintah AS diminta segera turun tangan. Beberapa kelompok masyarakat Asia di AS bahkan berharap gerakan #StopAsianHate di media sosial bisa terwujud di kehidupan nyata.
Sebab, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah setempat untuk melindungi warga tanpa memandang ras, suku, dan agama.
"Orang Asia-Amerika takut keluar rumah bukan cuma karena penyakit. Mereka takut karena risiko nyata ada saat Anda keluar rumah dan orang menyalahkan Anda karena pandemi terjadi," ucap Presiden Queens College City of New York, Frank Wu.
ADVERTISEMENT
"Orang seperti itu akan mengejar Anda," sambung dia.
Seorang warga Asia-Amerika, Ronald Lisam, mengakui keselamatan dirinya, keluarga dan kerabat sesama Asia di AS semakin hari makin terancam. Apalagi, hingga kini belum ada aksi nyata Pemerintah AS untuk menangani persoalan ini dengan serius.
"Setiap hari saya takut diserang, dirampok, dan dipukul," ucap Lisam.
Sampai saat ini belum ada penyataan resmi mengenai perlindungan warga Asia yang disampaikan oleh Pemerintah AS.