Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dalam Sistem Pendidikan, Apa Saja?

27 Desember 2024 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti dalam Acara Peluncuran Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, di Jakarta, Jumat (27/12/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti dalam Acara Peluncuran Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, di Jakarta, Jumat (27/12/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bakal menerapkan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia dalam sistem pendidikan sekolah usia dini (PAUD) hingga menengah atas (SMA).
ADVERTISEMENT
Mendikdasmen Abdul Mu'ti menjelaskan, penerapan ini bakal diimplementasikan melalui berbagai aktivitas yang kemudian dicatat dalam jurnal keseharian para murid.
Gerakan tersebut terdiri dari:
"Ya, ini mulai dari jenjang taman kanak-kanak. Bahkan bisa mulai dari PAUD sampai ke tingkat SMA," kata Abdul Mu'ti kepada wartawan, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jum'at (27/12).
"Kebiasaan ini kan nanti bentuknya merupakan aktivitas-aktivitas yang nanti ada semacam record-nya oleh sekolah. Jadi misalnya nanti ada semacam buku jurnal yang disiapkan oleh sekolah bersama dengan orang tua, " sambungnya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti menjawab pertanyaan wartawan, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
Mu’ti melanjutkan, orang tua dapat ikut serta mencatat setiap aktivitas yang dilakukan sang anak. Nantinya, hasil aktivitas tersebut akan diperiksa oleh guru untuk diberikan ulasan sebagai bentuk evaluasi.
ADVERTISEMENT
"Misalnya orang tua nanti mencatat anak hari ini bangun jam berapa, kemudian menunaikan ibadah nanti ada checklistnya, kemudian kegiatan-kegiatan itu dan nanti guru memeriksa," sambungnya.
Meskipun begitu, Mu’ti menegaskan hasil evaluasi tersebut tidak akan masuk dalam sistem penilaian rapor. Sehingga para orang tua tak perlu khawatir.
“Sekali lagi ini membentuk kebiasaan yang tidak ada hubungannya dengan skor. Ini pure kebiasaan yang memang dilakukan secara bersama-sama antara orang tua, sekolah, dan nanti juga di masyarakat. (Jadi) tidak masuk dalam rapor,” tegasnya.
Mu’ti berharap dari adanya aktivitas ini, dapat terjadi perubahan perilaku pada sang anak. Salah satunya, tumbuh rasa kebersamaan di antara murid.
“Capaiannya nanti kan tentu saja akan dilihat ya setelah program ini dimulai. Nanti dilihat perubahan-perubahannya pada perilaku dan sebagainya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
“Bahkan mungkin sebagai bagian dari upaya membangun kebersamaan di antara para murid itu. Nanti sesama murid juga bisa saling bertukar apa kegiatannya dan memberikan komentar atas kegiatan yang mereka lakukan,” pungkasnya.