Gereja dan Rumah Hancur Lebur Gara-gara Pesawat Tempur Korsel Salah Jatuhkan Bom

6 Maret 2025 11:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dekat lokasi kecelakaan bom di luar lapangan latihan tembak militer di Pocheon pada tanggal 6 Maret 2025.  Foto: Yonhap/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dekat lokasi kecelakaan bom di luar lapangan latihan tembak militer di Pocheon pada tanggal 6 Maret 2025. Foto: Yonhap/AFP
ADVERTISEMENT
Angkatan Udara Korea Selatan angkat bicara soal insiden yang melukai delapan orang warga pada Kamis (6/3). Mereka mengakui pesawat tempurnya menjatuhkan bom ke wilayah sipil.
ADVERTISEMENT
Sejumlah foto yang tersebar di jagat maya memperlihatkan wilayah dan bangunan-bangunan yang hancur lebur karena ledakan bom salah sasaran itu.
Pocheon yang merupakan lokasi ledakan, berada 40 kilometer dari ibu kota Seoul. Kawasan itu tak jauh dari perbatasan dengan Korut yang dijaga ketat militer.
Mereka menyebut, selain korban luka, kejadian itu menghancurkan rumah dan gereja. Peristiwa tersebut berlangsung saat latihan perang di Pocheon.
Seorang tentara Korea Selatan berjaga di dekat lokasi kecelakaan bom di luar lapangan latihan tembak militer di Pocheon pada tanggal 6 Maret 2025. Foto: Yonhap/AFP
Laporan seorang pejabat dari Pemadam Kebakaran Gyeonggi-do Bukbu mencatat sebanyak dua dari delapan korban berada dalam kondisi kritis.
Adapun laporan AU Korsel menyebut pesawat yang salah menjatuhkan bom berjenis KF-16. Bom yang dijatuhkan adalah Mk82 seberat 225 kilogram.
Mereka menambahkan bom itu jatuh di luar jarak jangkauan latihan perang tersebut. Saat ini AS dan Korsel baru memulai latihan perang gabungan yaitu Freedom Shield.
ADVERTISEMENT
“Kami mohon maaf atas kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan jatuh yang tidak normal, dan kami mendoakan agar para korban luka segera pulih,” kata AU Korsel seperti dikutip dari Reuters.
Pocheon sudah bertahun-tahun menjadi kawasan latihan perang. Penduduk sekitar kerap menggelar demo menolak pemakaian wilayahnya demi kepentingan latihan perang tersebut.
Demo digelar lantaran warga merasa terganggu. Potensi bahaya akibat latihan itu menjadi faktor pendukung lainnya.