Gubernur Texas Kirim Lebih dari 100 Migran ke Rumah Wapres AS saat Malam Natal

26 Desember 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Migran mengantri di dekat tembok perbatasan setelah menyeberangi sungai Rio Bravodi kota El Paso, Texas, AS, seperti yang terlihat dari Ciudad Juarez, Meksiko, Selasa (13/12/2022). Foto: Jose Luis/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Migran mengantri di dekat tembok perbatasan setelah menyeberangi sungai Rio Bravodi kota El Paso, Texas, AS, seperti yang terlihat dari Ciudad Juarez, Meksiko, Selasa (13/12/2022). Foto: Jose Luis/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari seratus migran tiba di dekat rumah Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, di Ibu Kota Washington, D.C. saat malam Natal pada Sabtu (24/12).
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut disampaikan koalisi organisasi bantuan migran Migrant Solidarity Mutual Aid Network. Pihaknya mengantisipasi sekitar 130 migran akan sampai di New York pada Hari Natal.
Akibat penutupan jalan dan kondisi dingin, tiga bus ini dialihkan ke Washington. Usai menempuh perjalanan hingga 36 jam—beberapa dari mereka hanya berbekal kaus atau selimut tipis—para migran tiba dalam salah satu cuaca terdingin yang pernah tercatat di ibu kota AS.
Kelompok bantuan migran akhirnya mengkoordinasikan perjalanan dan perumahan bagi para migran. Sukarelawan turut menyediakan makanan, mantel, sepatu, dan pakaian hangat lainnya.
Bus-bus ini diyakini dikirim Divisi Manajemen Darurat Texas yang mengikuti arahan dari kantor Gubernur Texas, Greg Abbott.
"Mereka telah melakukan ini selama beberapa bulan; ini semua untuk tontonan," ujar seorang organisator Migrant Solidarity Mutual Aid Network, Madhvi Bahl, dikutip dari The New York Times, Senin (26/12).
ADVERTISEMENT
"Kekejaman adalah intinya. Mengerikan menggunakan orang dengan cara ini untuk alasan politik," tambah dia.
Migran dari Venezuela, yang naik bus di Texas, menunggu untuk diangkut ke gereja lokal oleh sukarelawan setelah diturunkan di luar kediaman Wakil Presiden AS Kamala Harris, di Naval Observatory di Washington, DC, pada 15 September 2022. Foto: Stefani Reynolds / AFP
Abbott menargetkan kota-kota yang mendeklarasikan diri sebagai suaka bagi para migran, seperti Washington, Chicago, dan New York. 'Kota suaka' berarti pemerintah setempat menolak menahan atau mendeportasi migran yang tidak memiliki dokumen.
Ketiga bus terbaru ini pun bukanlah yang pertama yang diturunkan di dekat rumah Harris. Tindakan ini dimaksudkan menyoroti puluhan ribu migran yang setiap bulannya menyeberangi perbatasan Texas.
Abbott mengecam kebijakan imigrasi pemerintahan Presiden AS, Joe Biden. Sebelumnya, Biden menunjuk Harris untuk membendung migrasi di perbatasan selatan AS dengan Meksiko.
ADVERTISEMENT
Abbott lantas menggencarkan pengiriman migran dalam bus-bus seperti ini untuk 'berbagi beban menampung pencari suaka' demi 'meringankan komunitas perbatasan Texas'.
Migran mengantri di dekat tembok perbatasan setelah menyeberangi sungai Rio Bravodi kota El Paso, Texas, AS, seperti yang terlihat dari Ciudad Juarez, Meksiko, Selasa (13/12/2022). Foto: Jose Luis/Reuters
Pekan lalu, dia mengirimkan surat kepada Biden. Dalam surat itu, Abbott menyebut para migran berisiko mati kedinginan di jalanan.
"Texas telah menanggung beban berat sebelah yang disebabkan oleh kebijakan perbatasan terbuka Anda," tulis Abbott.
"Kebutuhan untuk mengatasi krisis ini bukanlah tugas negara bagian perbatasan seperti Texas," tambah dia.
Abbott menyinggung potensi pencabutan kebijakan kesehatan masyarakat era pandemi yang memungkinkan pengusiran migran. Ketika kebijakan itu akan berakhir, ribuan migran terlihat menunggu di seberang perbatasan Texas pada (21/12).
Tetapi, Mahkamah Agung menunda pencabutan kebijakan tersebut.
Gedung Putih kemudian mengutuk tindakan Abbott. Pihaknya menyatakan bahwa 'permainan politik' ini hanya membahayakan nyawa tanpa menghasilkan apa-apa.
ADVERTISEMENT
"Gubernur Abbott menelantarkan anak-anak di pinggir jalan dalam suhu di bawah titik beku pada Malam Natal tanpa berkoordinasi dengan otoritas federal atau lokal mana pun," terang juru bicara Gedung Putih, Abdullah Hasan.
"Ini adalah aksi yang kejam, berbahaya, dan memalukan," tegas dia.