Gunung Karangetang di Pulau Siau, Sulut, Alami 32 Kali Gempa Embusan

17 Februari 2024 21:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro.  Foto: ANTARA/HO-POS PGA Karangetang
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro. Foto: ANTARA/HO-POS PGA Karangetang
ADVERTISEMENT
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadi 32 kali gempa embusan Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Gempa embusan merupakan gempa permukaan akibat pelepasan gas yang berasal dari lubang tembusan gas pada kubah lava yang terletak di lantai kawah.
"Gempa tersebut terekam selama periode tanggal 1 sampai 15 Februari 2024," kata Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, dikutip dari Antara, Sabtu (17/2).
Selain itu, terekam juga sebanyak lima kali gempa hybrid/fase banyak, satu kali gempa vulkanik dangkal, dan 19 kali gempa vulkanik dalam.
Selanjutnya, dua kali gempa tektonik lokal, dan 87 kali gempa tektonik jauh, serta dua kali gempa tremor menerus dengan amplitudo dua hingga lima milimeter.
Pada pengamatan visual, kata Hendra, gunung setinggi 1.784 meter di atas permukaan laut tersebut, umumnya cuaca cerah hingga hujan, gunung api kadang tertutup kabut.
ADVERTISEMENT
Pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas sedang hingga tebal, tinggi kolom asap maksimum mencapai 150 meter di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut.
"Kondisi kawah utara teramati asap kawah putih sedang, tinggi sekitar 100 meter di atas puncak, kondisi lainnya belum tampak," ujarnya.
Hendra mengajak warga mematuhi radius bahaya yang telah direkomendasikan oleh PVMBG.
Gunung Karangetang di Pulau Siau meletus pada Februari 2023 setelah terjadinya peningkatan aktivitas. Status sebelumnya waspada level dua kemudian dinaikkan menjadi siaga level tiga.
Saat ini, statusnya berada pada waspada level dua setelah terjadi penurunan aktivitas vulkanik.