Guru Menangis saat Tahu Muridnya Meninggal karena Ritual Ruwatan di Temanggung

20 Mei 2021 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruang kelas 1 SDN Bejen 1 Temanggung, tempat sekolah anak di Temanggung yang tewas karena diruwat. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ruang kelas 1 SDN Bejen 1 Temanggung, tempat sekolah anak di Temanggung yang tewas karena diruwat. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Anak berusia tujuh tahun yang masih duduk di bangku kelas 1 SD di Bejen, Temanggung, Jawa Tengah, menjadi korban ritual ruwat (menghilangkan sial) hingga meninggal.
ADVERTISEMENT
Kabar tersebut juga menjadi duka pihak sekolah beserta guru yang mengajar korban. Rasa duka itu salah satunya diungkapkan oleh guru olahraga korban, Sujito. Ia pun kaget mendengar kepergian korban.
"Gurunya banyak yang nangis. Saya nggak percaya kok korban kelas 1. Ternyata betul," ujar Sujito kepada kumparan, Kamis (20/5).
Ia mengatakan, selama empat bulan korban tidak pernah muncul atau mengumpulkan tugas sekolah secara langsung. Sejumlah guru pun menyambangi rumah korban untuk memastikan.
Hanya saja, orang tua korban selalu berdalih anak tersebut tengah bersama dengan kakeknya.
Orang tua korban, M dan S, bersama dengan H dan B yaitu dukun dan asistennya ditetapkan jadi tersangka. Foto: kumparan
"Nggak pernah numpuk (mengumpulkan) tugas. Gurunya sering ke sana nanyakan. Sering ibunya ke sini numpuk tugas," tambahnya.
Ia menambahkan, kemungkinan ibunya yang mengerjakan tugas korban.
ADVERTISEMENT
Di sekolah, korban merupakan anak yang pandai dalam membaca. Menurut Sujito, korban juga tidak nakal. "Nggak nakal. Saya kan guru olahraga itu sering saya ke kelas pas kemarin tatap muka seminggu dua kali," imbuh dia.
Pintu gerbang SDN 1 Bejen Temanggung, tempat sekolah anak di Temanggung yang diruwat hingga tewas. Foto: kumparan
Polres Temanggung mengungkap orang tua korban melakukan ritual ruwatan atas saran dukun bernama Haryono. Dukun itu menyebut korban nakal karena keturunan genderuwo yang bisa meresahkan masyarakat.
Untuk menghilangkan sial itu, korban harus diruwat dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Ritual tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada Desember 2020 dan Januari 2021.
Pada ritual kedua itu, korban kemudian kehilangan nyawanya. Jenazah korban lalu disimpan di rumah selama empat bulan. Sebab, orang tua korban percaya dukun mempunyai kekuatan untuk mengembalikan nyawa anaknya.
Rumah bocah di Temanggung, Jawa Tengah, yang meninggal karena diruwat. Foto: kumparan
"Pertama karena faktor kondisi rumah dan denah dari rumah atau TKP, tetangga sekitar tidak bisa mencium bau mayat karena jarak dari rumah TKP dengan sebelahnya ini lumayan dan lokasi kamar penyimpanan memang rapat," tutur Kasat Reskrim Polres Temanggung Setyo Hermawan saat konferensi pers, Rabu (19/5).
ADVERTISEMENT
Selain itu, polisi juga menemukan sejumlah pengharum ruangan yang diduga untuk mengaburkan bau mayat di kamar korban.