Hanura Goyah Akibat Seteru Wiranto dan OSO

19 Desember 2019 6:33 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Oesman Sapta Odang (OSO) di penutupan Munas Hanura. Foto: Paulina Herasmarindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Oesman Sapta Odang (OSO) di penutupan Munas Hanura. Foto: Paulina Herasmarindar/kumparan
ADVERTISEMENT
Gagal lolos di Pemilu 2019, partai besutan Jenderal (Purn) TNI Wiranto, Hanura, dilanda konflik. Mirisnya konflik itu melibatkan Wiranto dengan Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang (OSO).
ADVERTISEMENT
Wiranto bahkan tak diundang OSO untuk hadir dalam Munas di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Hal itu kemudian membuat eks Menkopolhukam itu kecewa.
"Di publik saya (dianggap) berseteru dengan Pak OSO. Enggak pernah ada ketua umum berkonflik dengan Ketua Dewan Pembina. Tetapi ini saya sangat menyesal," kata Wiranto saat konpers 'Penyelamatan Partai Hanura' di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Rabu (18/12)
Wiranto kemudian mengungkap komitmen lama sebelum menyerahkan Hanura kepada OSO.
Berikut kumparan rangkum perseteruan antara Wiranto dan OSO:
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto memberikan keterangan pers bertajuk 'Penyelamatan Partai Hanura," di Atlet Century, Jakarta. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Wiranto buka suara terkait proses terpilihnya OSO menjadi Ketum saat Munaslub di Bambu Apus pada 2016. Ia mengaku ada campur tangannya dalam terpilihnya OSO sebagai ketum Hanura.
ADVERTISEMENT
"Di benak saya tidak mungkin, tidak pantas kalau saya merangkap sebagai ketum Hanura, ketum parpol. Maka kemudian kita mengadakan suatu acara namanya Munaslub di Bambu Apus," kata Wiranto.
Saat Munaslub, Wiranto mengakui membuat skenario agar OSO yang terpilih secara aklamasi menjadi ketum Hanura. Menurut dia, sungguh tak sulit saat itu untuk membuat OSO menjadi ketum.
"Di sana kita mengundang Saudara OSO untuk menjadi salah satu calon yang mengganti saya. Dan saya merekayasa, katakanlah, mudah kan merekayasa, saya buat aklamasi, maka ketua umum terpilih saudara OSO," ucapnya.
Hanura Islah Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
Wiranto juga mengungkapkan komitmen lama sebelum dia menyerahkan Partai Hanura kepada OSO. Wiranto bersedia menyerahkan Hanura dengan syarat, di antaranya Dewan Pembina punya kewenangan strategis dan OSO menjabat ketum Hanura hanya sampai 2019.
ADVERTISEMENT
"Sejarah partai saya dirikan, di Bambu Apus, dari sana kita mengundang Pak OSO. Saya buat Ketum OSO aklamasi, dengan catatan bahwa beliau akan menggantikan saya. Jadi semua kekuasaan yang ada di kewenangan strategis diangkat ke Dewan Pembina. Ya setuju," ungkap Wiranto.
Namun komitmen itu dilanggar OSO. Dalam Munas yang digelar Rabu (18/12), Wiranto tak diundang. Hasil Munas menetapkan OSO terpilih aklamasi menjadi Ketum Hanura 2019-2024.
"Janjinya kemarin hanya sampai 2019. Juga tunduk pada AD/ART, paling tidak (jumlah pengurus) 36 orang, malah kemudian ditambah, dan sebagainya," bebernya.
"Komitmen itu dituangkan dalam Pakta Integritas, bukan ngarang. Dasarnya komitmen, yang beliau juga tanda tangan, dua saksi tanda tangan Pak Bagyo (Subagyo HS) dan Pak Khaerudin Ismail," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Wiranto juga menyinggung isu jika dia dapat uang dari OSO karena menyerahkan Hanura. Isu ini dibantah Wiranto. Dalam perjalanannya, kewenangan Dewan Pembina dibatasi.
"AD/ART diubah sehingga kekuasaan saya tidak sekuat saat Munaslub itu. Lalu timbul konflik, konflik itu dituduhkan rekayasa saya. Saya ingin mendamaikan, damai sajalah, memalukan," tuturnya.
Konferensi pers Ketua Umum Partai Hanura, Oesman Sapta Odang, pada Munas III Partai Hanura di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (18/12/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ketua DPD DKI Hanura Muhammad Ongen Sangaji menganggap gagalnya Hanura di Pemilu 2019 karena skenario yang dibuat Wiranto untuk menjatuhkan OSO.
"Pak Wiranto sangat keliru karena ya kenapa partai ini tidak lolos PT, ada dua versi yang dibangun untuk menggantikan Pak OSO secara tidak legitimate sehingga partai ini jadi kacau. Ternyata di balik itu Pak Wiranto bagian dari skenario itu untuk menjatuhkan Pak OSO," kata Ongen.
ADVERTISEMENT
Ongen juga menyebut salah satu skenario Wiranto untuk menjatuhkan OSO dengan membentuk kelompok Ambhara yang dipimpin Daryatmo dan Sudding. Sehingga, kata dia, OSO tak dapat menjalankan tugas dengan baik.
"Kan ada kelompok Ambhara dengan kegiatan yang menurut saya ilegal, yang orang-orangnya sekarang pindah ke partai lain. Nah itulah partai ini menjadi pincang. Ada (peran Wiranto), saya boleh jadi saksi. Saya saksinya. Ada karena sebagian ketua DPD dibawa ke sana," ucapnya.
Karena itu, Ongen mengatakan seharusnya Wiranto bertanggung jawab terhadap nasib partai saat ini. Menurut dia, awalnya OSO tak mengetahui adanya upaya menjatuhkan kepemimpinannya.
Konferensi pers pada Munas III Partai Hanura di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (18/12/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah menjelaskan, Wiranto tak diundang karena Ketua Wantimpres itu dianggap melakukan kesalahan, yaitu mendesak OSO mundur dari posisi ketum. Inas menyebut seharusnya Wiranto tidak menyebarkan surat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Pak Wiranto membuat kesalahan kepada partai, ketika menjelang munas dia mengirimkan surat yang disebarluaskan oleh Pak Subagyo HS, meminta Pak OSO mundur, kan itu enggak elok," kata Inas.
"Kalau dia mengaku Ketua Dewan Pembina harusnya tidak melakukan itu, tidak menyebarkan surat-surat seperti itu," tambahnya.
Inas menuturkan, seharusnya Wiranto langsung bertemu dengan OSO apabila memiliki kesalahpahaman jelang Munas Hanura. Inas menuturkan Wiranto seharusnya bersikap negarawan dalam mengurus partai.
OSO dan Harry Siregar. Foto: Ferio Pristiawan/kumparan
OSO menjelaskan ia memang sengaja tak mengundang Presiden Jokowi karena tak ingin melibatkannya dalam konflik internal partai. Selain itu, OSO mengatakan tak ada aturan resmi yang mengharuskan partai mengundang presiden saat munas.
"Kita tidak mau melibatkan hal-hal konflik, mengikutsertakan Bapak Presiden dalam konflik," kata OSO.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat ingin sekali mengundang presiden, tapi terus terang saja, presiden dalam keadaan yang begitu sibuk dan kan masih ada hari lain," imbuhnya.
Meski demikian, OSO memastikan, pihaknya akan tetap melaporkan hasil Munas Hanura ke Jokowi. Ia juga memastikan, munas tersebut akan berlangsung secara demokratis.
"Kami sangat bangga kalau nanti, setelah ini, melaporkan kepada Presiden hasil dari munas ini yang sangat demokratis. Kita laporkan ke Bapak Presiden," ucap OSO.
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto memberikan keterangan pers bertajuk 'Penyelamatan Partai Hanura," di Atlet Century, Jakarta. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Ketua Dewan Kehormatan Hanura, Chairuddin Ismail menilai Munas Hanura di bawah OSO yang digelar 17-19 Desember di Hotel Sultan abal-abal. Chairuddin yang berada di barisan kubu Wiranto ini berencana menggelar Munaslub untuk menyelematkan partai.
"Baru kali ini rusuh, karena mesin partai enggak jalan. Kalau dikelola seperti ini terus ya, enggak akan bisa jalan, perlu diselamatkan," kata Chairuddin.
ADVERTISEMENT
"Nanti setelah terbentuk semua, kita adakan Munaslub karena Munas yang kemarin juga sebenarnya menurut saya itu ya belum (absah)," sambungnya.
Purnawirawan jenderal polisi itu akan melakukan konsolidasi dengan para pengurus daerah saat membuat Munaslub Hanura. Bagi kubu OSO yang sadar, Chairuddin mempersilakan mereka untuk bergabung dengan kubu Wiranto. Namun, Chairuddin belum bisa memastikan kapan Munaslub Hanura digelar.
Konferensi pers Ketua Umum Partai Hanura, Oesman Sapta Odang, pada Munas III Partai Hanura di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (18/12/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, OSO kembali terpilih sebagai Ketum Hanura periode 2019-2024. Ketua DPP Hanura Benny Ramdani mengatakan OSO dipilih secara aklamasi yang disepakati seluruh pimpinan DPD hingga DPC.
"Munas III Hanura 2019 menetapkan secara aklamasi Bapak Oesman Sapta sebagai Ketua Umum DPP Hanura 2019-2024," kata Benny.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Benny menuturkan partai memberikan kewenangan penuh terhadap OSO untuk menyusun struktur kepengurusan partai lima tahun ke depan. Selain itu, ia menuturkan seluruh pengurus sepakat meminta DPP untuk melakukan perubahan AD/ART partai.
"Memberikan mandat penuh kepada Bapak OSO selaku ketua terpilih sebagai formatur tunggal dengan tugas menyusun kepengurusan DPP Hanura 2019-2024," kata dia.
Wiranto dan Oesman Sapta. Foto: Antara/Reno Esnir