Haruskah Rumput JIS Diganti Seluruhnya hingga Habiskan Anggaran Rp 6 M?

13 Juli 2023 12:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Halte bus Pintu Barat Jakarta International Stadium (JIS). Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Halte bus Pintu Barat Jakarta International Stadium (JIS). Foto: Agaton Kenshanahan/kumparan
ADVERTISEMENT
Polemik rumput Jakarta International Stadium (JIS) tak sesuai standar FIFA masih menjadi perhatian. Muncul pertanyaan, apakah mesti semua rumput diganti dan habiskan anggaran Rp 6 miliar?
ADVERTISEMENT
Chairman Karya Rama Prima (KaerPe), Qamal Mustaqim, mengatakan rumput yang digunakan saat ini yakni zoysia japonica sebenarnya sudah sesuai standar FIFA. Dalam catatan kumparan, rumput ini juga dipakai di stadion besar kelas dunia seperti Allianz Arena, kandang klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen.
Masalahnya menurut Qamal, rumput japonica di JIS ditanam pada karpet sintetis. Sehingga dinilai memiliki pertumbuhan yang tak sesuai kebutuhan pertandingan.
"Rumput jenisnya japonica, cuman ditanam di karpet sintetis. Ini masalahnya. Medianya dangkal jadi akar tidak tembus ke bawah. Rumput itu makhluk hidup butuh sinar dan air. Air tidak terpenuhi karena akarnya dangkal, matahari enggak cukup. Ini rumput butuh matahari penuh 8 jam sehari," jelas Qamal beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Dari pengukuran yang dilakukan perusahaan Qamal, rumput natural berada di atas karpet sintetis ketebalan media tanam 3 cm antara rumput dan karpet sintetis.
"Beberapa area tidak tumbuh rumput natural. Sehingga karpet sintetis terekspos dan mempercepat timbulnya lumut."
Pemasangan rumput hibrida di lapangan latihan Kompleks JIS, Oktober 2020. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
Lantas, apakah tepat solusinya adalah mengganti rumput seluurhnya?
Ahli rumput dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang juga konsultan rumput Stadion Manahan, Rahayu, menjelaskan bahwa tujuan penggunaan rumput hibrida di lapangan ialah untuk memperkuat permukaan tanah.
“Semisal rumput natural bisa digunakan 4 kali dalam seminggu, kalau hybrid bisa 5 kali. Menambah jumlah penggunaan karena permukaannya lebih tahan dibanding rumput natural,” kata Rahayu kepada kumparan.
Rahayu mengambil studi Turfgrass Management di Universitas Dankook, Korea Selatan. Ia mempelajari pengelolaan rumput lapangan sepak bola dan golf.
ADVERTISEMENT
Saat Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, ia meminta Rahayu membantu memperbaiki rumput di lapangan Stadion Manahan. Saat ini, Stadion Manahan menggunakan rumput Zoysia japonica, tak beda jauh dengan yang dipakai di JIS.
Sesuai panduan FIFA, lapangan hibrida terdiri dari 3 jenis: penguatan media tanam (reinforced rootzone); karpet; dan penyulaman serat (stiched fibre).
JIS memakai lapangan hibrida jenis karpet. Tipe ini menurut FIFA biasa dipakai di stadion multiguna yang misalnya bisa digunakan untuk konser. Adapun Stadion Utama GBK, Stadion Manahan, Stadion Gelora Bung Tomo, dan Stadion Kapten I Wayan Dipta memakai tipe stiched fibre untuk persiapan Piala Dunia U-20 yang kemudian batal dihelat di Indonesia.
Tiap jenis lapangan hibrida punya kekuatan berbeda. FIFA merekomendasikan pemakaian lapangan tipe reinforced rootzone dan karpet untuk 8–10 jam per pekan dengan masa pakai sampai 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Lapangan stiched fibre bisa digunakan 20 jam per pekan dengan masa pakai 10–12 tahun. Dan lapangan rumput natural bisa dipakai maksimal 6 jam per pekan dengan masa hidup hanya sampai 2 tahun.
Sesuai rekomendasi FIFA, tebal media tanam di atas karpet sintetis sekitar 4–6 cm.
Pemasangan rumput lapangan latihan di Kompleks JIS, Oktober 2020. Foto: Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO
Rahayu menganalisis, akar rumput natural tidak menembus karpet karena media tanam di bawah karpet kemungkinan kurang nutrisi.
“Rumput itu akarnya serabut, bisa turun jauh di bawah karpet sepanjang nutrisi di bawah gelaran karpet itu cukup. Kalau di bawah karpet ternyata makanannya kurang, akar malas turun, hanya di situ saja (atas karpet),” jelasnya.
Dari hasil inspeksi KRP, rumput di JIS juga kurang paparan sinar matahari. Akibatnya pertumbuhan rumput kurang maksimal dan pada beberapa area, seperti di dekat bangku pemain cadangan, bahkan tidak tumbuh sehingga diisi lumut.
ADVERTISEMENT
Menurut Rahayu, kurangnya cahaya dan sirkulasi udara bisa menyebabkan penguapan berkurang. Imbasnya, suhu kurang hangat untuk menyokong pertumbuhan rumput. Sirkulasi air di bawah rumput pun kurang bagus.
“Di bawah rumput menjadi relatif lebih lembab sehingga lebih rentan penyakit dan lebih banyak lumut tumbuh,” ucap Rahayu yang pernah merawat Stadion Manahan dan Gelora Bung Tomo.
Paparan sinar matahari juga berkaitan dengan penentuan lokasi saat stadion dibangun, begitu pula dengan desain atapnya.
Dalam panduan FIFA, idealnya lapangan tak melulu menghadap utara-selatan. Lapangan yang baik justru menghadap barat laut-tenggara.
Lapangan utama JIS mengarah ke utara-selatan.