Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
ADVERTISEMENT
![Ilustrasi kecanduan game online. (Foto: Wikimedia Commons)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1491211244/bgvn8cbdvaw9jvmjtx1r.jpg)
Kecanduan: kejangkitan suatu kegemaran (hingga lupa hal-hal yang lain). Addiction: the fact or condition of being addicted to a particular substance, thing, or activity.
ADVERTISEMENT
Dua kata dalam bahasa berbeda namun punya arti sama: Ketergantungan pada sesuatu.
Jika dulu kata kecanduan identik dengan narkoba, kini bukan cuma itu. Mereka yang tak bisa lepas dari game online pun mengalami hal serupa.
Kecanduan game online pada era digital saat ini bak virus yang menyebar dan terus memperbanyak diri.
Bahayanya, kecanduan ini juga menjangkiti anak-anak usia muda. Lalu seperti apa bahaya game online terhadap psikologis anak-anak?
Kita mulai dari bagian tubuh manusia yang paling penting: otak.
Jordan Grafman, peneliti kerusakan otak dari Rehabilitation Institute of Chicago menjelaskan, manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang memiliki prefrontal cortex (PFC). PFC ini terletak di dalam dahi manusia.
ADVERTISEMENT
PFC ini membuat manusia memiliki kemampuan memilih dan memiliki etika. PFC juga bertugas agar manusia mampu berkonsentrasi, berpikir kritis, mengendalikan diri, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial.
PFC tumbuh dan berkembang hingga usia mencapai 20 tahunan. Pada anak-anak, perkembangan PFC sangat penting untuk membentuk kepribadian mereka.
Dan kecanduan game online ternyata juga bisa menjadi salah satu penyebab rusaknya tumbuh kembang PFC pada anak.
![Ilustrasi kecanduan game online. (Foto: Wikimedia Commons)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1491211245/uiigy98swpzd96t3wese.jpg)
Tanda seseorang mengalami kecanduan, termasuk game online, adalah ketiadaan interaksi sosial dan perilaku menyimpang. Jadi, Anda patut waspada jika anak mulai enggan untuk bermain dengan teman sebaya dan lebih memilih untuk bermain game online.
"Ada dua hal yang bisa menjadi tanda seseorang sudah mengalami kecanduan dan masuk kategori gangguan jiwa. Pertama, adanya gangguan distress atau sakit, dan disfungsi sosial. Lupa makan bahkan lupa pulang," ujar dokter Asmarahadi SpKj, psikiater Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jelambar, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Dokter yang akrab disapa Hadi ini menjelaskan, sakit yang dimaksud adalah saat si anak jadi tidak bisa tidur, atau tidak ada semangat kalau tidak bermain game online walau satu hari. Hal ini kemudian berimbas pada disfungsi sosial, yaitu menjauhkan diri dari pergaulan karena lebih memilih bermain game online.
Dokter Hadi mengatakan, ia sendiri sudah cukup sering bertemu mereka mengalami kecanduan game online dan ingin berkonsultasi.
"Cukup banyak. Mereka sakit karena terganggu sistem neurotransmiter dan PFC. Beberapa merasa nggak semangat kalau nggak main game, bahkan ada yang pipis saja di kaleng minuman karena nggak mau beranjak dari depan komputer. Kalau sudah begitu ya harus dikasih obat anti-psikotik," kata dokter Hadi kepada kumparan (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, jika anak masih bermain sesuai jam yang diberikan, masih mau berinteraksi sosial, kegiatan sekolah tidak terganggu, maka hal tersebut masih dianggap normal.
Sebelum batas normal tersebut berubah menjadi tidak normal dan membahayakan anak Anda, peran aktif keluarga, terutama orang tua, jelas diperlukan.
Dilansir parentsproteck.co.uk, ada banyak cara orang tua untuk secara aktif mengawasi anak-anak yang bermain game online:
1. Mendiskusikan risiko dan bahaya bermain game online dengan anak.
2. Tanyakan kepada anak Anda, game apa yang sedang mereka mainkan. Ada baiknya Anda juga mencoba permainan tersebut untuk melihat apakah game tersebut sesuai dengan usia anak anda. Beberapa game sangat sarat akan kekerasan yang mungkin ditiru anak.
ADVERTISEMENT
3. Melakukan komunikasi secara terbuka.
Pentingnya peran orang tua untuk aktif mengawasi kegiatan anak memang sangat diperlukan. Para orang tua harus meluangkan waktu untuk bisa bermain dan mengobrol dengan anak-anak agar mereka merasa diperhatikan dan mendapat kasih sayang.
Dengan demikian, kesenangan mereka tak hanya terletak pada game semata.