Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Orang dalam video tersebut menuduh bahwa SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 tidak pernah diisolasi. Sebagai bukti, ia memaparkan respons Freedom of Information (FOI) dari Department for Health and Social Care (DHSC) pada Agustus 2020,
“DHSC tidak menyimpan informasi tentang isolasi virus SARS-CoV-2," tulis laporan tersebut.
Dia juga mengeklaim Inggris menurunkan status virus corona dan bilang virus corona tidak perlu vaksin karena menggunakan obat hydroxychlore bisa sembuh. Sehingga dia menyimpulkan bahwa pandemi corona ini merupakan rekayasa Inggris.
Video yang mendukung teori konspirasi itu sudah dilihat lebih dari 93 ribu kali.
Faktanya, dokumen yang dibawa pria dalam video tersebut adalah bagian yang menunjukkan bahwa pemerintah menurunkan peringkat virus. Namun, hal itu tidak berarti virus tersebut tidak berbahaya, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Inggris awalnya menilai COVID-19 sebagai penyakit menular konsekuensi tinggi (HCID) pada Januari 2020, tetapi menurunkannya dua bulan kemudian karena telah dilakukan pemahaman tentang pengujian virus tersebut.
HCID mengkategorikannya sebagai "tingkat kematian kasus tinggi", seperti Ebola 50%, dan SARS '15%, yang jauh lebih tinggi dari perkiraan COVID-19 1%. Namun, saat dipelajari virus corona mudah menyebar dan kini COVID-19 telah menginfeksi dan membunuh jutaan lebih banyak orang di seluruh dunia.
Soal klaim vaksin tidak diperlukan karena perawatan seperti ivermectin dan hydroxychloroquine berhasil di seluruh dunia. Klaim ini tidak memiliki bukti.
Bahkan, WHO tidak menyarankan obat ini digunakan untuk pasien corona.
"Tidak ada bukti bahwa hydroxychloroquine efektif dalam mencegah atau mengobati COVID-19 bila dicampur dengan seng, azitromisin atau obat lain, ” tegas WHO.
ADVERTISEMENT
==