Hormat Parpol untuk Militansi para Ibu di Timur Jawa

9 Juli 2018 11:34 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muslimat NU (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Muslimat NU (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
ADVERTISEMENT
Semua partai politik angkat topi untuk para ibu di Jawa Timur. Ibu-ibu itu, dengan Muslimat Nahdlatul Ulama sebagai wadah perjuangan, menggebrak dan menyokong penuh ketua umum mereka, Khofifah Indar Parawansa, menuju kursi Jawa Timur 1.
ADVERTISEMENT
“Yang menang itu Muslimat. Yang kerja keras itu Muslimat. Itu gila-gilaan. Bikin syok. Dan Muslimat itu enggak dibayar. Ibu-ibu kalau sudah berpolitik pasti begitu,” kata Eva Kusuma Sundari, anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur VI.
Ucapan Eva diamini oleh Wasekjen Golkar Muhammad Sarmuji yang ditugasi partainya mengawal pemenangan Khofifah-Emil Dardak di Pemilihan Gubernur Jawa Timur.
“Muslimat itu jaringan yang efektif dan berbiaya murah. Kalau rapat, kampanye, dia datang dengan biaya sendiri tanpa meminta uang saku.”
Ketua Muslimat NU Jawa Timur, Masruroh Wahid, jadi cerminan betapa kuat tekadnya para ibu itu. Ia menegaskan, “Memilih Bu Khofifah itu artinya memilih diri kami sendiri. Muslimat NU tidak melihat partai. Kami tidak peduli PPP-kah, PKB-kah, PDIP-kah. Yang penting Ibu Khofifah ketua umum kami.”
ADVERTISEMENT
Maka di Jawa Timur, kekuatan partai politik dilibas dan takluk pada organisasi perempuan.
Ibu-ibu turun ke pasar berkampanye, dan berjaga di tempat pemungutan suara sebagai saksi. Yang bikin geleng-geleng kepala, tentu saja: mereka tak minta bayaran sepeser pun.
Wasekjen Golkar Sarmuji. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Golkar Sarmuji. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Sarmuji adalah salah seorang politikus yang sejak awal mendorong Golkar bekerja sama erat dengan Muslimat NU. Seperti Eva, legislator DPR itu berasal dari dapil Jawa Timur VI, sehingga tahu persis kehebatan Muslimat NU.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Sarmuji di Senayan, Jakarta, Rabu (4/7).
Apa yang Anda lihat dari kemenangan Khofifah?
Khofifah memang punya potensi untuk menang. Karena, pertama, Pakde Karwo (Soekarwo) sudah tidak bisa maju lagi (di Pilgub Jawa Timur).
ADVERTISEMENT
Kedua, dalam hitungan kami, jaringan Muslimat itu kokoh dan utuh ke Bu Khofifah. Jadi peluang untuk menang sejak awal besar sekali.
Ketiga, secara visi saya melihat Bu Khofifah itu orang yang selalu sukses ketika memimpin organisasi atau departemen apa saja. Terbukti di Muslimat NU, beliau (sebagai ketua umum) sangat dicintai anggotanya.
Kemudian Kementerian Sosial di bawah kepemimpinan Bu Khofifah juga jadi kementerian yang cukup atraktif. Kinerjanya bagus.
Seberapa penting peran Muslimat NU dalam pemenangan Khofifah?
Kalau kita menyelami ke bawah, karena saya juga dapil Jawa Timur, kita tahu persis Muslimat itu satu organisasi masyarakat yang solid. On-call--kapan dipanggil bisa datang.
Karena jaringannya solid, kepemimpinannya bagus, kegiatannya banyak, Muslimat jadi menjadi media interaksi ibu-ibu. Dan terbukti waktu proses pemenangan, jaringan Muslimat efektif dan berbiaya murah.
ADVERTISEMENT
Partai politik juga efektif, tetapi ibarat kendaraan, parpol itu seperti pesawat, mesin dan bensinnya mahal.
Kalau Muslimat tidak. Kampanye, pertemuan, mereka datang dengan biaya sendiri, tanpa uang saku. Bahkan kadang-kadang bawa snack sendiri untuk saling bertukar.
Pada kenyataannya, Muslimatlah yang kemarin bertarung di lapangan.
Harlah Muslimat NU di Malang. (Foto: humas.malangkota.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Harlah Muslimat NU di Malang. (Foto: humas.malangkota.go.id)
Faktor apa yang membuat Muslimat bisa jadi penentu kemenangan Khofifah?
Karena sudah bertahun-tahun bersama Khofifah, lalu ada identifikasi “Saya dan Bu Khofifah itu satu keluarga besar.” Identifikasi pemilih dan yang dipilih itu penting.
ADVERTISEMENT
Tetapi Muslimat tidak bisa digunakan oleh sembarang orang. Yang hanya bisa gunakan ya Bu Khofifah sendiri. Karena kecintaan ibu-ibu Muslimat terhadap Ibu Khofifah tinggi sekali. Seandainya calonnya bukan Bu Khofifah, mungkin efektivitasnya tidak akan sebesar kalau calonnya Bu Khofifah.
Di akar rumput, orang-orang yang bergerak di yasinan, tahlilan, pengajian ibu-ibu, itu semuanya ya Muslimat. Banyak sekali. Kalau kita hadir di Harlah Muslimat, bisa puluhan ribu orang sekabupaten saja. Dan itu baru Muslimat yang aktif, belum yang tidak aktif tapi suka ikut yasinan di kampung. Itu jauh lebih banyak.
Khofifah Indar Parawansa, Ketua Muslimat NU. (Foto: numojokerto.or.id/Fauzan)
zoom-in-whitePerbesar
Khofifah Indar Parawansa, Ketua Muslimat NU. (Foto: numojokerto.or.id/Fauzan)
Mana yang lebih berperan memenangkan Khofifah, parpol atau Muslimat NU?
Gabungan. Figur Bu Khofifah sendiri sangat populer. Jaringan Muslimat juga sangat mengakar. Dikombinasikan dengan partai politik yang pas, ditambah wakilnya (Emil Dardak) yang juga pas.
ADVERTISEMENT
Bentuk kolaborasinya, partai politik menyediakan strategi, visi politik, dan pelatihan-pelatihan untuk kepentingan kampanye maupun saksi, termasuk bila perlu ikut urunan membiayai gerakan Muslimat yang sebetulnya tak mahal.
Golkar akan meneruskan kerja sama dengan Muslimat?
Dari sisi politik, sebenarnya sedari awal kami sudah merancang kalau Bu Khofifah ini bisa menang. Nah, sebelum menang ini dijalin komunikasi yang intensif dan kolaborasi yang baik antara partai politik dengan jaringan Muslimat.
Karena itu saya mendorong supaya Golkar di daerah berkampanye serius memenangkan Bu Khofifah bersama Muslimat. Karena salah satu kelemahan Golkar, terutama di Jawa Timur, adalah tidak punya jaringan yang menyentuh sampai akar rumput seperti yang dimiliki Muslimat.
Karena itu kolaborasi sejak awal dalam berkegiatan memenangkan Bu Khofifah akan menciptakan sinergi bagus yang dampaknya kami harapkan bisa berakibat baik untuk Golkar di Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Politik itu tidak bisa dikerjakan mendadak dalam 1-2 hari. Tapi kalau sudah berkolaborasi di bawah antara partai dengan jaringan yang punya basis akar rumput, insya Allah akan berdampak baik.
Jadi, mengusung Khofifah juga bagian dari strategi untuk menggaet suara di Pileg 2019?
Iya. Sekarang sudah ada kedekatan yang cukup baik antara Golkar dengan Muslimat. Mudah-mudahan berdampak bagus buat Golkar untuk 2019.
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto saat menyambangi kediaman Khofifah di Surabaya, Kamis (5/7), menyatakan membuka pintu partai selebar-lebarnya bagi kader Muslimat yang berminat terjun ke politik di Pileg 2019.
10 Kepala Daerah Perempuan di Jawa Timur (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
10 Kepala Daerah Perempuan di Jawa Timur (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Total kini ada 10 kepala daerah perempuan di Jawa Timur. Apa pendapat Anda?
10 perempuan dari 38 kabupaten plus satu provinsi. Mungkin ini komposisi yang paling banyak di seluruh Indonesia. Itu menunjukkan kesadaran politik perempuan di Jawa Timur tinggi sekali. Dan setiap perempuan dicalonkan jadi bupati atau wakil, peluangnya ternyata cukup besar.
ADVERTISEMENT
Wakil wali kota Kediri (Lilik Muhibbah) juga perempuan dan kebetulan Ketua Muslimat Kota Kediri. Bu Mundjidah Wahab (Bupati Jombang terpilih) juga Ketua Muslimat Jombang.
Menarik, mengapa mereka dipercaya. Kalau dari sisi track record-nya, sebagian besar memang sudah aktif di kegiatan politik maupun sosial. Bu Mundjidah itu aktivis Muslimat. Bu Anna Mu’awanah (Bupati Bojonegoro terpilih) sudah menjadi anggota DPR RI dari dapil situ. Jadi tidak ada yang ujug-ujug. Semua berproses
Masuk ke dalam politik tidak ujug-ujug. Kalau ujug-ujug pasti tidak terpilih. Mereka memang dipersiapkan atau mempersiapkan diri untuk menjadi pejabat publik.
------------------------
Simak rangkaian laporan mendalam Perempuan Penguasa Timur Jawa di Liputan Khusus kumparan.