Ibu Korban Demo Kendari Menangis di DPR, Minta Kasus Anaknya Diusut

10 Desember 2019 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Audiensi Amnesty Internasional, Kontras, keluarga Randi dan Yusuf Qardhaqi dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta.  Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Audiensi Amnesty Internasional, Kontras, keluarga Randi dan Yusuf Qardhaqi dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
ADVERTISEMENT
Endang Yulida tak kuasa menahan air matanya di depan para anggota Komisi III DPR. Ia menangis karena teringat kasus kematian anaknya, Yusuf Kardawi, yang tak kunjung terungkap.
ADVERTISEMENT
Pada 27 September lalu, Yusuf menjadi salah satu peserta aksi unjuk rasa menolak UU KPK dan RUU KUHP yang berujung ricuh di Kendari, Sultra. Nahas, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo ini tewas dengan luka parah di kepala.
"Saya sebagai orang tua Yusuf sudah bertemu dua kali dengan Bapak Kapolda (Sultra Brigjen Merdisyam) (untuk menanyakan) bagaimana kasus anak saya?" tutur Endang dengan suara bergetar di ruang rapat Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12).
Ilustrasi demo mahasiswa. Selasa (24/9/2019). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dari Merdisyam, Endang mendapat kabar, kasus anaknya itu kini ditangani oleh Mabes Polri. Bahkan, menurut Endang, Merdisyam juga berjanji akan terus memberikan informasi terkait kasus tersebut.
"Kenapa kasus Randy (korban tewas kerusuhan yang sama) terungkap, sementara Yusuf tidak? Apa bedanya kasus Yusuf dan Randy? Mereka berjanji akan berikan berita yang terkait anak saya," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Endang pun kecewa. Ia merasa, polisi cenderung lamban menangani kasus kematian anaknya. Pasalnya, sudah lebih dari dua bulan, ia tak kunjung menerima kabar terkini.
Audiensi Amnesty Internasional, Kontras, keluarga Randi dan Yusuf Kadhari dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Senayan, Jakarta. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
"(Saya tanya) mengapa kasus Yusuf seperti ini? Jawabannya karena kurang saksi. Bapak kan polisi, jenderal, artinya punya orang-orang hebat. Ditangani oleh Mabes kok lamban, katanya bukti yang mereka dapat hanya batu," kata Endang.
"Apa di TKP hanya ada batu? Pak, batu sebesar apa sih yang bisa memecahkan kepala Yusuf sampai pendarahan? Sampai lima retakan tak beraturan," nada suara Endang meninggi, tangisnya pun pecah lagi.
Endang berharap Komisi III sebagai mitra kerja Polri bisa mendorong kasus kematian Yusuf dituntaskan dengan serius. Apalagi, kepergian Yusuf masih belum sepenuhnya bisa diterima oleh keluarga dan teman-temannya satu almamater.
ADVERTISEMENT
"Lewat Bapak saya berpesan, yang meninggal ini anak manusia. Teman-temannya dari mahasiswa belum bisa terima kepergian dia. Sampai hari ini mereka demo di DPRD Sultra. Saya harap dengan Bapak, kasus anak saya ditangani dengan serius, Pak," ucap Endang menutup curahan hatinya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi III Desmond Junaidi Mahesa mengaku prihatin dan ikut mendoakan agar almarhum Yusuf meninggalam dalam keadaan husnul khatimah. Ia tak banyak berkata-kata dan lanjut mendengarkan penjelasan ayah Randy, mahasiswa Universitas Halu Oleo lainnya yang juga tewas dalam insiden tersebut.
"Saya pribadi nanti kan menelepon Pak Kapolri (membahas hal ini)," janji Desmond.