Ibu Pemuda Tunisia Menangis Tahu Anaknya Serang Gereja di Prancis

31 Oktober 2020 3:50 WIB
Serangan di Gereja Notre Dame, Prancis. Foto: Eric Gailard/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Serangan di Gereja Notre Dame, Prancis. Foto: Eric Gailard/Reuters
ADVERTISEMENT
Pemuda Tunisia berusia 21 tahun bernama Brahim al-Aouissaoui, menyerang sebuah gereja di Kota Nice, Prancis, pada Kamis (29/10). Dalam serangan itu, tiga orang tewas di mana satu di antaranya dipenggal.
ADVERTISEMENT
Aksi penyerangan Aouissaoui baru terhenti setelah polisi menembak dia. Kini, Aouissaoui berada di rumah sakit dan dalam kondisi kritis.
Tidak lama setelah penyerangan, Kepolisian Prancis dan juga Pemerintah Tunisia melakukan investigasi. Mereka melakukan pelacakan hingga akhirnya berhasil mendapat kontak dari orang tua Aouissaoui di Tunisia.
Aouissaoui bersama orang tua dan sembilan saudaranya diketahui tinggal pinggiran Kota Sfax, Tunisia yang kumuh.
Gamra, Ibu kandung Aouissaoui langsung menangis ketika pihak kepolisian memberitahu anaknya merupakan pelaku penyerangan gereja di Kota Nice. Dia tidak menyangka anaknya akan melakukan aksi keji tersebut.
"Kamu (Aouissaoui) tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Kamu tidak tahu bahasanya (Eropa). Kenapa kamu pergi ke sana?” kata Gamra seraya menangis dikutip dari Reuters, Sabtu (31/10).
Orang Tua Pemuda Tunisia Menangis Tahu Anaknya Serang Gereja di Prancis Foto: Reuters
Gamra menjelaskan, anaknya memang sudah memiliki rencana pergi ke Eropa untuk mencari pekerjaan. Sebelum penyerangan terjadi, Aouissaoui sempat menghubunginya melalui video call dan meminta doa.
ADVERTISEMENT
Sementara salah satu saudara Aouissaoui, Yassin, mengaku tidak mengetahui jika saudaranya memiliki rencana menyerang gereja. Namun, ia tak menampik sudah sejak lama Aoussaoui ingin pergi ke Eropa.
“Dia bilang dia baru saja tiba dan dia tidak mengenal siapa pun di sana. Dia bilang dia akan meninggalkan gedung di pagi hari dan mencari orang Tunisia untuk diajak bicara dan melihat apakah dia bisa tinggal bersama mereka dan mencari pekerjaan," kata Yassin.
Aouissaoui sendiri tiba di Eropa pada 21 September lalu setelah menaiki perahu. Ia tiba di Lampedus, Italia, yang merupakan daerah para imigran dari Afrika.
Sama seperti Ibunya, Yassin tak kuasa menahan tangis ketika menceritakan sosok saudaranya itu.
Sedangkan menurut saudara perempuan Aouissaoui, Afef, mengutarakan jika saudaranya itu putus sekolah. Tetapi dia fasih membaca dan menulis menggunakan bahasa Arab. Namun Aouissaoui tidak bisa berbicara dan mengerti bahasa latin.
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga masih meyakini jika Aouissaoui tidak ingin menyerang gereja itu. Mereka menduga Aouisaoui merupakan korban dari pemikiran luar.
Sebelumnya, juru bicara pengadilan khusus militan di Tunisia, Mohsen Dali, mengatakan Aouissaoui tidak terdaftar sebagai seorang militan. Pihak kepolisian juga tidak mempunyai catatan kriminal terhadap dia.
"Tunisia telah memulai penyelidikan atas kasus tersebut. Diketahui Aouissaoui pergi pada 14 September dengan perahu," kata Dali.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: